Halimi Zuhdy
Dalam Al-Qur'an ada banyak panggilan (nida') dengan berbagai kata/huruf panggilan yang variatif, seperti ya dan ya ayyatuha, sedangkan munada (yang dipanggil) seperti ya bunayya, ya ayyuhal insan, ya busyra, ya ayyuhannas, ya ayyuhannabi, ya Bani Israil, ya qaum dan lainnya.
Dan tulisan ini, melirik perbedaan panggilan antara Nabi Musa dan Nabi Isa, yang keduanya adalah Nabi dari Bani Israil, tetapi mengapa mengapa Nabi Musa memanggil dengan "Ya Qaum" (wahai laum), sedangkan Nabi Isa dengan Ya Bani Israil.
Dalam kajian naratologi, terdapat keindahan dan hikmah dalam penggunaan bahasa Al-Qur'an yang menyoroti perbedaan cara Nabi Musa dan Nabi Isa dalam menyampaikan dakwah kepada kaumnya, yaitu Bani Israil. Ketika Nabi Musa berbicara kepada mereka, ia menggunakan panggilan "يا قوم" (wahai kaumku), sedangkan Nabi Isa menggunakan panggilan "يا بني إسرائيل" (wahai Bani Israil).
Ali As-Shalabi, dalam Isa Rasulun li Bani Israil, mengungkapkan bahwa perbedaan keduanya memberikan pesan mengenai hubungan personal dan asal-usul keduanya. Nabi Musa, sebagai keturunan langsung dari Bani Israil melalui ayahnya, secara alami menganggap mereka sebagai kaumnya. Oleh karena itu, ia menyapa mereka dengan panggilan "يا قوم" yang menunjukkan kedekatan kekerabatan. Sebaliknya, Nabi Isa tidak memiliki hubungan langsung seperti itu. Nabi Isa lahir tanpa ayah, dan karena itu ia tidak memiliki "kaum" dalam pengertian nasab. Oleh sebab itu, ia menyapa mereka dengan panggilan "يا بني إسرائيل," yang menegaskan bahwa ia adalah utusan Allah yang diutus khusus kepada Bani Israil, tanpa keterikatan hubungan nasab.
Dalam Tafsir Al-Zamakhsyari 4/525, Tafsir Ibnu ‘Athiyah 5/302, dan Tafsir Al-Qurthubi 18/83, bahwa Nabi Isa bin Maryam AS berasal dari Bani Israil dan diutus kepada mereka, tetapi beliau selalu memanggil kaumnya dengan seruan "Ya Bani Israil" (lihat QS. Al-Ma’idah: 72, QS. Ash-Shaff: 6) dan tidak menggunakan panggilan "Ya Qaumi" (wahai kaumku). Hal ini karena dalam tradisi bahasa Arab, istilah "kaum" merujuk kepada mereka yang memiliki hubungan nasab dengan seseorang melalui ayahnya, sedangkan Nabi Isa AS tidak memiliki ayah. Oleh karena itu, beliau menggunakan panggilan "Bani Israil" untuk menegaskan kedudukannya sebagai seorang nabi yang diutus kepada keturunan Nabi Ya’qub AS.
Hal ini tidak menunjukkan pengurangan dalam kedudukan Nabi Isa atau misinya. Dalam Al-Qur'an, semua nabi disebutkan diutus untuk kaumnya masing-masing. Firman Allah dalam Surah Ar-Rum ayat 47 menegaskan, "Dan sungguh, Kami telah mengutus rasul-rasul sebelum engkau kepada kaum mereka...". Namun, ada satu pengecualian, yaitu Nabi Muhammad, yang diutus untuk seluruh umat manusia.
Allah dengan bijaksana mengatur setiap risalah para nabi sesuai dengan waktu dan tempat mereka diutus. Nabi-nabi dari kalangan Bani Israil, termasuk Nabi Musa dan Nabi Isa, diutus hanya kepada mereka dan dakwah mereka tidak melewati batas geografis wilayah Irak, Syam, dan Mesir. Hal ini sejalan dengan rencana Allah, di mana syariat para nabi sebelumnya akan disempurnakan dan digantikan oleh risalah universal Nabi Muhammad.
Nabi Isa telah menjalankan tugasnya dengan sempurna. Ia menyeru Bani Israil untuk menyembah Allah semata, sebagaimana firman-Nya dalam Surah Al-Maidah ayat 72: "Dan Al-Masih berkata, 'Wahai Bani Israil, sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu. Sesungguhnya barang siapa mempersekutukan Allah, maka sungguh, Allah mengharamkan surga baginya, dan tempatnya adalah neraka. Dan tidak ada bagi orang-orang zalim seorang penolong pun.'"
Dengan demikian, perbedaan dalam sapaan antara Nabi Musa dan Nabi Isa adalah refleksi dari kebijaksanaan Allah, yang memilih setiap nabi untuk misinya masing-masing sesuai dengan keadaan dan kebutuhan umatnya.
Allahu'alam Bis Shawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar