Halimi Zuhdy
Dulu, Fulan artis viral, menghiasi layar televisi dan media sosial, kini hanya menyisakan kenangan. Ustadz Fulan yang ceramahnya membahana, kini suaranya tak lagi terdengar. Konten kreator, namanya si Fulan yang dulu mencuri perhatian dengan kreativitasnya, kini tertutup oleh gelombang nama baru. Pejabat dengan nama tenar Fulan yang pernah dielu-elukan sebagai simbol kekuasaan, kini menghilang tanpa bekas. Bahkan tren viral lainnya ada; lagu, tarian, atau jargon yang sempat membuat semua orang tergila-gila, kini terkubur oleh sesuatu yang lebih baru.
Aha, memang dunia ini berjalan cepat, meninggalkan apa saja yang tak mampu bertahan melintasi waktu. Waktu seperti badai yang menghapus jejak di pasir pantai. Itulah ketidak abadian. Matahari tidak akan selalu bersinar terang, ia akan tenggelam di ufuk barat. Akan datang berikutnya senyum rembulan.he
Memang, daun tua yang gugur tidak perlu disesalkan, karena ia akan berganti daun muda yang lebih segar. Karena waktu terus bergulir, tidak ada yang abadi. Semuanya bisa berbalik. Demikian dengan kehidupan. “Watilkal Ayyamu Nudawiluha Bainannas”, Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami dipergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran). QS. Ali Imran, 140.
Bagi yang sedih, tidak perlu berlama-lama menangis. Karena jarum jam terus berdetak. Menjauh dari kesedihan. Meninggalkan segala masa. Menatap masa depan yang lebih indah, adalah lebih baik. Dari pada menyesalkan sejarah keterpurukan. Yang tidak akan pernah usai. Mengingat-ingat masa kejayaan hanyalah untuk motivasi hidup, bukan untuk sebuah alasan, yang pernah hebat.
Memang sejarah akan selalu berubah. Tiada yang abadi dan kekal, kecuali yang Maha Kekal. Tetapi, berusaha mengabadikan kebaikan adalah sebuah anjuran. Bukan kemudian harus terulang, tetapi usaha dari sebuah kebaikan adalah kebaikan, urusan hasil hanyalah Allah yang menentukan.
“Belajar pada sejarah”, karena sejarah akan selalu berulang. Seperti sejarah Qabil dan Habil akan terus terulang setiap masa, tetapi berusaha untuk tidak menjadi Qabil adalah bagian dari ikhtiyar terbaik. Masihkan tidak percaya takdir?!.
Terus harus bagaimana?!
Terus istiqamah membuat jejak-jejak kebaikan. Karena jejak adalah bagian dari sejarah kehidupan manusia. Saking pentingnya jejak, maka tergambar indah falsafah maqam Ibrahim. Bagaimana Nabi Ibrahim pernah membangun Ka'bah. Maqam Ibrahim. Adalah pelajaran yang luar biasa. Bahwa setiap manusia itu harus berkarya. Berkarya sesuai dengan kapasitasnya. Ada yang berkarya dengan membangun masjid, istana, Piramida, Borobudur, sekolah, pesantren, dan lainnya. Ada yang membuat jejak-jejak dengan karya lainnya, seperti menulis buku, melukis, mengukir, dan jejak-jejak lain yang terekam dadi masa ke masa.
Media sosial. Yang pernah manusia isi di dalamnya berupa vedio, foto, tulisan, dan lainnya. Adalah jejak-jejak karya mereka. Bila mereka isinya berupa kebaikan, maka akan terekam terus sebagai kebaikan, dan demikian sebaliknya.
Tidak hanya rekam dan jejak yang dibaca dan dilihat oleh manusia. Tetapi, ia juga akan dihisab, sekarang dan nanti di akhirat. Hari ini akan dihisab dan dipertanggungjawabkan di hadapan para pembaca, bila tidak sesuai akan dicemooh, bila sesuai dengan hati dan pikiran pembaca, ia akan dipuji dan dilike, tatapi hisab ini masih dalam kaca mata manusia. Selera manusia. Tetapi, di hadapanNya akan ada hisab menurutNya. Allahu'alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar