السلام عليكم ورحمة الله وبركاتة
YA RABB BERILAH CINTAMU, WALAU SETETES BIARKANLAH : HATI, PIKIRAN, TUBUH KITA SELALU MENDEKAT PADA-NYA

Facebook Halimi Zuhdy

Selasa, 26 November 2024

"Bersegera" dalam Kebaikan! Bahasa Al-Qur'an



Halimi Zuhdy

Keren banget. Kalimat yang kelihatan sederhana, tapi sangat kuat. Kalau ditilik lebih dalam, sebenarnya tidak sederhana, kalimat tentang "segera" adalah pilihan istimewa, betapa urusan kebaikan harus secepat kilat. Perhatikan, dalam kebaikan menggunakan fi'il amr, perintah. Seakan-akan mendorong untuk terus, cepat, segera, lari terus lari, jangan menyerah!. 
Yuk, kita perhatikan beberapa kata yang menjadi pilihan Al-Qur'an dalam kata "segera" untuk melakukan kebaikan. Kata-kata seperti sari'u/ سارعوا (bersegeralah), sabiqu/سابقوا (berlombalah), fastabiqu/ فاستبقوا (berlomba-lombalah), dan ففروا إلى الله (maka larilah kepada Allah) dan beberapa kata dalam hadis seperti "badiru!" menjadi bukti kuat betapa Islam menghargai waktu dan urgensi amal saleh. Setiap kata ini, meskipun serupa, membawa pesan unik yang memperkaya pemahaman kita tentang pentingnya tindakan cepat dalam kehidupan sehari-hari.  

Dan uniknya, ada hubungan dengan pilihan huruf yang menjadi pilihan kata, seperti huruf "sin", dalam sari'u dan sabiqu, dan juga fastabiqu. 
Kata sariu'/سارعوا, misalnya, mengandung makna ajakan kolektif untuk segera bergerak menuju ampunan Allah, seperti yang disebutkan dalam QS. Ali Imran: 133. Kata ini tidak hanya mengajak untuk bertindak cepat, tetapi juga menciptakan rasa kebersamaan dalam menjalankan kebaikan. Dan, mengandung dorongan emosional yang kuat untuk tidak menunda-nunda. Tindakan cepat. Bukan dalam kontek kompetisi. 

Berikutnya, kata sabiqu/سابقوا dalam QS. Al-Hadid: 21 menekankan semangat kompetisi sehat. Kata ini mengajarkan umat Islam untuk berlomba-lomba menjadi yang terdepan dalam mencari ridha Allah, menjadikan amal saleh sebagai ajang persaingan yang penuh keberkahan. Bagaimana jiwa digerakkan untuk berlomba-lomba mendekat padaNya. Dan ini berbeda dengan kata fastabiqu, walau dari akar yang sama. Kata ini mengajak untuk kompetitif, bukan hanya segera atau cepat, urusan kebaikan tidak hebat dan cepat sendiri, tapi bersaing. Loh, tujuannya kan sama ampunan? Apa perbedaan dengan sari'u!?. (Kajian berikutnya, insyallah).

Fastabiqu/فاستبقوا menggambarkan perlombaan dalam kebaikan, tetapi dengan fokus lebih besar pada hasil daripada persaingan. Perlombaan adalah kebersamaan, tapi bukan hanya untuk bersama tetapi untuk menemukan dan meraih kebaikan. 

Berikutnya fafirru/ففروا إلى الله dalam QS. Adz-Dzariyat: 50. Kata ini menggambarkan urgensi spiritual yang lebih mendalam, yaitu "lari" kepada Allah. ففروا berasal dari akar kata ف-ر-ر, yang berarti lari cepat, biasanya untuk menghindari bahaya atau mencari keselamatan. Dalam konteks ayat ini, Allah memerintahkan hamba-Nya untuk segera meninggalkan segala bentuk dosa dan kemaksiatan, lalu menuju perlindungan dan kasih sayang-Nya. Seruan ini menunjukkan bahwa kecepatan bukan hanya dalam amal fisik, tetapi juga dalam memperbaiki hubungan dengan Allah. Lari bersama?! Ia, bersama, kolektif, menuju Allah. 

Kalau kita pilah dari empat kata di atas. Makna utamanya, sari'u (bersegeralah!), sabiqu (beelombalah!), fastabiqu (berlomba-lombalah dengan usaha!), dan fafirru (larilah segera!). Pertama, kolektif dan segera, urgensi temla kompetisi. Kedua, kompetisi sehat, fokus pada mendahului. Ketiga, Fastabiqu! Berlomba secara intensif, fokus pada usaha keras. Dalam setiap seruan tersebut, terdapat nilai-nilai kebersamaan, kompetisi, kesadaran individu, usaha maksimal, dan kepasrahan kepada Allah, yang semuanya berpadu untuk membentuk kehidupan yang lebih bermakna

Ada kata unik, yaitu "badiru", tapi ini tercantum dalam hadis , yaitu بادروا, yang memiliki makna lebih personal dan mendalam. Rasulullah SAW menggunakan kata ini dalam sabdanya, "Bergegaslah melakukan amal saleh sebelum datangnya fitnah" (HR. Muslim). Pesan ini mengingatkan kita untuk tidak menunda-nunda, karena kesempatan untuk berbuat baik bisa saja hilang kapan saja. Dalam konteks ini, badiru/بادروا tidak hanya berbicara tentang kecepatan, tetapi juga tentang kesadaran individu untuk memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. (Berikutnya, akan dikaji dengan mutaradifat yang lain, insyallah).

Hebat kok sendirian, ngajak-ngajaklah! 🤩 

Malang, 26 Nov 2024

Melirik Makna "Dzalim" dan Pembagiannya



Halimi Zuhdy

Kedzaliman itu kapan pun dan dimana pun selalu ada. Dzalim satu akar kata dengan dzulmah (kegelapan), dzulm (aniaya), midzallah (payung), adzlal (bayangan), zhulm (kezaliman), dan zhulmah (kegelapan pekat) yang memiliki makna dasar "hitam pekat." Jika kegelapan secara kiasan dapat menyebabkan kebutaan fisik karena menghalangi pandangan dan penglihatan, maka zhulm (kezaliman) mencerminkan kebutaan hati dan mata batin pelakunya.
والظلم والظلام والظلمة ذات مصدر لغوي واحد، ومعنى هذا المصدر السواد الداكن، وإذا كان الظلام يسبب عمى البصر مجازاً؛ لأنه يمنع الرؤية والإبصار، فإن (الظلم) يعكس عمى القلب والبصيرة عند فاعله.

Kata dzalim itu sangat sederhana, tapi ia sangat berat akibatnya. Mari, kita tilik arti kata "dzalim" dalam bahasa Arab. 
الظُّلمُ: الجَورُ ومُجاوزةُ الحَدِّ والمَيلُ عن القَصدِ، وأخذُ حَقِّ الغَيرِ، يُقالُ: ظَلمه يَظلِمُه ظَلْمًا وظُلمًا، ومَظلَمةً، فالظَّلمُ مَصدَرٌ حَقيقيٌّ، والظُّلمُ الاسمُ، وهو ظالمٌ وظَلومٌ. وأصلُ الظُّلمِ: وَضعُ الشَّيءِ في غَيرِ مَوضِعِه، وأخذُ المَرءِ ما ليس له

Kezaliman dalam bahasa Arab memiliki makna sebagai tindakan ketidakadilan, melampaui batas, menyimpang dari tujuan yang benar, atau mengambil hak orang lain tanpa izin. Secara esensial, kezaliman berarti meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya atau mengambil sesuatu yang bukan haknya, seperti merampas hak orang lain atau melanggar batas yang telah ditentukan. 

Kembali pada akar kata dzalim, kegelapan. Bahwa orang yang berbuat dzalim adalah mereka yang gelap, yang tertutup, tidak menemukan jalan, tidak ada cahaya yang menyinarinya. Maka, gelap (sawad) itu tidak hanya berdampak pada kegelapan dirinya, tapi ia akan menggelapkan orang lain, atau mencelakakan orang lain. Dan makna lainnya, orang dzalim adalah mereka yang meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya, ini contohnya sangat banyak sekali. Memberikan amanah (kepemimpinan) pada orang yang tidak layak. Guru memberi nilai baik pada muridnya yang tidak memenuhi standar. Meluluskan seseorang yang tidak masuk kualifikasi, karena ada hubungan teman atau kerabat. Memberikan penghargaan kepada yang tidak berhak menerimanya. Dalam agama, misalnya berbuat maksiat dan lainnya. 

Dalam Al-Qur'an, zalim disebutkan sebanyak 289 kali. Allah SWT melarang umat-Nya untuk berbuat zalim, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain.

Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali manusia tidak menyadari bahwa setiap perbuatan, baik ataupun buruk, akan tercatat dengan rapi. Di Hari Kiamat nanti, catatan amal ini akan menjadi saksi yang tak terbantahkan. Salah satu catatan penting yang akan diperiksa adalah tentang kezaliman, atau ketidakadilan yang dilakukan manusia. Ada tiga jenis kezaliman yang akan dipertanggungjawabkan kelak, masing-masing memiliki hukumnya sendiri di sisi Allah.
 
Kezaliman pertama dan paling besar adalah syirik, yakni menyekutukan Allah dengan sesuatu yang lain. Syirik tidak hanya melukai iman seorang hamba, tetapi juga merupakan penghinaan terbesar terhadap keesaan Allah. Dosa ini begitu besar hingga Allah menegaskan dalam Al-Qur’an bahwa Dia tidak akan mengampuni syirik jika pelakunya tidak bertaubat. 

Jenis kezaliman kedua adalah dosa-dosa pribadi yang dilakukan seseorang terhadap dirinya sendiri, seperti meninggalkan kewajiban agama atau melakukan perbuatan maksiat. Namun, Allah yang Maha Pengasih meletakkan dosa ini di bawah kehendak-Nya. Jika Dia berkehendak, dosa tersebut dapat diampuni, asalkan hamba-Nya bertaubat dengan sungguh-sungguh. Dalam firman-Nya, Allah berjanji: "Dan Dia mengampuni dosa selain itu bagi siapa yang Dia kehendaki." Ini adalah bentuk kasih sayang Allah, memberikan harapan bagi mereka yang berusaha memperbaiki diri.

Kezaliman terakhir adalah yang paling berat untuk diselesaikan, yaitu kezaliman terhadap orang lain. Dalam hal ini, Allah tidak akan membiarkannya begitu saja. Hak-hak orang yang dizalimi akan dikembalikan di Hari Kiamat. Rasulullah mengingatkan bahwa setiap hak akan ditunaikan, hingga orang yang tertindas mendapatkan keadilannya. Tak ada jalan lain bagi pelaku kezaliman selain meminta maaf dan memperbaiki kesalahan kepada orang yang ia zalimi selama masih di dunia.  

Kezaliman, dalam bentuk apapun, adalah beban yang harus kita hindari. Syirik kepada Allah merusak hubungan kita dengan Sang Pencipta. Dosa kepada diri sendiri menodai jiwa kita, sementara kezaliman terhadap sesama melukai hubungan sosial yang harusnya dijaga.  

Zalim suatu sisi dianggap berat, tapi sisi yang lain sadar bahwa ia telah berbuat zalim. 

Malang, 19 Nov 2024

Murid Setan!



Halimi Zuhdy

Saya tertarik apa yang disampaikan oleh Dr. M. Nuri Al-Mausuri dalam Tahqiq Al-Makhthut tentang sebuah kitab yang mengulas tentang kekesalan seorang guru pada murid atau santrinya. Bahwa, guru yang mengeluhkan muridnya sudah ada sejak dahulu. Kenakalan muridnya yang keterlaluan dan tidak karu-karuan ditulis di dalamnya. Kalau saat ini, juga tidak sedikit pelajar yang "kurang ajar" pada gurunya. Coba cek berita-berita yang sangat mengerikan, bagaimana perilaku murid pada gurunya. 
Walau ada ungkapan "tidak ada murid yang salah, hanya saja belum mendapatkan jalan menuju kebaikan", ada juga "tidak ada murid yang bodoh, hanya belum mendapatkan guru yang tepat baginya". Tapi, pada kenyataannya ada murid yang nakal, nyakitin, ngeselin, dan berperilaku buruk. Terus bagaimana?!. Lah, ini yang akan dilirik dalam tulisan ini. 

Pada prinsipnya, kata Dr. Nuri seorang murid (pelajar) yang menghormati dan memuliakan guru adalah tanda luhur seorang pelajar sejati. Pelajar yang baik seharusnya menunjukkan rasa setia dan penuh hormat terhadap gurunya (ihtiram), menjaga kehormatan gurunya (muwaqqaran), membela dari tuduhan (hafidhan li ghaibihi), serta menyembunyikan kekurangan yang mungkin ada (satiran lizallatihi). 

Keluhan para ulama terhadap murid mereka bukanlah hal baru. Sejak zaman dahulu, berbagai pengajar telah menghadapi tantangan ini. Dalam karyanya, الهدية الغريبية لطالبي حقائق التحفة الوردية, Ahmad bin Mufarraj al-Bursawi (wafat 1039 H) menyampaikan rasa kecewanya terhadap beberapa murid yang pernah dia didik. Bahkan, ia memohon perlindungan Allah dari "شيطان الطلبة"—setan yang merasuki para pelajar yang ia habiskan seluruh usianya untuk mendidik dan mengajarkan ilmu. 

Dalam kitabnya, tampaknya, keluhan beliau bukan sekadar ungkapan emosi semata, melainkan bersumber dari pengalaman pahit yang ia alami. Terlihat dari kata-katanya yang penuh kepedihan, beliau mengutuk perilaku buruk yang diterima para guru dari murid mereka, seolah-olah para murid tersebut telah mengkhianati amanah keilmuan yang diberikan kepada mereka. Baginya, seorang guru tak ubahnya seperti seorang ayah. Maka, bagi murid yang tidak menghargai gurunya, ia berharap agar Allah memberikan hukuman di dunia dan akhirat. 

Dengan penuh kerendahan hati, ia juga mengingatkan para pembaca agar memperbaiki kesalahan dalam karyanya hanya jika mereka benar-benar kompeten dalam bidang tersebut, bukan hanya sekadar mengkritik tanpa pemahaman mendalam. Seperti bait puisinya yang berkata:

 وكم من عائبٍ قولاً صحيحاً وآفتُهُ من الفهمِ السقيمِ

Betapa banyak orang yang mengkritik ucapan benar hanya karena pemahamannya yang keliru. Al-Bursawi meminta perlindungan dari "setan-setan murid" yang lebih suka mengkritik daripada memahami, yang meremehkan ilmu dan mengingkari jasa para guru. Di akhir doanya, ia memohon kepada Allah untuk segera mengabulkan doa tersebut bagi para murid yang tidak menghormati gurunya.

وأنا أعوذُ باللهِ تعالى من شياطينِ الطلبةِ الذين يُمرضونَ الصحيحَ ويصحّحونَ السقيمَ... فتأمّلْ يا أخي في طلبةِ هذا الزمانِ الذين ابتُلُوا بالحرمانِ؛ لعدمِ رعايةِ حقّ آباءِ التعليمِ سلّط اللهُ جل جلالُهُ على من أساءَ الأدبَ منهم في حقّ معلمِهِ في الدارينِ العذابَ الأليمَ دعاءَ من ذابتْ في نصحِهم مهجتُهُ، وانسكبت من مكابدةِ الشدائدِ لتعليمهم عبرتُهُ، مفتَتحاً بالصلواتِ، واسمِ شديدِ العقابِ، فلا يُتوهّم أنّه دعاءٌ غيرُ مجابٍ، بل هو –واللهِ- قطعيّ القبولِ، واللهُ في تعجيلِهِ أكرمُ مسؤولٍ
"Dan aku berlindung kepada Allah Yang Maha Tinggi dari setan-setan pelajar yang merusak hal-hal yang benar dan membenarkan hal-hal yang salah". Renungkanlah, saudaraku, tentang para pelajar di masa ini yang diuji dengan kehilangan keberkahan karena mereka tidak menghormati hak para 'ayah' pendidikan (guru). Semoga Allah Yang Maha Agung menimpakan azab yang pedih di dunia dan akhirat bagi mereka yang berbuat tidak sopan terhadap gurunya, sebagai doa dari seseorang yang jiwanya telah habis dalam menasihati mereka, dan air matanya tercurah dari kesulitan-kesulitan yang dihadapinya dalam mengajar mereka. Ia memulai doanya dengan selawat dan menyebut nama Allah Yang Maha Keras siksaan-Nya, sehingga jangan dianggap bahwa doa itu tidak akan dikabulkan—bahkan, demi Allah, doa itu pasti diterima, dan Allah dalam mempercepatnya adalah sebaik-baiknya Yang Diminta."

Pernyataan tersebut adalah gambaran getir seorang guru yang merasa dikhianati. Baginya, doa ini tidak hanya sekadar harapan, namun merupakan peringatan agar para murid menjaga adab terhadap guru yang telah memberikan ilmu dan waktunya demi kebaikan mereka. 

Ya Allah, mudah-mudahan guru-guru kami rela atas kami 😭🤲 Dan murid-murid kami diberikan kebaikan.

****

Terus ada yang ngomong, "kok ada ya guru kayak gitu?", terus dibalas juga "kok ada ya, murid yang jahat seperti itu sama gurunya". Dan seterusnya! 

****
Maka, harus selalu sama koreksi diri, baik guru/dosen/ustadz (pengajar) dan juga siswa/mahasiswa/santri (pelajar) atas perjalanannya dalan proses belajar mengajar.

Puisi Unik, Masa Ottoman dan Mamluk



Halimi Zuhdy

Pertama kali melihat gambar lingkaran di atas, saya kira adalah jimat sejenis rajah. Saya perhatikan huruf perhuruf, kata dan kalimat, ternyata bukan. Ia adalah bait-bait indah puisi Arab masa lalu.  Ia contoh seni sastra dalam bentuk شعر الدائرة (syi'r al-dairah) atau puisi lingkaran, yang populer pada masa Dinasti Mamluk dan Ottoman (ustmaniyah). Aha, ini penting untuk dicari contoh lainnya. 
Bentuk puisi ini adalah bagian dari inovasi sastra (ibda' al-adab al-araby) di era tersebut, namun seiring waktu mulai ditinggalkan. Sayangnya, puisi-puisi seperti di atas, sering menghilang dan bahkan lenyap, bila tidak ada generasi setelahnya yang melanjutkan, baik puisi tentang politik, sosial, dan lainnya, dan juga kurangnya naqit yang peduli tentang karya seperti di atas.

Setelah dilacak di beberapa referensi saya menemukan keterangan cukup asyik. Bahwa puisi ini dimulai dari pusat lingkaran dengan huruf 'ع' dan berbunyi

عشقتكَ نورا من مقامك يسطع * وعيني غدت من فرط عشقك تدمع

Setiap baris puisi ini berakhir dengan huruf yang menjadi awal dari baris berikutnya. Misalnya, kata تدمع (tadamma') pada akhir baris pertama, dibalik menjadi عمدت (ammadat) yang menjadi awal baris kedua, dan begitu seterusnya. Teknik ini menciptakan pola yang saling terhubung, menunjukkan keindahan dan kerumitan seni puisi pada masa tersebut. Tidak hanya menekankan kesahisan kaidah arudhiyahnya, tapi juga pada setiap titik-titik lingkarannya. Asyik banget. 

Kalau ditilik lebih dalam puisi dan lingkaran dalam gambar tersebut, ada hubungannya yang sangat erat. Erat sekali, seperti dua kekasih yang sulit dilepas.wkwkwkw. Gambar lingkaran pada puisi di atas menunjukkan hubungan visual antara bentuk puisi dengan struktur kata-katanya. 

Uniknya, tampak ada konsep berulang dan tak terputus. Dan lingkaran melambangkan sesuatu yang berulang dan tak berujung, seperti aliran perasaan cinta dalam puisi ini. Setiap akhir baris puisi kembali ke awal baris berikutnya, mirip dengan bentuk lingkaran yang tidak memiliki titik akhir atau awal yang jelas. Ini menekankan sifat abadi dari cinta yang diungkapkan oleh penyair. Amazing.wkwwk. 

Juga, yang menarik adalah simetri Puisi dan struktur kata. Dalam puisi ini menggunakan teknik palindromik (mutanawib), dalam Al-Qur'an juga kita menjumpai beberapa Ayat. Apa itu mutanawib? di mana kata di akhir baris bisa dibalik atau digunakan lagi untuk memulai baris berikutnya. Dalam gambar lingkaran, setiap segmen saling berhubungan dan mengarah kembali ke pusat (huruf 'ع' di tengah), mencerminkan simetri dan keterkaitan kata dalam puisi tersebut. Aha. 

Coba perhatikan lebih dalam lagi, kita akan menemukan pusat sebagai simbol cinta (romzu al-hubb). Apa itu? Huruf Ain (ع). Huruf 'ع' di tengah lingkaran, yang merupakan awal dari kata عشق (cinta), menjadi titik pusat dari semua baris puisi. Ini melambangkan cinta sebagai pusat atau inti dari keseluruhan puisi, di mana segala sesuatu berpusat pada satu emosi yang kuat. Dahsyatiyah, kata ada sastra Arab 😁

Apakah masih ada lagi keunikannya?, ada dong. Yaitu bentuk estetika visual dan makna puitis. Penggunaan bentuk lingkaran (dairah) juga menambah nilai estetika pada puisi ini, menjadikannya tidak hanya indah secara puitis tetapi juga secara visual. Setiap baris puisi melingkari pusat lingkaran, menciptakan pola artistik yang menggambarkan perasaan cinta yang mengelilingi dan merangkul.

Khalasahnya, ia bukan hanya sekedar gambar, sekedar lingkaran atau bukan hanya sekedar bentuk pemanis, tapi gambar lingkaran di atas adalah bagian integral dari makna puisi, di mana setiap baris saling berkaitan dalam satu aliran cinta yang tak terputus. Wow. Cinta🤩🥰. Serasa muda lagi. 

Malang, 10 November 2024

***
@sorotan

Tersiksa, Kitab Dipinjam



Halimi Zuhdy

"Kikir, pelit!" Kata salah satu teman, pada teman lainnya yang kitabnya tidak boleh dipinjam. Terkadang kita menemukan dalam beberapa buku/kitab tulisan "buku ini tidak dipinjamkan", "kalau mau baca, bacalah di sini!", "jangan dibawa keluar, haram!" "Boleh fotocopy, tapi tidak boleh dibawa pulang". Dan masih banyak sekali kalimat dan kata-kata lainnya, tentang peminjaman buku pribadi atau di perpustakaan.  
Menariknya, saya menemukan dalam Tahqiq al-Makhtut fi Awaraq al-jami'ah yang diposting oleh Prof Nuri. Dalam kitab tersebut tertulis

اعارة الكتاب اشد العذاب، رحمه الله تعالى امرأ لايستعيره منا

kurang lebih maknanya "Meminjam kitab/buku adalah adzab yang paling pedih, semoga Allah merahmati orang yang tidak pinjam buku/kitab dari kami". Ini di antara tulisan yang ada pada kitab masa lalu (makhtutat, manuskrip). 

Dulu di pondok, saya pernah mengalami bab peminjaman ini, dan sedih sekali. Ingin sekali beli kitab, menabung cukup lama, bahkan tidak beli jajan dan baju dan kebutuhan lainnya. Dan, Alhamdulillah, kitab pun terbeli, senangnya luar biasa, karena punya kitab baru, setiap hari dielus-elus dan dibaca dengan asyik. Eh, beberapa hari berikutnya ada yang datang untuk meminjam kitab itu, dengan alasan ada tugas dan wajib membaca dan membawa kitab tersebut. Dan apa yang terjadi, duaaar! Kitab itu hilang, karena tertinggal di sekolah, dan tidak ketemu rimbanya. Yah! Sudahlah. 

Ternyata memang menyakitkan. Itu dulu. Sekarang?. He3. Kadang masih, terutama kitab-kitab yang langka. Tapi, kalau sudah dipinjam dan tidak kembali, karena berbagai alasan, ya sudahlah. Pasrahkan saja!. Tapi, harus selalu diingatkan sebelum dipinjam, bahwa meminjam itu punya kewajiban untuk mengembalikan, dosa bagi orang hang niat meminjam kemudian tidak mengembalikan, apalagi berniat untuk memilikinya. 

Tulisan yang ada di dalam manuskrip ini, kemungkinan banyak terjadi, terutama pada masa dahulu. Karena, betapa sulitnya dan melelahkannya untuk menghasilkan satu kitab, tidak mesin cetak, alat tulis sederhana, kertas terbatas. Eh, malah dipinjam dan tidak dikembalikan. Belum lagi, pencarian ilmu dari satu tempat ke tempat lainnya, bahkan antar negara dengan perjalanan berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun.
Ulama terdahulu juga melakukan perjalanan panjang untuk belajar dan memperdalam ilmu mereka, sering kali menempuh ratusan hingga ribuan kilometer hanya untuk bertemu dengan ulama besar lainnya dan mendengarkan pelajaran langsung dari mereka. Proses penulisan kitab melibatkan tahapan yang panjang, termasuk pencarian dan pengumpulan referensi dari kitab-kitab terdahulu. Hal ini sangat menantang mengingat tidak adanya teknologi cetak. Sebagian ulama harus menyalin ulang referensi yang mereka temukan, atau menghafal isi kitab untuk kemudian ditulis kembali. Kesulitan lain yang mereka hadapi adalah keterbatasan sumber daya dan alat tulis, yang sering kali mahal dan sulit diperoleh. Bahkan untuk beberapa karya monumental, proses penyelesaiannya bisa memakan waktu bertahun-tahun hingga puluhan tahun.

Setiap kesulitan yang mereka lalui dalam proses ini adalah wujud dedikasi mereka terhadap ilmu dan umat. Kitab-kitab yang mereka hasilkan tidak hanya menjadi warisan keilmuan Islam, tetapi juga bukti ketulusan dan keikhlasan mereka dalam menyebarkan ilmu tanpa pamrih, hanya mengharap keridhaan Allah.

Meminjam kitab, memang tergantung orangnya dan ketersediannya. Masa kini, sudah sangat dimanjakan dengan ebook. Bisa donwdloan puluhan sampai ratusan kali. Meminjam diperpus juga sangat mudah. Walau yang sulit terkadang, tidak lagi banyak yang mau membaca buku, walau buku melimpah🤩 guyon. 

Orang yang tidak ingin kitabnya dipinjam bukan karena pelit lo?!. Tapi, karena berbagai faktor, ada yang ingin kitabnya tetap bagus, tidak hilang, tidak rusak, karena tidak semua orang mampu mengaja kitab-kitab yang dipinjam, dan alasan lainnya. Kalau mas dan perak bisa dicari, kalau kitab/buku terkadang tidak ada duanya.

***
Dan yang pernah pinjam kitab "dengan akad pinjam", ayo segera kembalikan🤩

***
Semoga bermanfaat. 

Malang, 09 Nov 2024

5 Surat yang diawali dengan Kalimat "Alhamdulillah"



Halimi Zuhdy

Tampak sederhana membaca dan mengucapkan kalimat "Al-Hamduliah", tapi setelah direnungi, seperti ada aliran air dalam seluruh tubuh yang kering. Kalimat ini sangat menyejukkan, tidak hanya di hati, tapi pada seluruh anggota tubuh dan pikiran. Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. 

Ketika membaca Al-Qur'an, ada kalanya kita berhenti sejenak pada kata pertama dari sebuah surat, merasakan kedalaman makna yang tersembunyi di balik setiap hurufnya. Salah satu yang menarik adalah bagaimana beberapa surat dimulai dengan pujian kepada Allah SWT. 
Dan yang menarik, tidak semua Surat dalam Al-Qur'an dimulai dengan kalimat Al-Hamdulillah. Hanya surat-surat tertentu saja. Kalau kita telusuri ada 5 (lima) surat, yaitu; Al-Fatihah, Al-An'am, Al-Kahfi, Saba', dan Fathir. Sekilas, 5 Surat yang diawali hamdalah ini tampak sederhana. Tetapi seperti pepatah lama "di balik hal-hal sederhana, terkadang tersembunyi pelajaran besar." Wow. Asyiknya. Apa yang bisa kita telusuri lebih dalam dalam Awal surat ini?

Dalam Asrar Jumlati Alhamdulillah fil Qir'an, bahwa kalimat yang diungkapkan pertama oleh Nabi Adam adalah Alhamdulillah. Diriwayatkan bahwa ketika Allah meniupkan ruh ke dalam tubuh Adam, ia bersin, dan Allah mengajarkannya untuk mengucapkan, "Alhamdulillah," yang menjadi kata pertama yang diucapkan Adam. Dan kalimat ini juga akan menjadi akhir dari perhitungan amal manusia pada hari kiamat, menurut Madbuli Utman

(الْحَمْدُ لِلَّهِ ) هى اول جملة نطق بها ابونا أدم فقد روى ان الله لما نفخ الروح فى جسد ادم عطس فعلمه الله ان يقول (الحمد لله ) فكانت هى اول كلمة نطق بها أدم .وهى اخر جملة ينتهى بها حساب البشر يوم القيامة تصديقا لقوله تعالى “دَعْوَاهُمْ فِيهَا سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَتَحِيَّتُهُمْ فِيهَا سَلَامٌ ۚ وَآخِرُ دَعْوَاهُمْ أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ .

Dan yang manarik, al-Qur'an dibagi empat bagian, dan keempatnya ditandai dengan Al-hamdulillah. "Alhamdulillah" juga menjadi pembuka Al-Qur'an dalam Surah Al-Fatihah dengan Ayat, "Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam." Dan bagian ketujuh diawali dengan Surah Al-An'am, tepat di seperempat Al-Qur'an, dengan ayat, "Segala puji bagi Allah yang menciptakan langit dan bumi serta menjadikan gelap dan terang." Berikutnya kalimat "Alhamdulillah" juga mengawali Surah Al-Kahfi di bagian kelima belas, tepat di tengah Al-Qur'an, dengan Ayat, "Segala puji bagi Allah yang menurunkan Kitab kepada hamba-Nya dan tidak menjadikannya bengkok."

Surah Fatir di bagian kedua puluh dua, yang berada di tiga perempat Al-Qur'an, juga dimulai dengan "Alhamdulillah," dalam ayat, "Segala puji bagi Allah, Pencipta langit dan bumi, yang menjadikan malaikat sebagai utusan yang memiliki sayap, dua, tiga, dan empat." Demikian menurut Madbuli Utman. 

Uniknya, dan juga bisa kita bayangkan seorang pembaca yang pertama kali membuka mushaf Al-Qur'an, membaca surat Al-Fatihah, “Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam…” Tiba-tiba ia dibawa pada kesadaran bahwa seluruh alam semesta ada dalam genggaman-Nya. Dia yang menguasai segala sesuatu, yang tidak hanya menciptakan, tetapi juga merawat dan memberi rezeki. Al-Fatihah bukan hanya doa harian, tetapi juga sebuah pernyataan tentang kekuasaan Allah yang tak terbatas.

Lalu ada surat Al-An'am yang membuka dengan pujian. Al-An’am menunjukkan tanda-tanda kebesaran Allah di alam semesta ini, dalam setiap ciptaan-Nya. Di sini, kita seakan diajak untuk melihat ke langit, ke lautan, ke gunung-gunung, dan semua yang ada di sekitar kita. Setiap detail di alam ini adalah tanda keberadaan-Nya, bukti nyata yang menuntun manusia untuk bersyukur. Allah tidak hanya menciptakan, tapi juga memberikan kehidupan pada setiap makhluk yang ada. Kita diajak untuk merenungi bahwa alam adalah kitab terbuka yang penuh pesan.

Belum lagi surat Al-Kafi dan dua surat lainnya yang diawali dengan hamdalah, Surat As-Sabak dan Al-Fatir. Banyak kejutan dan keindahan dalam Surat-surat yang diawali dengan Al-hamdulillah ini.  Dari lima surat ini, kita belajar bahwa setiap pujian bukan sekadar kata-kata. Setiap pujian adalah pengingat akan sifat-sifat Allah yang Mahakuasa, Mahabijaksana, Mahatahu, dan Maha Pengatur. Pujian adalah bentuk syukur dan pengakuan bahwa kita ini tak lebih dari setitik kecil dalam kebesaran-Nya. Dan di tengah kesibukan dunia ini, lima surat ini seolah mengingatkan kita: berhenti sejenak, merenung, dan sadari bahwa segala sesuatu, pada akhirnya, hanya berpulang kepada-Nya.

Dan masih banyak kajian-kajian lainnya tentang awal Surat yang diawali dengan hamadalah ini. 

Allahu'alam bishawab 
Semoga bermanfaat.

Belajar dari Nabi Musa AS



Menarik sekali mentadabburi setiap Ayat-Ayat Al-Qur'an, selain lafalnya yang indah, pesan-pesannya sangat istimewa, beberapa pesan dari Tafsir As-Sa'di yang dirangkai dalam gambar berikut (fawaid qur'aniyah). "Kisah Musa AS telah Mengajariku, dari sejak lahir sampai ke Madyan". Berikut adalah isi dari setiap poin pelajaran tersebut:
1. Allah Ta'ala, jika menghendaki suatu perkara, maka Dia akan menyiapkan sebab-sebabnya, dan sering kali secara bertahap, bukan sekaligus.

2. Suatu umat akan tetap hina dan tertindas jika tidak mengambil haknya dan tidak berbicara tentangnya, baik dalam urusan agama maupun dunia, serta jika tidak ada pemimpin yang memimpinnya.

3. Allah Ta'ala sering kali menjadikan berbagai cobaan berat dan ujian sulit di tangan orang-orang yang tidak diinginkan, seperti yang terjadi pada ibu Musa.

4. Salah satu nikmat terbesar adalah ketika Allah menguatkan hati hamba-Nya dan meneguhkannya di saat genting dan menakutkan.

5. Seseorang harus mengetahui bahwa keputusan dan takdir Allah pasti terjadi, tanpa mengabaikan sebab-sebab yang ada, seperti yang dialami Musa.

6. Orang yang memiliki nafsu buruk akan lebih jahat dibandingkan orang-orang jahat lainnya di muka bumi.

7. Nikmat akan hilang dari hamba jika dia meninggalkan perbuatan baik dan memilih kejahatan.

8. Ketika seseorang tidak tahu apa yang harus dilakukan, maka hendaknya ia berdoa agar diberikan petunjuk yang benar, seperti doa Musa.

9. Orang yang berada dalam ketakutan harus berhati-hati dan menghindari bahaya, seperti tindakan Musa.

10. Kasih sayang dan kelembutan adalah sifat terpuji, dan seseorang sebaiknya mengenali hak-hak yang terkait.

11. Doa akan dikabulkan apabila seseorang berada dalam keadaan terdesak dan berserah diri sepenuhnya kepada Allah, seperti doa Musa.

12. Malu, terutama dari orang-orang yang mulia, adalah akhlak yang terpuji.

13. Kebaikan tidak boleh diabaikan karena akan menumbuhkan kebiasaan baik pada generasi berikutnya.

14. Seseorang yang baik dan jujur akan memberikan manfaat kepada orang lain, serta bersikap kuat dan amanah.

15. Di antara akhlak yang mulia adalah memperlakukan orang lain dengan baik dan tidak memberatkan mereka.

Ini adalah nilai-nilai penting yang dapat dipetik dari kisah Nabi Musa, sebagai inspirasi dan pelajaran untuk kehidupan sehari-hari.

Sabtu, 09 November 2024

Perbedaan Al-Kahfi dan Ghar dalam Bahasa Arab


Halimi Zuhdy

Sering kita mendengar kata “Ashabul Kahfi” dan juga “Gharu Hira”. Al-Kahfi dan Ghar bermakna gua. Yang pertama sering diartikan penghuni gua, yang merujuk kepada pemuda-pemuda yang lari dari penguasa kejam, dan ini banyak diceritakan dalam surat Al-kahfi (gua), sedangkan yang kedua, sering kita dengar tentang Nabi Muhammad yang berada di gua Hira’. Kalau keduanya bermakna gua, terus apa perbedaannya?. 
Aha!. dalam beberapa pendapat, di antaranya Dr. Khalid bahwa;

وأما الكهف: فهو الغار في الجبل، وهو الذي لجأ إليه هؤلاء الفتية" هذا تقريب للمعنى وإلا فإن الكهف يقال للغار الواسع، الغار إذا كان متسعاً فإنه يقال له: كهف، وإذا كان ضيقاً يقال له: غار، هذا الفرق بين الكهف والغار.

Bahwa الكهف (al-Kahf) adalah الغار (al-Ghar) di dalam gunung, itulah tempat berlindung bagi para pemuda ini' adalah penjelasan yang mendekati makna, namun sebenarnya al-Kahf adalah istilah yang digunakan untuk gua yang luas. Jika gua tersebut luas, maka disebut كهف (kahf), sedangkan jika sempit disebut غار (ghar). 

Menurut Dr. Khalid, kalau disederhanakan, Al-Kahfi (gua) itu lebih besar dan memuat banyak orang, sedangkan Al-Ghar itu sempit, atau lebih sempit yang hanya bisa diisi oleh satu dua orang dan juga sulit memasukinya. 

Dalam Multaqa ahl tafsir, al-Ghar atau al-Magharat. Kata al-Magharat adalah bentuk jamak dari مغارة (magharah), yang berarti gua-gua di gunung. Ibn Katsir menyebutkan bahwa al-Magharat adalah tempat berlindung alami yang terdapat di pegunungan, gua-gua ini lebih luas dan dalam (dibandingkan dengan almadkhal dan al-malja’), memungkinkan seseorang masuk dan berlindung di dalamnya. Gua-gua ini seringkali digunakan untuk bersembunyi atau menghindari bahaya dengan memanfaatkan bentukan alam yang sudah ada. Istilah ini menggambarkan gua yang luas dan mendalam, yang bisa menampung orang dengan nyaman.

Sedangkan Al-Kahf adalah gua besar yang terdapat di gunung, berbeda dengan al-Magharat yang lebih kecil. Al-Kahf lebih luas, sehingga bisa menampung lebih banyak orang, dan sering kali menjadi tempat perlindungan dari ancaman. Dalam Al-Quran, Surah Al-Kahf mengisahkan sekelompok pemuda, Ashabul Kahf, yang berlindung di dalam gua ini untuk menghindari ancaman terhadap keyakinan mereka. Al-Kahf adalah sebuah gua besar yang memberikan rasa aman dan perlindungan dengan daya tampung yang cukup luas untuk orang-orang.
Al-Imam Muhammad at-Tahir ibn ‘Ashur dalam Tafsir at-Tahrir wa at-Tanwir menegaskan lagi makna al-Kahf sebagai gua besar yang menawarkan perlindungan, menggambarkan tempat berlindung yang besar dan lapang di dalam gunung.

Ini mernarik sekali, sebagaimana yang pernah penulis mengkajinya, perbedaan al-bi’r dan al-jubb, yang keduanya diterjemah dengan sumur. Dalam kisah Nabi Yusuf, yang dimasukkan atau dilemparkan di sumur (al-Jubb), dan ini menggunakan kata Jubb bukan al-ba’r. Sedangkan perbedaan antara kata Al-Kahf dan al-Ghar dalam bahasa Arab terletak pada karakteristik dan penggunaannya dalam konteks alami atau simbolis. 

Al-Kahf berarti gua besar atau rongga yang luas dalam sebuah gunung atau bukit. Kata ini menggambarkan ruang yang besar dan cukup lebar sehingga bisa menampung banyak orang atau binatang. Kata ini sering kali dikaitkan dengan tempat perlindungan yang luas dan aman. Dalam Al-Quran, al-kahf digunakan pada Surah Al-Kahf (18:10) yang merujuk pada kisah Ashabul Kahf, yaitu sekelompok pemuda yang berlindung dalam gua besar untuk menghindari penganiayaan karena keimanan mereka.

Al-Ghar berarti gua kecil atau rongga kecil dalam batu atau bukit. Gua ini biasanya berukuran lebih kecil dan sempit dibandingkan al-kahf, hanya cukup untuk beberapa orang saja. Kata ini lebih sering dikaitkan dengan gua-gua alami yang sederhana dan kecil sebagai tempat persembunyian sementara. Dalam konteks sejarah Islam, al-ghar merujuk pada Gua Tsur, tempat Rasulullah SAW dan sahabatnya, Abu Bakar, berlindung dari kejaran kaum Quraisy saat hijrah ke Madinah, dan juga gua hira’ ketika Nabi menerima wahyu pertama. 

Allahu’alam bishawab
Semoga bermanfaat

Malang, 1 Nov 2024

Menilik Kata "Khamr", dan Miras yang Menakutkan



Halimi Zuhdy

Beberapa hari ini di Jogja sangat heboh, ribuan santri turun jalan. Unjuk rasa santri tolak miras, ada banyak kalimat yang digaungkan, "Jogja waras tampa miras",  "Jogja darurat miras",  "miras diteguk santri ditusuk". Dua santri yang lagi membeli sate ditusuk oleh segerombolan orang yang lagi mabuk, dan juga pemukulan terhadap santri lainnya. (Berita, CNN)
Demo besar-besaran itu menolak keras beredarnya miras di Yogjakarta, yang dijual bebas. Sebenarnya, tidak hanya di Jogja, di beberapa tempat sudah mulai tidak sembunyi-sembunyi lagi. Kita sepakat tak ada tempat untuk miras dijual belikan secara bebas di bumi indah ini, Indonesia. Minuman yang memabukkan ini, walau ada manfaatnya tetapi mudharatnya lebih besar.  

Tayyib. Mari kita sedikit mengkaji makna “Khamr” secara mu’jami. Khamr dalam Kamus Ma’ani dari -khamara yakhmaru khamran- yang berarti tutup, menutupi, atau Satru syai’i menutup sesuatu. Seperti kata khamarat al-mar’atu, perempuan itu menutupi kepalanya, menutupinya dengan kerudung;
خمَرَت المرأةُ :رأسَها غطّته وسترته بالخِمار

Juga bermakna, menyimpan, tirai, dan beberapa arti lainnya, dan mengarah pada makna menutupi. Ada kata yang sejenis, dari derivasi yang sama Kha- ma- ra adalah kata khimar (خمار) yang bermakna kerudung, kain yang menutupi rambut dan kepala perempuan. Asfahani mengurai makna lebih dari ini, dengan mengatakan khamr adalah menutupi saraf seseorang. Dari berbagai penjelasan ulama, bahwa khamr adalah sesuatu yang menutupi akal pikiran seseorang
 
Sedangkan Khamr secara Istilah adalah segala sesuatu yang dapat memabukkan, apakah dia terbuat dari anggur atau yang lainnya. Walau pada awalnya hanya merujuk pada perasan kurma dan anggur. 

الخمر اصطلاحًا: اسم جنس لكل ما يسكر، والخمر لغة: " كل ما خَامَرَ العقل، أي غطاه من أي مادة كان" . الخمر مادة سائلة مسكرة يتناولها الفرد لغايات النسيان مثلًا، والخمر ما خامر العقل أي خالطه وغطاه، ومن حيث الشرع عبارة عن كل شراب مُسكِر تسمّى " خمرة "

Kalau khimar (kerudung) itu menutupi kepala dan rambut, maka khamr itu menutupi akal, sehingga orang yang akalnya tertutup, maka dapat melakukan apapun tanpa ia sadari, dan kebanyakan mengarah pada perbuatan yang keji. 

Sekelumit catatan khamr secara mu’jami, terkait dengan masalah khamr ini, ulama panjang lebar membahasnya, dari bahannya, produksinya, dan terkait dengan hukumnya. 

Saya tidak banyak berkenalan dengan pemabuk, hanya yang sering terngiang di telinga saya adalah cerita Syekh Barsiso, cerita yang saya dengar sejak duduk di sekolah madrasah Ibtidaiyah, cerita seorang alim yang memiliki santri sakti dan semuanya bisa terbang. 

Syekh ini tidak pernah melakukan dosa, hanya saja tidak kuat berpuasa, tetapi miras (khamr) dapat merubah semuanya. Bermula mabuk, nafsu yang kemudian bangkit, wanita yang dititipkan kepadanya tidak luput dari permainannya, zina pun terjadi, karena takut ketahuan, wanita tadi dibunuh, singkat cerita syekh ini pun berakhir di tiang eksekusi karena perbuatannya, dan meninggal dalam keadaan kafir.

Dari cerita di atas, miras tidak berhenti hanya dengan menyeruput dan menegak minuman, tetapi menjadi sumber dari berbagai keburukan lainnya. 

Allah ‘alam bishawab

Semoga Bermanfaat

Menelisik Asal Kata "Kuliah" dan "College" di Universitas


Halimi Zuhdy

"Kuliah di mana?", "Kuliah di gedung mana?", "Apa  materi kuliah hari ini?", "Yuk, kita ikut seminar di gedung kuliah A!". Maka, kata "kuliah" dapat berfungsi sebagai kata benda yang merujuk pada tempat atau aktivitas pembelajaran di perguruan tinggi, serta sebagai kata kerja yang menggambarkan kegiatan belajar di institusi pendidikan tinggi.

Yang menarik, kata kuliah ini berasal dari bahasa Arab yaitu kulliah (كلية). Kuliah berasal dari kata "kullu/كل" atau gabungan dari kata "kullu" dan "yah" bermakna "seluruh, setiap, semua". Terus hubungannya dengan arti di atas apa, sehingga menjadi perkuliahan atau kegiatan belajar di kampus atau universitas?. 
Dalam bahasa Arab "kulliah/كلية" lebih merujuk kepada institusi pendidikan, yakni sebuah fakultas atau perguruan tinggi yang mengelola satu bidang studi. Seperti; kulliah al-ulum al-insaniyah (fakultas humaniora), kulliah thib (fakultas kedokteran). Namun, setelah diserap dalam bahasa Indonesia, "kuliah" lebih banyak merujuk pada kegiatan pembelajaran di institusi pendidikan tinggi, bukan hanya tempatnya. 

Ini sangat mirip dan dekat sekali dengan kata "Callage" dalam bahasa Inggris, yang memiliki kedekatan lafal dan makna. Kuliah, universitas, college, dan perguruan tinggi memiliki beberapa kesamaan. Kata "universitas/al-jamiah" berasal dari bahasa Latin "universitas" yang berarti "keseluruhan" atau "komunitas akademik." Seperti "kulliah/كلية" yang memiliki akar kata yang berarti "keseluruhan," universitas juga merujuk pada lembaga pendidikan tinggi yang mencakup berbagai fakultas dan bidang studi. 

Sedangkan kata "College/kolase", dalam konteks Anglo-Saxon, college merujuk pada institusi pendidikan tinggi yang lebih kecil atau spesifik dibandingkan universitas. College sering kali berfokus pada pengajaran di jenjang sarjana atau diploma, yang lebih mirip dengan makna asli "كلية" sebagai institusi yang mencakup pendidikan dalam satu bidang studi tertentu. Di beberapa negara, seperti Inggris dan Amerika Serikat, college juga bisa merujuk pada fakultas atau bagian dari universitas yang lebih besar. 

Bagaimana dengan kata "Al-Jamiah, Univeritas"? Ini juga memiliki arti "keseluruhan", yaitu dari jami' yang bermakna berkumpul, atau juga diartikan masjid raya. Kalau dilirik dari kata dasarnya "jama'ah, jam'u, jam'iyyah, jamak" artinya banyak, berkumpul, berorganisasi, mengumpulkan, dan lainnya.  

Selain hal di atas, secara historis, yang menarik adalah bahwa kata "kulliah/كلية" menjadi salah satu istilah yang diserap karena hubungan erat antara dunia pendidikan Islam dan dunia Arab. Di pesantren-pesantren, sebagai salah satu lembaga pendidikan tertua di Indonesia, pengaruh bahasa Arab sangat kuat, terutama dalam pengajaran kitab-kitab klasik. Ketika sistem pendidikan formal seperti universitas dan perguruan tinggi mulai berkembang, kata-kata dari bahasa Arab, termasuk "كلية," ikut diserap untuk menggambarkan konsep-konsep akademis yang baru.

Semoga bermanfaat

Malang, 28 Okt 2024

Kreatifitas Takmir Masjid



Halimi Zuhdy

Maraknya berbagai aktifitas di masjid patut disyukuri. Karena masjid itu harus dimakmurkan, bukan dikeramatkan. Masjid itu harus diramaikan, bukan disenyapkan. Masjid itu dibuka lebar-lebar, bukan ditutup rapat-rapat. Masjid dibuatkan tempat yang menyenangkan, bukan tempat yang menyeramkan. 

Dalam panggilan adzan ada lafadl "Hayya Alas Sholah" mari kita shalat, dan ada "Hayya 'Alal Falah" mari kita menjadi orang yang beruntung. Aha. Masjid bukan hanya tempat shalat saja, tapi tempat keberhasilan, tempat prestasi, dan tempat keberuntungan. Tapi, shalat dulu, baru beruntung.dong.
Toyyib. Kreatifitas takmir atau pengurus masjid itu penting sekali. Untuk apa?, agar banyak orang yang datang ke masjid. Loh, bukannya mereka yang datang ke masjid itu yang dapat hidayah dari Allah?. Benar, tapi untuk menuju hidayah kan banyak jalannya, siapa tahu gegara program jumat berkah dengan berbagai menu makanan, ada orang yang tertarik shalat jum'at dan mendengarkan khutbah yang kemudian tersentuh hatinya, sehingga kemudian rajin berjamaah shalat. 

Dan lagi, ada yang menghadirkan shalat jamaah dengan berbagai door prize, walau para jamaah sudah banyak yang kaya, tapi namanya hadiah masih saja banyak yang senang dan bahagia. Ada juga, ngopi di masjid. Sebenarnya bukan ngopinya, tetapi ia dekat dengan masjid, kemudian hatinya tersentuh dengan sayup-sayup kajian dan ngaji di masjid. Ada pula, wifi gratis, gorengan gratis, beras gratis, air gratis, toilet gratis, tempat bermalam, kajian gratis, belajar tafsir, belajar fikih dan berbagai kegiatan lainnya. 

Adzan itu berderivasi dari udzn (telinga), adzan (pemberitahuan). Adzan adalah panggilan shalat untuk di dengar telinga. Dan kewajiban takmir dengan adanya adzan sudah selesai, tapi apakah adanya panggilan semua yang mendengar pada datang?, ya tidak. Dengan berbagai alasannya. Maka, butuh kreatifitas takmir masjid. Karena orang ke masjid bukan karena dekatnya dengan masjid, tapi adalah panggilan hati dan iman.  Sebagaimana kisah Sya'ban yang ingin rumahnya jauh dari masjid, bahkan ia menyesal tempatnya masih kurang jauh, walau jaraknya dari masjid sudah sangat jauh sekali. Tapi, ingin lebih jauh lagi. 

Kreatifitas takmir butuh didiskusikan. Bukan diperdebatkan. Dan yang paling penting dilakukan. Dan tugas memakmurkan masjid bukan semata urusan takmir, tapi semua orang yang merasa memiliki masjid. Maka, kreatifitas tidak harus datang dari takmir masjid, tapi juga dari jamaah masjid. 

Dalam tafsir Al Muharrar Al Wajiz karya Ibnu Athiyah, bahwa "memakmurkan masjid" memiliki makna yang dalam dan penting dalam Islam. Ayat tersebut menegaskan bahwa yang memakmurkan masjid-masjid Allah adalah mereka yang beriman kepada Allah dan hari akhir, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan tidak takut kecuali kepada Allah. Ayat ini menyiratkan perintah kepada orang-orang beriman untuk memakmurkan masjid. 

Memakmurkan dalam konteks Ayat di atas, menurut Abi Hayyan dalam tafsir "Al Bahrul Muhith" memiliki beberapa penafsiran berdasarkan perilaku dan tindakan tertentu. Secara umum, "memakmurkan" di sini merujuk pada tindakan masuk dan berdiam di dalam masjid, sering mengunjunginya, memperbaiki bangunannya, memperbaiki yang rusak, melakukan ibadah di dalamnya, dan berkeliling di sekitarnya.

Menjadi takmir harus banyak mencari ide🤩, ya. Siapa takmir?, adalah orang yang punya keinginan mengurus masjid dan memakmurkan masjid. Bukan hanya mereka yang tercantum dalam nama-nama sturktur yang terpampang di papan pengurus masjid.🥰

***
Semoga kita menjadi bagian dari orang-orang yang memakmurkan masjid. 

Malang, 24 Okt 2024

Syair Arab yang Semakin Menggeliat



Halimi Zuhdy

RMI PBNU keren. Mengadakan lomba yang jarang diminati, tapi sangat penting untuk disyiiarkan. Lomba menulis syair/Nadham Arab. Seni mengubah syair berbahasa Arab yang pernah populer di pesantren dengan pelajaran 'Arudl, tapi mulai redup. Tapi, kini difasilitasi lomba nadham/syakr Arab oleh RMI PBNU. Dan, Insyallah ke depan bait-bait syakr Arab akan menggeliat dan mungkin akan marak lagi. Tahun kemarin hadiahnya umroh bagi pemenang pertama. Tahun ini apa?, malam ini pengumumannya.he.
"Lomba Syair Berbahasa Arab diharapkan membangun kembali kekayaan intelektual dan sastra yang pernah luar biasa dan sekarang kurang diminati", kata Kyai Hodri Ariev. Lah, ini yang menjadi alasan "kurang diminati", maka agar banyak yang meminatinya, di antaranya adalah dengan dihargai, disyiarkan, dan dilombakan. 

Asyik banget, tadi siang dalam grand final, saya mendengarkan bait-bait syair Arab didendangkan oleh para santri dari berbagai pondok pesantren di Indonesia. Ini, bukan bait-bait karangan orang Arab, tapi karya santri Indonesia. Mereka tulis sendiri. Dan memilih salah satu bahar dalam gubahannya. Indah banget.  Ada yang merajut bait syair dengan bahar Rajaz, ada pula bahar Thawil, bahar Bashit dan banyak yang menggunakan Wafir. Wafir dan Rajaz menjadi pilihan Favorit. Entah kenapa. 

Dibandingkan dengan tahun kemarin, peserta tahun ini membeludak. Dan karyanya bagus-bagus. Kadang bingung memilihnya, tapi harus dipilih yang terbaik dari yang baik-baik. Penilaiannya, selain kaidah syair (Arudh, Qawafi, Nahwu, Sharraf), ada juga uslub, pilihan diksi (ikhtiyar kalimah), keindahan kata, dan lainnya. Temanya bebas. Dan, juga bagaimana menampilkannya, walau penilaian ini tidak dominan. 

Tahun ini, peserta grand final tidak diundang ke PBNU Jakarta, hanya lewat online, tidak seperti tahun sebelumnya, berjibaku dengan teks dan diskusi panjang di ruang perpustakaan PBNU, Kramat Raya. Lewat zoom. Terkadang suaranya terputus-putus, kadang tidak jelas, dan bahkan tiba-tiba hilang. Dan juga tidak tahu, apakah ada pembisiknya, tapi pasti ketahuan sih.he.

"Dengan kemampuan syair ini kita berharap mampu menghaluskan perasaan, mempertajam rasa, dan sekaligus sebagai motivasi agar santri tidak hanya mampu membaca kitab tetapi mampu memahami pernik-pernik dasar dan mendasar Bahasa Arab sebagai salah satu modal penting dalam memahami Al-Qur'an dan al-Hadits," kata Kyai Khodri. 

Selama ini, banyak lomba-lomba Syair Arab, tapi hanya taqdim atau qira'ah atau ilqa' Syair. Bukan menulis syair. Maka, lomba penulisan syair  Arab sangat jarang sekali di lombakan. Kalau di Timur Tengah, ada banyak. Ada Lomba Amir Syuara', dan ini lagi berlangsung. 

Semoga lomba syair Arab terus istiqamah, dan dapat memompa santri untuk terus berkarya.

***
Juri Musabaqah Syair/Nadham Arab 

***
Cc Hamzah Sahal

Menikah itu Gak Ribet Lo!



Halimi Zuhdy

"Menikah itu ribet!" Kata salah satu peserta calon pranikah. "Kata siapa?, aha, nikah itu gak ribet blass, yang ribet itu mindset" saya jawab langsung dengan nada tegas dan tinggi, tapi sambil senyum lo.he

Apa yang membuat nikah itu ribet?, pernikahan sejatinya adalah ibadah yang sangat mulia dan sederhana, namun sering kali dianggap rumit dan ribet itu karena mindset yang keliru. Banyak orang mengira bahwa pernikahan harus diadakan dengan pesta mewah, biaya besar, dan persiapan yang sangat panjang. Padahal, jika dilihat dari sisi syariat, pernikahan itu sangat mudah. Dalam Islam, yang diperlukan hanyalah ijab qabul, mahar yang tidak memberatkan, serta adanya wali dan saksi. Wow, mudah banget ya!
"Yang ribet itu bukan nikah tadz, tapi tidak dapet-dapet calonnya". Kata Kacong. "Lah, kalau ini saya angkat tangan, tapi teruslah berikhtiyar dan berdoa padaNya, insyallah diberikan yang terbaik, dan terbaik itu tidak harus dapat jodoh, karena itu bagian dari takdir, tapi kalau belum mendapatkan itu juga bisa yang terbaik, nikah itu sunah bukan wajib, jangan sampai gegara ingin banget menikah kemudian melakukan yang haram" jawaban diplomatis.he.

Bila menikah itu sebuah kebutuhan, maka jangan kemudian dibuat ribet. Apalagi faidah menikah itu sangat banyak, selain menjaga diri dari terjatuh pada perbuatan zina, keharaman, kemaksiatan, juga bisa mendatangkan ketenangan, menjaga keturunan dan lainnya. "Ada tiga kelompok yang pasti ditolong oleh Allah: orang yang berperang membela agama-Nya, budak yang ingin menunaikan janji pemiliknya (supaya merdeka), dan orang yang menikah karena ingin menjaga kehormatan dirinya.” (HR. Turmudzi). 

Toyyib. Yang ribet itu seringnya adalah pacaran, sehingga jatuh pada perzinahan. Belum lagi tuntutan ketika masa-masa pacaran, sehingga mikirnya sangat banyak sekali, lama-lama mau nikah terasa berat. Nikah itu sunnah, tapi terkadang bisa jatuh pada sesuatu yang haram, proses menikah itu tidak usah lama-lama, karena semakin lama prosesnya, dikhawatirkan jatuh pada hal yang haram tadi. Maka, bagi orang tua yang mempunyai anak perempuan harus mempersiapkan. He. 

Oh ia. Biasanya, kalau saya ngisi khutbah nikah atau ceramah nikah, didahului dengan kalimat, "Mengapa orang datang yang diucapkan adalah, Barakallah lakuma?". Kok tidak "Semoga pernikahannya memuaskan, segera punya anak, semoga tahan lama dan lainnya". Ada apa dengan kata "berkah". Lah, di sinilah kunci SAMAWA (sakinah, mawaddah wa rahmah), dan biasanya yang diwasiatkan terakhir adalah menikah itu ibadah, maka bagaimana seorang laki-laki menjalankan fungsi qawwam-nya. Dan tegas dalam "Qu anfisakum wa ahlikum nara", bila suami istri sudah menjaga ibadah terutama shalat, maka dalam Al-Qur'an sangat jelas " Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuautan) keji dan mungkar.".

Bagaimana dengan orang tua yang menunda-nunda menikahkan anaknya, sedangkan anaknya sudah siap, apalagi anaknya juga sudah tidak kuat untuk tidak menikah? Cukup direnungkan hadis Nabi ini
“Bila datang seorang laki-laki yang kamu ridhoi agama dan akhlaknya, hendaklah kamu nikahkan dia, karena kalau engkau tidak mau menikahkannya, niscaya akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang meluas.” (H.R. Tirmidzi dan Ahmad).

Itu saja dulu!

Benarkah Al-Qur'an itu Dimudahkan?, Apanya yang Dimudahkan?



Halimi Zuhdy

Ada banyak tafsir tentang kata "dimudahkan, yassarna". Dan dalam Al-Qur'an ada 6 kali kata ini disebutkan, yassarna, 4 didahului dengan "walaqad, sungguh" dan 2 kali didahului kata "innama, sesungguhnya". 

Dalam tafsir At-tahrir wattanwir, bahwa makna dari Ayat "يَسَّرْنا القُرْآنَ لِلذِّكْرِ" adalah bahwa Allah telah memudahkan Al-Qur'an untuk dipahami agar orang-orang bisa mengambil pelajaran darinya. Kemudahan ini membuat seseorang lebih cepat mengingat dan merenungkan Al-Qur'an saat mendengarnya, sehingga menjadi manfaat bagi mereka yang ingin mendapatkan petunjuk. Sama halnya seperti seseorang yang akan lebih mudah mencapai tujuannya ketika jalannya dipermudah dan hambatan dihilangkan. Jadi, ayat ini menggambarkan bahwa Allah memudahkan Al-Qur'an bagi orang-orang yang ingin merenunginya (mentadabburinya, atau mempelajarinya)
Toyyib. Al-Qur'an itu petunjuk hidup untuk umat manusia, seperti yang ditegaskan dalam berbagai Ayat, bahwa Al-Qur'an itu "mudah." Salah satu Ayat yang sering dijadikan landasan adalah dalam Surat Al-Qamar ayat 17:

وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُّدَّكِرٍ

“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur'an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?”

Dalam ayat ini, istilah "mudahkan" memiliki banyak makna, dan penafsirannya dapat diambil dari berbagai perspektif tafsir klasik. Di antara makna "mudahkan" (يَسَّرْنَا) adalah bahwa Al-Qur'an telah dibuat mudah untuk dihafal, dipahami, dan diikuti ajarannya. Selain itu, kata "مُّدَّكِرٍ" mengacu pada seseorang yang siap mengambil pelajaran dan mau merenungkan isi Al-Qur'an.

Aha. Untuk melihat rincian dari kata yassarna, dapat dilihat gambar di atas, maka kata "mudah" adalah mudah untuk dihafalkan "تيسير ألفاظه"
Al-Qur'an diturunkan dalam bahasa Arab yang jelas dan mudah untuk dihafal. Allah menyebutkan bahwa salah satu tanda kemudahan Al-Qur'an adalah dalam susunan kata-kata dan keluwesan bahasanya, yang memungkinkan orang dari berbagai latar belakang untuk menghafalnya. Ayat yang mendukung hal ini adalah 
“بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُّبِينٍ”
 (Surat Asy-Syu’ara: 195)  
“Dengan lisan (bahasa) Arab yang jelas.”

Kemudian, "mudah" yang lain adalah mudah dipahami maknanya تيسير معانيه. Al-Qur'an terletak pada cara penyampaiannya yang jelas dan mendalam, sehingga seseorang yang mendalami isinya akan menemukan makna-makna yang dapat dipahami dengan baik. Dalam ayat lain, Allah menegaskan bahwa Al-Qur'an bukan hanya diturunkan untuk dibaca, tetapi juga untuk dipahami dan direnungkan, sebagaimana dalam Ayat;

  “كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِّيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُوْلُواْ الْأَلْبَابِ
”Surat Shad: 29)  

“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.”

Toyyib, yang ketiga, bahwa mudahnya al-Qur'an adalah pada "mudah" diikuti ajarannya, تيسير أوامره ونواهيه. Al-Qur'an memberikan panduan yang jelas tentang apa yang diperintahkan dan apa yang dilarang. Kemudahan ini diberikan agar setiap Muslim bisa menjalani kehidupan sesuai dengan syariat yang telah ditetapkan tanpa beban yang memberatkan. Prinsip-prinsip dalam Islam, seperti yang dinyatakan dalam ayat berikut, menegaskan bahwa Allah tidak memberikan kewajiban yang tidak bisa dipenuhi manusia,
 “لا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْساً إِلَّا وُسْعَهَا”
(Surat Al-Baqarah: 286)  

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.”

Bagaimana dengan kata kata  "مُّدَّكِرٍ"? 
Kata "مُّدَّكِرٍ" dalam ayat di atas berasal dari kata "ذِكْرٌ" yang bermakna mengingat atau mengambil pelajaran. Menurut para ulama tafsir, yang dimaksud dengan "muddzakkir" adalah orang yang mau merenungkan, mengingat, dan mengambil pelajaran dari Al-Qur'an. Sebagai manusia, kita ditantang untuk tidak hanya membaca, tetapi juga memahami dan mengamalkan pesan yang terkandung dalam Al-Qur'an. 

Dalam, At-Tabari; 
يقول تعالى ذكره: ولقد سهَّلنا القرآن للذكر لمن أراد التذكر به فهل من متعظ ومعتبر به فينزجر به عما نهاه الله عنه إلى ما أمره به وأذن له فيه

 "Sungguh, Kami telah memudahkan Al-Qur'an untuk diingat bagi siapa saja yang ingin mengambil pelajaran darinya. Maka, adakah yang mau mengambil nasihat dan pelajaran darinya, sehingga ia berhenti dari apa yang Allah larang dan beralih kepada apa yang Allah perintahkan dan izinkan?"

Marajik; tafsir Ibnu Katsir, tafsir Al-Baghawi, tafsir As-Sa'di, attahrir wa tanwir, At-Tabari.

Rabu, 23 Oktober 2024

Apakah Konflik Iran dan Israel (Amerika), akan mengulang Konflik Persia vs Romawi?


Halimi Zuhdy

Apakah konflik Iran dan Israel adalah benar-benar konflik antar dua negara?. Atau keduanya hanyalah sebuah skenario besar dari konflik besar antara Barat dan Timur. Atau keduanya, adalah bagian dari bisikan dari kekuatan di belakangnya? Siapakah di belakang Israel dan siapa pula di belakang Iran? Dan dimana posisi negara Timur Tengah lainnya, demikian juga dengan posisi Amerikan dan Eropa?. Pelik dan ruet. Tapi, adanya sesuatu karena disebabkan sesuatu, dan ada tujuan untuk meraih sesuatu. Titik. 
Coba bayangkan konflik yang tidak berkesudahan antara Iran dan Amerika Serikat plus Eropa. Dan ini bukan hal aneh, karena konflik seperti ini sudah pernah ada sejak kekuasaan Persia dan Romawi Kuno. Ini konflik terpanjang dalam sejarah,  berlangsung selama lebih dari 700 tahun. 

Iran adalah Persia masa lalu, bahasa Persia masih digunakan oleh Iran. Entah, apakah masih sama Persia masa lalu dengan Iran hari ini?, yang jelas berbeda. Iran membawa nama Islam, sedangkan persia tidak. Tapi, pasti ada titisan darah Persia dalam diri orang-orang Iran. Demikian juga tetesan Romawi, menetes pada orang-orang Barat. Semoga, tetesan itu tidak menjadi alasan untuk terus konflik antara Timur dan Barat. 

Tentu, Konflik antara Iran dan Israel tidak bisa langsung dikaitkan sebagai kelanjutan dari konflik kuno antara Romawi dan Persia, meskipun ada beberapa elemen sejarah dan geopolitik yang bisa dianggap memiliki kemiripan dalam hal dinamika kekuatan Timur-Barat. Namun, konteks konflik Iran-Israel lebih modern dan melibatkan faktor-faktor politik, agama, serta identitas nasional yang berbeda dari perseteruan antara Romawi dan Persia di masa lalu. 

Iran secara historis merupakan kelanjutan dari peradaban Persia, terutama dari Kekaisaran Sassanid. Namun, setelah masuknya Islam, Iran mengalami perubahan besar baik dalam hal agama maupun politik, dan sejak Revolusi Iran pada 1979, Iran menjadi sebuah negara teokrasi yang berbasis Syiah, dengan pandangan politik yang sangat berbeda dari zaman kuno. Dan uniknya, Iran walau diembargo masih terus bertahan. Ini sesuatu yang perlu diapresiasi, berarti ada kekuatan dahsyat sehingga ia bisa bertahan.

Apakah Israel adalah Barat? Atau pengganti dari Romawi?. Sebentar dulu. Israel secara historis tidak memiliki hubungan langsung dengan Kekaisaran Romawi kuno, meskipun wilayahnya pernah dikuasai oleh Romawi pada masa dahulu. Namun, dalam konteks modern, Israel sering dipandang sebagai sekutu strategis Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya, yang berasal dari peradaban Eropa (dan dalam pengertian luas, Eropa merupakan pewaris budaya Romawi). 

Jadi, dalam konteks geopolitik, Israel bisa dianggap memiliki hubungan dengan kekuatan-kekuatan Barat, meskipun tidak secara langsung sebagai "pewaris" Kekaisaran Romawi.

Tapi, entahlah! 

Konflik Iran dan Israel lebih terkait dengan isu-isu politik dan ideologis kontemporer, terutama setelah Revolusi Iran 1979 yang membawa kepemimpinan Islam Syiah di bawah Ayatollah Khomeini. Iran menentang keberadaan Israel sebagai negara Yahudi di Timur Tengah, mendukung perjuangan Palestina, dan menentang pengaruh Barat di kawasan tersebut. Sebaliknya, Israel melihat Iran sebagai ancaman eksistensial karena dukungannya terhadap kelompok-kelompok seperti Hizbullah di Lebanon dan Hamas di Palestina, serta program nuklir Iran yang dianggap berbahaya. Seperti persoalan ini yang memanas?!!! Terus mana posisi negara yang dianggap beredilogi sunni? 

Meskipun ada beberapa kesamaan dalam hal dinamika Timur-Barat, konflik antara Iran dan Israel lebih kompleks dan berbeda dari konflik Romawi-Persia. Perang modern ini lebih banyak dipengaruhi oleh faktor ideologis, agama (Syiah-Sunni, Yahudi), serta geopolitik yang melibatkan negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan Eropa, di mana Israel sering dianggap bagian dari poros Barat. Di sisi lain, Iran sering dipandang sebagai pusat kekuatan Timur Tengah yang menentang pengaruh Barat di wilayah tersebut, terutama di bawah rezim teokratis yang dipimpin ulama Syiah.

Oh Ia, antara Persia Kuno dan Romawi berkonflik. 
Konflik keduanya, memuncak pada masa kekaisaran Sassanid di Persia dan Kekaisaran Bizantium, cabang dari Kekaisaran Romawi Timur. Hasil pembacaan dari beberapa marajik,  sebab utama yang melatarbelakangi konflik ini yaitu; perebutan kekuasaan, perbedaan agama dan budaya, sistem kekuasaan, politik yang komplek. Kalau sekarang merebut apa ya? 

Apakah tidak bisa diselesaikan? Entah, saya bukan ahlinya, hanya melihat betapa peliknya konflik di Timur Tengah. Dulu, kekaisaran Romawi dan Persia saling berusaha menguasai wilayah-wilayah yang strategis, khususnya daerah Timur Tengah dan Mesopotamia. Kawasan ini penting karena berada di jalur perdagangan utama antara Timur dan Barat serta kaya akan sumber daya alam. Kalau hari ini, apa yang ingin dikuasai? 
   
Akhirnya? 

Dua kekuasaan Romawi dan Persia, selesai. Kemenangan Islam  menjadi akhir dari konflik berkepanjangan. Pada abad ke-7, Kekaisaran Sassanid Persia dan Bizantium keduanya mengalami penurunan kekuatan yang signifikan akibat perang berlarut-larut. Pada saat yang sama, Islam mulai menyebar di Jazirah Arab dan wilayah-wilayah sekitarnya. Tentara Muslim di bawah kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab berhasil mengalahkan kekuatan Persia dalam Pertempuran Qadisiyyah (636 M) dan kemudian merebut Mesopotamia. Kekaisaran Bizantium juga mengalami kekalahan di beberapa wilayah mereka, termasuk Syria dan Palestina, oleh pasukan Muslim.

Terus sekarang, siapa yang punya peran menghentikan perang ini? Entahlah.

Malang, 6 Okt 2024

(Hanya catatan ringan dan ngawur).

Menilik Asal Kata "Ikatan" dan Kata "Aqidah"


Halimi Zuhdy

Seringkali kita mendengar kata "Ikatan", tapi terkadang tidak terlalu peduli dengan asal katanya dan kaitannya dengan akar kata asalnya. Misalnya; Ikatan alumni, mengikat tali, akad nikah, terikat cinta, tanda pengikat dan lainnya. 
Kalau kita tilik lebih dalam, antara ikatan dan akad itu sangat dengan baik secara lafal dan maknanya. Secara etimologis, kata "ikat" dalam bahasa Indonesia diduga berasal dari kata عقد (aqad) dalam bahasa Arab. Kata "aqad" memiliki arti dasar "mengikat" atau "menghubungkan", yang dapat digunakan baik dalam konteks fisik (seperti mengikat tali) maupun dalam konteks abstrak (seperti mengikat janji atau kontrak). 

Hal di atas, seperti dalam konteks pernikahan dalam bahasa Arab, akad nikah (عقد النكاح) adalah perjanjian atau ikatan antara dua pihak yang disahkan dengan ritual. Ini serupa dengan konsep "ikatan pernikahan" dalam bahasa Indonesia. Juga, kita temukan dalam kehidupan sehari-hari, "aqad" juga dapat berarti kontrak atau perjanjian yang mengikat pihak-pihak yang terlibat dalam hubungan hukum atau sosial, mirip dengan bagaimana "ikatan" di Indonesia sering merujuk pada suatu hubungan formal, baik kontrak, kesepakatan, atau hubungan emosional.

Dari segi fonetik (suara, atau ucapan), ada kedekatan bunyi antara kata "aqad/عقد" dalam bahasa Arab dan kata "ikat" dalam bahasa Indonesia. Huruf ع (ain) pada awal kata "aqad" memiliki kemiripan dalam pengucapan dengan bunyi "i" pada "ikat," sementara konsonan "q" (ق) pada "aqad" mirip dengan bunyi konsonan "k" pada "ikat." Transformasi fonetis dari bunyi "q" ke "k" adalah hal yang umum dalam adaptasi bahasa, terutama ketika bahasa serumpun atau asing saling memengaruhi dalam proses asimilasi linguistik.

Dalam kamus Al-Ma'ani makna kata عقد dapat diringkas;
الفعل "عقد" في اللغة العربية يحمل العديد من المعاني التي تتعلق بفكرة الربط أو الإحكام. في استعمالاته المختلفة، يمكن أن يشير إلى ربط الأجزاءمثل "عقد الحبل" أي صنع عقدة فيه، أو إلى إتمام الأمور الرسمية مثل "عقد الزواج" و"عقد البيع" بمعنى إتمامهما. كما يستخدم للإشارة إلى اتخاذ قرارات قوية مثل "عقد العزم" أو "عقد النية". من جانب آخر، الفعل يستخدم لوصف الحالات العاطفية مثل "عقد الخوف لسانه" أي جعله غير قادر على الكلام بسبب الخوف.

Kata "ikat" dan "ikatan" dalam bahasa Indonesia berasal dari kata dalam bahasa Arab yaitu عقد (aqad), yang memiliki arti "mengikat" atau "menyimpulkan." Dalam bahasa Arab, aqad merujuk pada tindakan mengikat sesuatu dengan kuat, baik secara fisik maupun dalam pengertian metaforis, seperti mengikat perjanjian atau janji.

Sedangkan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata "ikat" berarti "mengikat atau menghubungkan dua bagian atau lebih dengan sesuatu sehingga menjadi satu atau terikat." Sedangkan "ikatan" didefinisikan sebagai "hasil mengikat" atau "sesuatu yang dipakai untuk mengikat," yang juga bisa merujuk pada hubungan atau keterikatan, baik secara fisik maupun sosial.

Toyyib, bagaimana kaitannya dengan kata "ikatan", "aqad" dan "akidah" ?. "aqidah" (عقيدة) berasal dari bahasa Arab, yang berakar dari kata kerja عقد (aqada) yang berarti "mengikat" atau "mengokohkan." Dalam bentuk masdar, عقيدة merujuk pada sesuatu yang diikat erat atau keyakinan yang kokoh dan tidak goyah. Dari segi terminologi, aqidah berarti kepercayaan yang kuat dan mantap terhadap sesuatu, khususnya dalam konteks keyakinan agama. 

Dalam Islam, aqidah mengacu pada pokok-pokok kepercayaan yang diyakini oleh seorang Muslim, termasuk keyakinan kepada Allah, malaikat, kitab-kitab, rasul-rasul, hari kiamat, dan takdir. Aqidah ini merupakan fondasi dari iman seorang Muslim. Di dalam bahasa Indonesia, "aqidah" juga diadopsi dari bahasa Arab dengan makna yang sama, yaitu keyakinan atau kepercayaan yang mendasari praktik keagamaan. Tapi, tidak terlepas dari konsonan "a-q-d". 

Allahu'alam bishawab

Tuban - Sragen, 12 Okt 2024

Pelukan dan Ciuman di Tempat Umum, Sudahkah dianggap Biasa?


Halimi Zuhdy

Ngeri. Saya hanya bisa diam. Sesekali saya termangu. Sesekali menundukkan kepala. Apa dosa saya, hidup di era yang laki-laki dan perempuan mempertontonkan kemesraan, pelukan, bahkan ciuman di tempat umum, mereka belum ada ikatan sah, sedangkan saya tidak bisa menegur mereka. Hanya mampu berbisik, "mas jangan ciuman di sini". Itu saja. 
Banyak orang lalu lalang di sekitar mereka. Hanya diam. Tak menegur. Apalagi mengusir mereka. Saya pindah tempat, sama saja. Selalu ada pemuda pemudi yang nongkrong dengan tangan dilipatkan ke lehernya, sambil ciuman. Saya melewati beberapa cafe, sambil melirik ke kanan dan ke kiri. Sama saja. Mereka asyik masyuk. Semakin malam, semakin banyak di trotoar, pemuda pemudi yang tak peduli sekelilingnya. 

Saya duduk. Membuka hp. Bertemu dengan judul berita "Indonesia Darurat Sek Bebas". "Ya Allah. Apa yang bisa saya perbuat untuk itu" gumam saya. Dalam berita itu, "Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebut, hubungan seks luar nikah remaja 15-19 tahun mengalami peningkatan. Kasus pada perempuan usia 15-19 tahun sebanyak 59 persen, sedangkan pada laki-laki pada angka 74 persen".

Terus, ini tugas siapa?. Dulu. Ketika saya masih kecil sampai menjadi mahasiswa. Sekitar tahun 80-2000, Ada Iklan televisi yang berisi perempuan yang agak tidak pantas, diprotes masyarakat. Demikian juga dengan laki-laki. Iklan diberhentikan. Bahkan, iklan di jalan-jalan juga masih sopan. Sekarang?. Lihat saja. Siapa yang mampu protes?. Atau memprotes, tapi tidak direspon. Atau direspon, tapi tidak ditindaklanjuti. Atau ditindaklanjuti, tapi kemudian kalah sama yang punya kekayaan atau juga kuasa?. Entahlah.  

Belum lagi kalau sudah masuk ke medsos. Lihat saja di X, FB, IG, TT, YT, dan lainnya. Berbagai tayangan yang tidak pantas pun selalu muncul. Anak-anak kecil, menonton tanpa sensor. Seakan-akan ia bisa dikonsumsi oleh semua kalangan. Entah. Siapa yang bisa menyensor media sosial?. Kalau televisi, mungkin masih ada KPI, tapi bagaimana televisi yang sudah masuk media?. Terus, sekarang anak muda dan orang tua, sudah banyak yang beralih ke televisi di sosal media?. Belum lagi yang menjadi korbannya, "Sebanyak 5,5 juta anak di Indonesia menjadi korban pornografi. Jumlah ini mencakup anak dalam jenjang SD, SMP, SMA bahkan PAUD dan disabilitas." (Detik, April, 24). 

Yang mengerikan, "Berdasar data ECPAT Indonesia, angka konsumsi konten pornografi masyarakat Indonesia memiliki angka mengkhawatirkan. Dari hasil survei situs penyedia video dewasa asal Amerika, Indonesia menempati rangking dua terbanyak pengakses video porno". Ini, kata berita RadarSukabumi, 2018. Sekarang tahun 2024, apakah semakin bertambah, atau sudah tidak ada rangkingnya?. “66 persen anak laki-laki sudah pernah menyaksikan seksual dari game online. Demikian anak perempuan hampir sama 63,2 persen,” (Kompascom, 21).

Saya cari tahu tentang maraknya perilaku seks bebas. Ternyata pemicunya oleh berbagai faktor seperti pengaruh media sosial, akses mudah ke konten pornografi, pergaulan bebas, serta kurangnya pendidikan seksual yang komprehensif. Dan hal ini, telah membawa dampak negatif terhadap kesehatan fisik, psikologis, dan moral generasi muda. Bisa kita lihat dan kita saksikan, di berbagai tempat, dan berita itu tersuguhkan setiap hari. 

Yuk! Tegur, anak-anak kita, bila terlihat tidak pantas melakukan sesuatu di tempat umum, sebagaimana ada ibu hamil menegur orang merokok di tempat umum. Kalau merokok dianggap mengganggu janin, bagaimana dengan tontonan yang tidak pantas? 

Kalau tidak mampu dengan tangan (kuasa, kemampuan lainnya), maka dengan lisannya, kalau tidak mampu, maka dengan hatinya. wa dzalika adhaful iman. 

عَنْ  أَبِيْ سَعِيْدٍ الْـخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ؛ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّـى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : «مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ ، فَإِنَ لَـمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ ، وَذَلِكَ أَضْعَفُ اْلإِيْـمَـانِ».

***

Kekuasaan (الملك)


Halimi Zuhdy

Kekuasaan dianggap asyik. Maka, selalu menjadi rebutan dan diperebutkan. Sehingga atas nama "kekuasaan" orang rela matian-matian menggapainya. Bagaimana kata "Mulk" dalam Al-Qur'an? 

Dan yang asyik lagi, dalam Al-Qur'an ada kata Malik (ملك) dan Maalik (مالك), apa perbedaan maknanya? Atau sama saja?. 
Terus bagaimana dengan tiga nama Allah; "al-Malik" (الملك), "al-Malik" (المالك), dan "al-Malik" (المليك). Setiap nama memiliki arti yang mendalam terkait kekuasaan dan kepemilikan Allah atas segala sesuatu. Al-Malik (الملك) merujuk kepada kekuasaan atau kerajaan yang dimiliki Allah. Kata ini sering digunakan untuk menggambarkan otoritas dan kekuatan-Nya yang mutlak. Dalam Al-Qur'an, kata "al-Malik" disebut sebanyak lima kali.

Al-Maalik (المالك) berarti pemilik, yang merujuk pada Allah sebagai pemilik segala sesuatu di alam semesta. Nama ini muncul dua kali dalam Al-Qur'an. Sedangkan Makna “al-Maliik” (المليك). Nama ini hanya disebut sekali dalam Al-Qur'an, yaitu dalam surat Al-Qamar, "إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَنَهَرٍ فِي مَقْعَدِ صِدْقٍ عِندَ مَلِيكٍ مُّقْتَدِرٍ" (Al-Qamar: 54-55), yang menggambarkan Allah sebagai Raja yang Maha Perkasa dan Maha Kuasa.

Keagungan dari ketiga nama ini menegaskan bahwa Allah tidak hanya memiliki kekuasaan dan otoritas penuh atas alam semesta, tetapi juga hak dan kemampuan untuk mengelola semua ciptaan-Nya. Kekuasaan Allah meliputi segalanya, sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur'an "لِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ" (Asy-Syura: 49). Dengan begitu, pemilik manusia dan alam semesta adalah Allah, yang mengatur segalanya tanpa ada yang dapat menentang-Nya.

Perbedaan antara "al-Malik" dan "al-Maalik" adalah bahwa meskipun banyak pemilik di dunia ini, hanya Allah yang memiliki hak mutlak untuk mengatur dan memerintah tanpa batas. Ini menunjukkan kebesaran Allah yang tak tertandingi dalam menciptakan, menguasai, dan mengendalikan seluruh alam.

Yuk! Tilik dalam YT Lil Jamik

Sumber Kerusakan di Muka Bumi, dan Awal Perbuatan Dosa di Muka Bumi



Halimi Zuhdy

Aha!. Akhirnya ketemu juga sumber dan kunci yang membuat kerusakan di muka bumi. Baik, kerusakan individual, kelompok, golongan, bahkan antar negara. Tidak jauh dari tiga hal ini. Kesombongan, tamak dan kedengkian. Emang, ada manusia yang tidak punya ketiganya?. Namanya manusia, mungkin tersimpan sifat dari ketiganya, tetapi kadarnya berbeda, atau mampu dikendalikan. Sehingga tidak sampai merusak. Tapi, ada yang diobral dengan sengaja. 
Tiga dosa besar yang pertama kali dilakukan makhluk terhadap perintah Allah, yaitu kesombongan (الكبر), tamak (الحرص), dan dengki (الحسد). Kesombongan ditunjukkan oleh Iblis yang menolak sujud kepada Nabi Adam, sementara tamak diperlihatkan oleh Nabi Adam yang memakan buah terlarang, dan dengki dilakukan oleh Qabil yang membunuh saudaranya, Habil.

Ketiga dosa ini, yaitu kesombongan, tamak, dan dengki, adalah sumber dari banyak kerusakan di dunia. Kesombongan membawa pada penolakan terhadap kebenaran, tamak melahirkan ketidakpuasan yang tiada henti terhadap dunia, dan dengki merusak hubungan antar sesama.

Dalam konteks dunia saat ini, dosa-dosa ini sangat relevan. Kesombongan bisa terlihat dalam konflik antarindividu maupun negara, tamak menyebabkan eksploitasi sumber daya dan ketidakadilan, sementara dengki mendorong banyak tindakan kekerasan dan ketidakadilan sosial.

Al-kibr atau kesombongan, mungkn sama dengan nasionalisme ekstrem, yaitu bentuk kesombongan modern di mana suatu negara atau kelompok merasa lebih unggul dan berhak mendominasi yang lain, sering kali memicu ketegangan antarnegara dan konflik global. 

Ketidakmampuan untuk menerima perbedaan atau menghormati kedaulatan pihak lain menyebabkan perebutan wilayah, perang, dan kerusakan hubungan diplomatik, yang semuanya berdampak negatif pada stabilitas dunia. 

Sementara, al-hirs atau tamak mirip dengan kapitalisme tak terkendali menggambarkan dorongan tamak dalam mengejar keuntungan dan kekayaan secara berlebihan. Sistem ini sering kali mengabaikan dampak terhadap lingkungan dan menciptakan ketidakadilan ekonomi, di mana segelintir orang kaya semakin makmur sementara mayoritas lainnya terpinggirkan. 

Aha, sedangkan al-hasad atau iri plus dengki mirip dengan politik identitas, di sisi lain, memperlihatkan dengki dalam bentuk kontemporer, di mana kelompok-kelompok menggunakan perbedaan identitas seperti ras, agama, atau etnis untuk menimbulkan perpecahan dan konflik. Ini memperburuk perselisihan sosial dan menimbulkan kekerasan serta ketidakstabilan di berbagai negara, menghambat upaya perdamaian dan kemajuan bersama.

Maka apa yang kita lihat akhir-akhir ini?, kita melihat banyak masalah global yang mencerminkan akar dari tiga dosa ini. ketidakpedulian terhadap keadilan, keserakahan yang menggerakkan konflik ekonomi, dan iri hati yang menciptakan perpecahan.

Untuk mengatasi krisis moral ini, kita perlu kembali pada prinsip-prinsip agama, yang mengajarkan untuk merendahkan hati, bersyukur dengan apa yang dimiliki, dan menghapus iri hati dari dalam diri kita. Menghindari ketiga dosa ini akan membuka jalan bagi perdamaian dan keadilan di dunia. Apakah bisa?. Yang tinggal kita lihat peran para pemimpin kita. Dan bagaimana peran ulamaknya. 

Bukankah umra dan ulama punya peran dalam setiap negara? 

Malang, 19 Okt 2024

Benarkah Al-Qur'an itu Dimudahkan?, Apanya yang Dimudahkan?

Halimi Zuhdy

Ada banyak tafsir tentang kata "dimudahkan, yassarna". Dan dalam Al-Qur'an ada 6 kali kata ini disebutkan, yassarna, 4 didahului dengan "walaqad, sungguh" dan 2 kali didahului kata "innama, sesungguhnya". 

Dalam tafsir At-tahrir wattanwir, bahwa makna dari Ayat "يَسَّرْنا القُرْآنَ لِلذِّكْرِ" adalah bahwa Allah telah memudahkan Al-Qur'an untuk dipahami agar orang-orang bisa mengambil pelajaran darinya. Kemudahan ini membuat seseorang lebih cepat mengingat dan merenungkan Al-Qur'an saat mendengarnya, sehingga menjadi manfaat bagi mereka yang ingin mendapatkan petunjuk. Sama halnya seperti seseorang yang akan lebih mudah mencapai tujuannya ketika jalannya dipermudah dan hambatan dihilangkan. Jadi, ayat ini menggambarkan bahwa Allah memudahkan Al-Qur'an bagi orang-orang yang ingin merenunginya (mentadabburinya, atau mempelajarinya)
Toyyib. Al-Qur'an itu petunjuk hidup untuk umat manusia, seperti yang ditegaskan dalam berbagai Ayat, bahwa Al-Qur'an itu "mudah." Salah satu Ayat yang sering dijadikan landasan adalah dalam Surat Al-Qamar ayat 17:

وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُّدَّكِرٍ

“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur'an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?”

Dalam ayat ini, istilah "mudahkan" memiliki banyak makna, dan penafsirannya dapat diambil dari berbagai perspektif tafsir klasik. Di antara makna "mudahkan" (يَسَّرْنَا) adalah bahwa Al-Qur'an telah dibuat mudah untuk dihafal, dipahami, dan diikuti ajarannya. Selain itu, kata "مُّدَّكِرٍ" mengacu pada seseorang yang siap mengambil pelajaran dan mau merenungkan isi Al-Qur'an.

Aha. Untuk melihat rincian dari kata yassarna, dapat dilihat gambar di atas, maka kata "mudah" adalah mudah untuk dihafalkan "تيسير ألفاظه"
Al-Qur'an diturunkan dalam bahasa Arab yang jelas dan mudah untuk dihafal. Allah menyebutkan bahwa salah satu tanda kemudahan Al-Qur'an adalah dalam susunan kata-kata dan keluwesan bahasanya, yang memungkinkan orang dari berbagai latar belakang untuk menghafalnya. Ayat yang mendukung hal ini adalah 
“بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُّبِينٍ”
 (Surat Asy-Syu’ara: 195)  
“Dengan lisan (bahasa) Arab yang jelas.”

Kemudian, "mudah" yang lain adalah mudah dipahami maknanya تيسير معانيه. Al-Qur'an terletak pada cara penyampaiannya yang jelas dan mendalam, sehingga seseorang yang mendalami isinya akan menemukan makna-makna yang dapat dipahami dengan baik. Dalam ayat lain, Allah menegaskan bahwa Al-Qur'an bukan hanya diturunkan untuk dibaca, tetapi juga untuk dipahami dan direnungkan, sebagaimana dalam Ayat;

  “كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِّيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُوْلُواْ الْأَلْبَابِ
”Surat Shad: 29)  

“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.”

Toyyib, yang ketiga, bahwa mudahnya al-Qur'an adalah pada "mudah" diikuti ajarannya, تيسير أوامره ونواهيه. Al-Qur'an memberikan panduan yang jelas tentang apa yang diperintahkan dan apa yang dilarang. Kemudahan ini diberikan agar setiap Muslim bisa menjalani kehidupan sesuai dengan syariat yang telah ditetapkan tanpa beban yang memberatkan. Prinsip-prinsip dalam Islam, seperti yang dinyatakan dalam ayat berikut, menegaskan bahwa Allah tidak memberikan kewajiban yang tidak bisa dipenuhi manusia,
 “لا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْساً إِلَّا وُسْعَهَا”
(Surat Al-Baqarah: 286)  

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.”

Bagaimana dengan kata kata  "مُّدَّكِرٍ"? 
Kata "مُّدَّكِرٍ" dalam ayat di atas berasal dari kata "ذِكْرٌ" yang bermakna mengingat atau mengambil pelajaran. Menurut para ulama tafsir, yang dimaksud dengan "muddzakkir" adalah orang yang mau merenungkan, mengingat, dan mengambil pelajaran dari Al-Qur'an. Sebagai manusia, kita ditantang untuk tidak hanya membaca, tetapi juga memahami dan mengamalkan pesan yang terkandung dalam Al-Qur'an. 

Dalam, At-Tabari; 
يقول تعالى ذكره: ولقد سهَّلنا القرآن للذكر لمن أراد التذكر به فهل من متعظ ومعتبر به فينزجر به عما نهاه الله عنه إلى ما أمره به وأذن له فيه

 "Sungguh, Kami telah memudahkan Al-Qur'an untuk diingat bagi siapa saja yang ingin mengambil pelajaran darinya. Maka, adakah yang mau mengambil nasihat dan pelajaran darinya, sehingga ia berhenti dari apa yang Allah larang dan beralih kepada apa yang Allah perintahkan dan izinkan?"

Marajik; tafsir Ibnu Katsir, tafsir Al-Baghawi, tafsir As-Sa'di, attahrir wa tanwir, At-Tabari.

Kamis, 03 Oktober 2024

Menilik Tingkatan Cinta dalam Bahasa Arab



Halimi Zuhdy

"Emangnya cinta ada tingkatannya?." Ada lah!. Cinta itu rasa. Rasa itu adalah perasaan. Perasaan itu bermacam-macam. Seperti lidah merasakan makanan, maka ada makanan yang sedang, enak dan enak banget. He. 

Demikian juga dengan cinta. Cinta biasa, cinta biasa-biasa saja, dan cinta banget. Kalau ini, ngarang saja. Lah, dalam bahasa Arab, cinta itu ada 14 tingkatan, sebagaimana dalam gambar di atas, yaitu; الهوى (Al-Hawa), الصبوة (As-Sabwa), الشغف (Asy-Syaghaf), الوجد (Al-Wajd), الكلف (Al-Kalaf), العشق (Al-‘Isyq), النجوى (An-Najwa), الشوق (Asy-Syaq), الوصب (Al-Washb), الاستكانة (Al-Istikanah), الود (Al-Wudd), الخلة (Al-Khillah), الغرام (Al-Gharam), dan الهيام (Al-Hiyam).
Sedangkan penjelasa singkatnya, dari tingkatan di atas dimulai dari kata "al-hawa", seringkali kata ini kita terjemah dengan hawa nafsu, yang arti awalnya adalah keinginan, dan mempunyai beberapa makna; cinta, nafsu birahi, kecenderungan, kegemaran, khayalan dan keinginan yang datang tiba - tiba. Maka, (1) الهوى (Al-Hawa) adalah tingkat pertama dari cinta, yang berarti mulai menyukai seseorang.

Sedangkan tingkatan (2) adalah الصبوة (As-Sabwa), yaitu tahap di mana cinta menjadi lebih mendalam dan muncul rasa saling ketertarikan antara dua orang. Juga bisa diartikan dengan "hanin", kasih sayang. (3) yaitu الشغف (Asy-Syaghaf), cinta yang menyentuh hati terdalam, di mana perasaan cinta telah memasuki relung hati. Lah, ini semakin dalam, dibandingkan dengan al hawa dan al-subwah. Dan kata saghaf ini sering digunakan sebagai pengganti kata hubb. 

Berikutnya, adalah (4) الوجد (Al-Wajd), tahap ketika cinta telah begitu mendalam, dan pikiran terus dipenuhi oleh orang yang dicintai. Wow. Kalau sudah penuh, apakah masih ada tempat lainnya?😁. Ternyata, ada tapi agak sedikit membuat perih, apa? Yaitu (5). الكلف (Al-Kalaf) perasaan cinta yang kuat, hingga menyakitkan.

Sebenarnya, ada banyak kemiripan antara satu kata dengan kata lainnya, tapi namanya kata yang berbeda, maka pasti ada maksud yang berbeda. (6) العشق (Al-‘Isyq) tahap cinta yang intens, melibatkan pengorbanan besar dan kecintaan yang mendalam. Tidak hanya cinta berjalan indah, tapi dalam keindahan terkadang ada sandingan, tapi sandungan ini bukan halangan, tapi untuk lebih hati-hati menemukan cinta. Maka, ada (7) النجوى (An-Najwa), adalah cinta yang penuh dengan kerinduan dan kesedihan karena jarak atau perpisahan.

Seringkali "rindu" dianggap berbeda dengan "cinta", apakah emang berbeda?. Lah, kata ini (8) الشوق (Asy-Syaq) adalah tahap kerinduan dan perasaan ingin bertemu dengan orang yang dicintai. Ini, juga namanya cinta. Berikutnya, (9) الوصب (Al-Washb) cinta yang menimbulkan rasa sakit atau penderitaan, seolah-olah seperti penyakit. (10) الاستكانة (Al-Istikanah), adalah tahap di mana seseorang merasa tunduk dan patuh terhadap orang yang dicintai

Berikutnya; (11) الود (Al-Wudd) cinta yang lembut dan penuh kasih sayang, biasanya terjadi antara pasangan. Lah, ini ynag sering kita dengar dengan mawaddah, dalam samara (sakinah, mawaddah wa rahmah). (12) الخلة (Al-Khillah), tahap penyatuan cinta, di mana dua orang menjadi satu dan tidak terpisahkan. Khalil, cinta yang memenuhi celah, sampai penuh. Berikutnya adalah (13 ) الغرام (Al-Gharam), yaitu salah satu derajat cinta tertinggi, di mana cinta terus menerus dan tak terpisahkan. Dan cinta yang paling tinggi adalah (14) الهيام (Al-Hiyam), Derajat cinta tertinggi, yang mencapai tingkat kegilaan atau cinta tanpa batas. Tapi, yang jelas tidak benar-benar gila lo! 

Terus, dimana posisi kata "hubb"? Lanjut di youtube Lil Jamik

***
Marja' ; Bainunah

Malang, 03 Oktober 2024.