Selasa, 26 November 2024

Puisi Unik, Masa Ottoman dan Mamluk



Halimi Zuhdy

Pertama kali melihat gambar lingkaran di atas, saya kira adalah jimat sejenis rajah. Saya perhatikan huruf perhuruf, kata dan kalimat, ternyata bukan. Ia adalah bait-bait indah puisi Arab masa lalu.  Ia contoh seni sastra dalam bentuk شعر الدائرة (syi'r al-dairah) atau puisi lingkaran, yang populer pada masa Dinasti Mamluk dan Ottoman (ustmaniyah). Aha, ini penting untuk dicari contoh lainnya. 
Bentuk puisi ini adalah bagian dari inovasi sastra (ibda' al-adab al-araby) di era tersebut, namun seiring waktu mulai ditinggalkan. Sayangnya, puisi-puisi seperti di atas, sering menghilang dan bahkan lenyap, bila tidak ada generasi setelahnya yang melanjutkan, baik puisi tentang politik, sosial, dan lainnya, dan juga kurangnya naqit yang peduli tentang karya seperti di atas.

Setelah dilacak di beberapa referensi saya menemukan keterangan cukup asyik. Bahwa puisi ini dimulai dari pusat lingkaran dengan huruf 'ع' dan berbunyi

عشقتكَ نورا من مقامك يسطع * وعيني غدت من فرط عشقك تدمع

Setiap baris puisi ini berakhir dengan huruf yang menjadi awal dari baris berikutnya. Misalnya, kata تدمع (tadamma') pada akhir baris pertama, dibalik menjadi عمدت (ammadat) yang menjadi awal baris kedua, dan begitu seterusnya. Teknik ini menciptakan pola yang saling terhubung, menunjukkan keindahan dan kerumitan seni puisi pada masa tersebut. Tidak hanya menekankan kesahisan kaidah arudhiyahnya, tapi juga pada setiap titik-titik lingkarannya. Asyik banget. 

Kalau ditilik lebih dalam puisi dan lingkaran dalam gambar tersebut, ada hubungannya yang sangat erat. Erat sekali, seperti dua kekasih yang sulit dilepas.wkwkwkw. Gambar lingkaran pada puisi di atas menunjukkan hubungan visual antara bentuk puisi dengan struktur kata-katanya. 

Uniknya, tampak ada konsep berulang dan tak terputus. Dan lingkaran melambangkan sesuatu yang berulang dan tak berujung, seperti aliran perasaan cinta dalam puisi ini. Setiap akhir baris puisi kembali ke awal baris berikutnya, mirip dengan bentuk lingkaran yang tidak memiliki titik akhir atau awal yang jelas. Ini menekankan sifat abadi dari cinta yang diungkapkan oleh penyair. Amazing.wkwwk. 

Juga, yang menarik adalah simetri Puisi dan struktur kata. Dalam puisi ini menggunakan teknik palindromik (mutanawib), dalam Al-Qur'an juga kita menjumpai beberapa Ayat. Apa itu mutanawib? di mana kata di akhir baris bisa dibalik atau digunakan lagi untuk memulai baris berikutnya. Dalam gambar lingkaran, setiap segmen saling berhubungan dan mengarah kembali ke pusat (huruf 'ع' di tengah), mencerminkan simetri dan keterkaitan kata dalam puisi tersebut. Aha. 

Coba perhatikan lebih dalam lagi, kita akan menemukan pusat sebagai simbol cinta (romzu al-hubb). Apa itu? Huruf Ain (ع). Huruf 'ع' di tengah lingkaran, yang merupakan awal dari kata عشق (cinta), menjadi titik pusat dari semua baris puisi. Ini melambangkan cinta sebagai pusat atau inti dari keseluruhan puisi, di mana segala sesuatu berpusat pada satu emosi yang kuat. Dahsyatiyah, kata ada sastra Arab 😁

Apakah masih ada lagi keunikannya?, ada dong. Yaitu bentuk estetika visual dan makna puitis. Penggunaan bentuk lingkaran (dairah) juga menambah nilai estetika pada puisi ini, menjadikannya tidak hanya indah secara puitis tetapi juga secara visual. Setiap baris puisi melingkari pusat lingkaran, menciptakan pola artistik yang menggambarkan perasaan cinta yang mengelilingi dan merangkul.

Khalasahnya, ia bukan hanya sekedar gambar, sekedar lingkaran atau bukan hanya sekedar bentuk pemanis, tapi gambar lingkaran di atas adalah bagian integral dari makna puisi, di mana setiap baris saling berkaitan dalam satu aliran cinta yang tak terputus. Wow. Cinta🤩🥰. Serasa muda lagi. 

Malang, 10 November 2024

***
@sorotan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar