السلام عليكم ورحمة الله وبركاتة
YA RABB BERILAH CINTAMU, WALAU SETETES BIARKANLAH : HATI, PIKIRAN, TUBUH KITA SELALU MENDEKAT PADA-NYA

Facebook Halimi Zuhdy

Senin, 30 September 2024

Pemaknaan "Silaturrahim" dalam Kajian Modern


Halimi Zuhdy

Beberapa kali mendengar Prof Muhammad Zainuddin , Rektor UIN Malang mengutip hadis Nabi Muhammad tentang silaturrahim dan dikaitkan dengan netwaking dan kolaborasi. 

مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ، وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ

“Barangsiapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan ditangguhkan ajalnya (dipanjangkan umurnya), hendaklah ia bersilaturahim.”

Kemudian saya tertarik untuk mengkaji 3 kalimat; 1) ayyabsutha lahu fi rizkihi (dilapangkan rizki), 2) wa yunsa'a lahu fi atsarihi, 3) fal yashil rahimahu. 
Kalimat terakhir sebuah penekanan pada kedua manfaat besar dari silaturahim "fal yashil rahimahu, maka hendaklah bersilaturahim". Silaturahim dalam ilmu modern dapat dimaknai dengan membangun jaringan (networking), kolaborasi dan menjaga hubungan sosial.

Menariknya, lembaga atau seseorang yang mampu menjaga hubungan baik dengan berbagai pihak, seperti mitra kerja, pemangku kepentingan (stakeholders), komunitas, dan lembaga lain—akan memiliki peluang lebih besar untuk berkembang. Berkembang, kalau kita tilik maka bisa memberikan pemahaman kalimat yang pertama, "ayyabsutha lahu fi rizkihi, dilapangkan rizkinya". Kerjasama lintas lembaga, kemitraan strategis, dan networking yang kuat dapat membuka banyak pintu untuk pendanaan, inovasi, dan proyek bersama yang dapat memperkuat posisi lembaga tersebut dalam dunia modern. Wow, amazing. 

Rahim, kasih sayang. Membangun jaringannya yang baik, penuh cinta, penuh dengan prinsip-prinsip saling menguntungkan (bukan hanya finansial lo, tapi keuntungan psikis, bahagia). Kalau dalam dunia bisnis dan organisasi modern, corporate social responsibility (CSR) dan kemitraan strategis dengan komunitas lokal adalah bentuk nyata dari "silaturahmi" modern. 

Dengan menjaga hubungan baik, lembaga akan mendapatkan keuntungan dalam bentuk dukungan, peluang, dan reputasi yang baik di mata publik. Ini, pada akhirnya, dapat memperluas "rezeki" lembaga dalam hal pendanaan, sumber daya manusia yang berkualitas, dan peluang bisnis. Belum lagi makna rizki, yang sangat luas lo!

Dan yang menarik, dalam ilmu ekonomi (al-iqtishadiyah) dan sosiologi (ilm al-ijtima'), rezeki sering kali dihubungkan dengan peluang dan jaringan sosial. Penelitian menunjukkan bahwa orang-orang yang memiliki jaringan sosial yang luas dan kuat cenderung lebih sukses dalam bisnis, pekerjaan, dan kesempatan hidup lainnya. Jaringan sosial memungkinkan seseorang untuk mendapatkan informasi penting, peluang bisnis, dukungan emosional, dan bahkan bantuan finansial saat dibutuhkan. Masyallah.

Dalam konteks hadis ini, "ayyunsa'a fi rizkihi/diluaskan rezeki" dapat diartikan juga sebagai keuntungan dari jaringan sosial yang baik. Silaturahmi atau menjaga hubungan yang baik dengan orang lain membuka peluang untuk berkembang, baik secara finansial maupun profesional. Di dunia bisnis modern, networking adalah kunci kesuksesan. Banyak peluang muncul dari hubungan yang baik dengan rekan kerja, kolega, mitra bisnis, atau bahkan teman dan keluarga. Dengan menjaga silaturahmi, seseorang tidak hanya memperluas jangkauan sosialnya tetapi juga membuka pintu bagi rezeki yang lebih luas. (Fawaid bina' shabaka hadisah). Orang yang jarang berteman, berkumpul, bahkan lebih sering menyendiri, maka biasanya mental tidak sekuat ornag yang sering berkumpul (berkolaborasi). 

Kedua, "Wa ayyun sa' lahi firizkihi" 
(Lanjut...berikutnya, masih dalam perjalanan)😁☕

Kediri, 29 Sep 2024

Bagaimana menurut Kyai Ekonomis 😁 Abdul Wahid Alfaizin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar