Halimi Zuhdy
"Menikah itu ribet!" Kata salah satu peserta calon pranikah. "Kata siapa?, aha, nikah itu gak ribet blass, yang ribet itu mindset" saya jawab langsung dengan nada tegas dan tinggi, tapi sambil senyum lo.he
Apa yang membuat nikah itu ribet?, pernikahan sejatinya adalah ibadah yang sangat mulia dan sederhana, namun sering kali dianggap rumit dan ribet itu karena mindset yang keliru. Banyak orang mengira bahwa pernikahan harus diadakan dengan pesta mewah, biaya besar, dan persiapan yang sangat panjang. Padahal, jika dilihat dari sisi syariat, pernikahan itu sangat mudah. Dalam Islam, yang diperlukan hanyalah ijab qabul, mahar yang tidak memberatkan, serta adanya wali dan saksi. Wow, mudah banget ya!
"Yang ribet itu bukan nikah tadz, tapi tidak dapet-dapet calonnya". Kata Kacong. "Lah, kalau ini saya angkat tangan, tapi teruslah berikhtiyar dan berdoa padaNya, insyallah diberikan yang terbaik, dan terbaik itu tidak harus dapat jodoh, karena itu bagian dari takdir, tapi kalau belum mendapatkan itu juga bisa yang terbaik, nikah itu sunah bukan wajib, jangan sampai gegara ingin banget menikah kemudian melakukan yang haram" jawaban diplomatis.he.
Bila menikah itu sebuah kebutuhan, maka jangan kemudian dibuat ribet. Apalagi faidah menikah itu sangat banyak, selain menjaga diri dari terjatuh pada perbuatan zina, keharaman, kemaksiatan, juga bisa mendatangkan ketenangan, menjaga keturunan dan lainnya. "Ada tiga kelompok yang pasti ditolong oleh Allah: orang yang berperang membela agama-Nya, budak yang ingin menunaikan janji pemiliknya (supaya merdeka), dan orang yang menikah karena ingin menjaga kehormatan dirinya.” (HR. Turmudzi).
Toyyib. Yang ribet itu seringnya adalah pacaran, sehingga jatuh pada perzinahan. Belum lagi tuntutan ketika masa-masa pacaran, sehingga mikirnya sangat banyak sekali, lama-lama mau nikah terasa berat. Nikah itu sunnah, tapi terkadang bisa jatuh pada sesuatu yang haram, proses menikah itu tidak usah lama-lama, karena semakin lama prosesnya, dikhawatirkan jatuh pada hal yang haram tadi. Maka, bagi orang tua yang mempunyai anak perempuan harus mempersiapkan. He.
Oh ia. Biasanya, kalau saya ngisi khutbah nikah atau ceramah nikah, didahului dengan kalimat, "Mengapa orang datang yang diucapkan adalah, Barakallah lakuma?". Kok tidak "Semoga pernikahannya memuaskan, segera punya anak, semoga tahan lama dan lainnya". Ada apa dengan kata "berkah". Lah, di sinilah kunci SAMAWA (sakinah, mawaddah wa rahmah), dan biasanya yang diwasiatkan terakhir adalah menikah itu ibadah, maka bagaimana seorang laki-laki menjalankan fungsi qawwam-nya. Dan tegas dalam "Qu anfisakum wa ahlikum nara", bila suami istri sudah menjaga ibadah terutama shalat, maka dalam Al-Qur'an sangat jelas " Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuautan) keji dan mungkar.".
Bagaimana dengan orang tua yang menunda-nunda menikahkan anaknya, sedangkan anaknya sudah siap, apalagi anaknya juga sudah tidak kuat untuk tidak menikah? Cukup direnungkan hadis Nabi ini
“Bila datang seorang laki-laki yang kamu ridhoi agama dan akhlaknya, hendaklah kamu nikahkan dia, karena kalau engkau tidak mau menikahkannya, niscaya akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang meluas.” (H.R. Tirmidzi dan Ahmad).
Itu saja dulu!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar