Halimi Zuhdy
Saya masih ternyata-tanya tentang perubahan nama PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru) ke SPMB (Seleksi Penerimaan Murid Baru) oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah. Tapi, pertanyaannya bukan tentang kebijakannya dan perubahan sejumlah aturan baru yang akan memengaruhi proses seleksi siswa di SMP dan SMA. Tetapi, Tetang istilah kata "peserta didik" diganti dengan "murid".
Mengapa dalam beberapa tahun terakhir istilah untuk menyebut "mereka" yang tengah menempuh pendidikan sering berganti? Dari "siswa" menjadi "murid," lalu "peserta didik," dan mungkin masih ada istilah lain yang akan muncul. Apakah perubahan ini sekadar pergantian kata, atau ada makna yang lebih dalam di baliknya? Apakah istilah-istilah ini mencerminkan perubahan dalam cara pandang terhadap pendidikan, atau justru hanya mengikuti tren kebijakan tanpa dampak nyata? Jika benar ada pergeseran paradigma, bagaimana hal itu mempengaruhi metode pembelajaran dan hubungan antara pendidik dengan mereka yang dididik? Ataukah perubahan istilah ini hanyalah formalitas administratif tanpa implikasi signifikan dalam praktik pendidikan sehari-hari?
Kalau saya pribadi, senang sekali pergantian istilah dari peserta didik ke murid, mengapa?.
Mari kita tilik beberapa istilah dari bahasa asal kata "murid" ini, seperti perbedaan Thalib dan tilmidz.
“Tilmidz” secara bahasa bermakna "Mengikuti’, “Membantu”, “Pelayan", "Membantu mempelajari kerajinan, kesenian”. Sedangkan dalam Kamus Ma’ashir dan Mu’jam Wasit bermakna “Seorang anak yang belajar (yatalammadz) ilmu”, “Pembelajar yang menuntut ilmu kerajinan dan lainnya”.
Dan ulama bahasa mendefenisikan “Tilmidz” adalah “Pembelajar (siswa) yang belajar di tingkat bawah (ibtida’), menengah (mutawassit).
Maka “Tilmidz” adalah pembelajar yang umurnya sekitar 0-16 tahun, sedangkan setelahnya di sebut dengan “Thalib”. Maka, "Tilmidz" adalah pembelajar (siswa) yang masih membutuhkan arahan (taujih), bimbingan (irsyadat) untuk menuju kematangannya.
“Tilmidz” mereka yang masih dalam bimbingan dan arahan untuk memperbaiki jiwa (nafsiah), mentalitas (Aqliyah) dan perilaku (sulukiyah).
Sedangkan “Thalib” secara Bahasa bermakna “Pencari”, dan secara umum diartikan dengan penuntut ilmu, “thalib” adalah penuntut ilmu yang telah melampaui puber pertama dan memasuki tahap dewasa, serta kemampuan kognitifnya dan pola pemahamannya lebih kompleks daripada siswa (tilmidz).
“Thalib” sering digunakan pembelajar di universitas yang disebut dengan “mahasiswa”, seperti “thalibul al-Jamiah”, atau dalam bahasa Inggris “student”, sedangkan “Tilmidz” dalam Bahasa Inggris sama dengan “pupils”.
“Thalib” juga digunakan untuk sekolah dasar “thalibul madrasah”. Karena kata ini, lebih umum dari “tilmidz”. Namun, penggunakan “tilmidz” khusus kepada pembelajar yang berada di usia anak-anak.
Sedangkan dalam Kamus Mughni, “Thalib” bermakna; (1) yang senang dalam mencari ilmu, (2) dua hal yang paling disenangi, mencari ilmu dan mencari harta (al-Jahidz), 3) suka mencarikan suami untuk anak perempuannya (thaliban lilzawaji mim ibnatiha).
Allah ‘alam bisshawab.
Maraji’; _Mu’jam al-Ma’ashir, Mu’jam al-Ma’ani, Mu’jam al-washit, al-furuq al-lughawiyah, Maqalah furuq lughawiyah lil dukthor Farhan, Mu'jam Mughni._
Bagaiman dengan kata Thalib?
Lanjut "Pergantian dari Kata Peserta Didik ke Murid? (2)"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar