السلام عليكم ورحمة الله وبركاتة
YA RABB BERILAH CINTAMU, WALAU SETETES BIARKANLAH : HATI, PIKIRAN, TUBUH KITA SELALU MENDEKAT PADA-NYA

Facebook Halimi Zuhdy

Sabtu, 21 September 2024

Peradaban bukan Peradzaban?



Halimi Zuhdy

Sudah berapa lama dunia ini, sudah berapa peradaban silih berganti?. Ada peradaban Sumeria di Mesopotamia (4000 SM) yang sekarang di daerah Irak. Peradaban lembah Sungai Nil, yang lahir kerajaan mesir, atau kita dengan Firaun.Di antara peninggalannya; piramida, sphinx, mumifikasi dan lainnya. Ada perdaban Maya, Inca, dan peradaban lainnya. Juga kita pernah membaca, ada kaum Ad dan kaum tsamud, kaum Tsamud berada di kawasan Hijaz dan Tabuk yang sekarang kita kenal dengan Saudi Arabiyah. 
Selalu asyik membincang sebuah peradaban, 
karena di dunia ini tidak ada yang abadi. Banyak yang membangun peradaban hebat, tapi kemudian peradaban itu hancur. Ia jatuh, bahkan tersungkur. Tapi, apa pun itu, ia bagian dari membangun peradaban, bukan dari bagian menghancurkan peradaban. Ada yang mengganggap peradaban adalah hanyalah bangunan yang kokoh dengan berbagai aksesorisnya, ada pula menganggap perkembangan teknologinya!. Tapi, lupa bahwa adanya peradaban itu, menjadi bagian penting dari pembangunan akhlak atau adab. Sehingga peradaban yang baik, peradaban yang menjadikan masyarakat beradab, bukan penuh adzab. 

Kata "adab", berasal dari bahasa Arab yang adab; kesopanan, kemuliaan, akhlak, sopan santun. Peradaban kemudian diartikan dengan kemajuan dalam kecerdasan, kebaikan, budi pekerti, lahir dan batin. Atau kemajuan dalam ekonomi, sosial, ilmu pengetahuan masyarakat. 

Dalam bahasa Arab, peradaban adalah "hadarah", yang asalnya bermakna "hadir/datang". Dalam babylon "kata tersebut berasal dari kata kerja hadhar, dan dikatakan bahwa peradaban adalah pembangunan desa, pedesaan, dan rumah yang dihuni. Ini adalah kebalikan dari kata Badui, nomadisme, dan gurun mengacu pada masyarakat yang kompleks, yang sebagian besar anggotanya tinggal di perkotaan dan berpraktik di bidang pertanian, pertambangan, manufaktur skala kecil, dan perdagangan". 

IKN, Apakah menuju Peradaban Baru? 

Membangun kota baru di negara-negara seperti Indonesia, Mesir, dan beberapa negara lainnya sering kali dilatarbelakangi oleh kebutuhan untuk mendorong pembangunan yang lebih merata, mengurangi kemacetan di ibu kota lama, dan menciptakan pusat-pusat ekonomi baru yang lebih modern dan terorganisir. 

Di Indonesia, pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) merupakan upaya untuk mengatasi masalah kepadatan penduduk dan kerusakan lingkungan di Jakarta, serta untuk memajukan wilayah Kalimantan Timur. Tujuan utama IKN adalah menciptakan kota yang ramah lingkungan, modern, dan berkelanjutan, serta merangsang perkembangan ekonomi di luar Pulau Jawa.

Di Mesir, pembangunan kota administratif baru di timur Kairo, disebut sebagai "New Administrative Capital", dimaksudkan untuk mengurangi tekanan populasi dan lalu lintas di Kairo yang sudah sangat padat, serta untuk menghadirkan pusat pemerintahan dan bisnis yang lebih efisien. Pembangunan ini juga mencerminkan upaya Mesir untuk modernisasi dan meningkatkan daya tarik investasi asing.

Selain Indonesia dan Mesir, negara seperti Brasil dengan pembangunan Brasília, Malaysia dengan Putrajaya, dan Kazakhstan dengan Astana (sekarang disebut Nur-Sultan) juga memiliki alasan yang serupa, yakni menyebarkan pusat ekonomi, meningkatkan infrastruktur, dan mengurangi ketergantungan pada kota-kota besar yang lama.

Wow, banyak kota-Kota besar yang hancur dan pindah dalam sejarah. Sejarah dunia telah menunjukkan bahwa banyak kota dan negara yang dulunya sangat maju, namun akhirnya hancur atau ditinggalkan. Salah satu contohnya adalah peradaban Mesopotamia di lembah sungai Eufrat dan Tigris, yang pernah menjadi pusat peradaban pertama dunia. Kota-kota besar seperti Ur dan Babilon pernah berjaya, namun akhirnya runtuh akibat peperangan, perubahan iklim, serta penurunan sumber daya alam. 

Baghdad, yang pada masa keemasannya menjadi pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan dunia Islam pada abad ke-8 hingga 13, juga mengalami kehancuran setelah diserang oleh bangsa Mongol pada tahun 1258. Serangan tersebut menyebabkan runtuhnya peradaban yang sudah dibangun selama berabad-abad, dengan hilangnya banyak pengetahuan dan budaya.

Selain itu, kota-kota kuno seperti Pompeii di Italia hancur karena bencana alam, yaitu letusan Gunung Vesuvius pada tahun 79 M. Sementara itu, kota-kota seperti Timbuktu di Mali, yang dahulu merupakan pusat pembelajaran dan perdagangan di Afrika Barat, mengalami kemunduran seiring dengan berkurangnya rute perdagangan utama dan konflik politik.

Fenomena perpindahan pusat kekuasaan, ekonomi, dan budaya ini terus berulang sepanjang sejarah, menunjukkan bahwa kota-kota besar sekalipun bisa mengalami kehancuran jika tidak mampu beradaptasi dengan perubahan politik, lingkungan, atau ekonomi yang terjadi di sekitar mereka. Bagi banyak negara, membangun kota baru merupakan upaya untuk mencegah masalah serupa terjadi dan untuk menghadirkan visi masa depan yang lebih baik bagi masyarakatnya.

Lanjut.....
***
Catatan sore yang terputus, perjalanan memuju Madura (13/9/2024)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar