Senin, 30 September 2024

Asal Kata Marah



Halimi Zuhdy

Kata "Amarah" berasal dari bahasa Jawa Kuno "rah", yang memiliki makna "darah; marah; berdarah", (wiktionari). Akar kata "rah" ini dapat merujuk pada sesuatu yang berhubungan dengan emosi dalam diri manusia, termasuk kemarahan. Dalam konteks ini, "marah" mungkin diartikan sebagai keadaan ketika esensi batin (rah) seseorang terganggu atau tergoncang, sehingga memunculkan ekspresi kemarahan dengan darah yang bergolak dan mendidik. 

Sedangkan pendapat lain, kata "amarah"berasal dari bahasa Arab "Ammarah" (أمارة), yang diartikan sebagai "tanda" atau "gejala." Kata ini berasal dari akar kata "أمر" (amr), yang berarti "perintah" atau "kehendak." Dalam konteks psikologis, amarah merujuk pada kondisi ketika seseorang dipenuhi dengan perasaan kuat yang sering kali mendorongnya untuk bertindak di bawah kendali emosi, seolah-olah diperintah oleh perasaan tersebut. Dan kata "ammarah", adalah memerintah (امر) pada hal-hal yang buruk. 

Sedangkan, marah dalam bahasa Arab, kata "الغضب" yang berarti "marah" dan memiliki asal-usul yang menarik. Berdasarkan penjelasan Ibn Jinni, "الغضب" berasal dari kata "غَضَبَة الرّأس" yang berarti kulit kepala. Artinya, emosi marah yang intens seolah-olah membuat panasnya perasaan di dalam hati naik hingga ke kulit kepala. Dari sinilah kata "غضب" berasal, mengacu pada perasaan yang menyebabkan reaksi fisik yang terlihat hingga ke kepala, seperti memerah atau tegangnya otot.
Jadi, secara bahasa, marah dalam bahasa Arab dihubungkan dengan reaksi fisik yang muncul akibat emosi yang memuncak, terutama bagaimana perasaan itu seolah-olah mengalir dari hati hingga ke kepala.

Toyyib. Terlepas dari kajian bahasa dan asalnya. Adakah marah itu baik? Apa baiknya?. 
Marah itu selalu membuat luka. Perih. Bahkan tidak sedikit yang berakhir pada penganiayaan dan pembunuhan. Marah itu bara, yang siap melahap siapa pun yang berada di sekitar api amarah. 

Gara-gara luapan amarah. Orang tua membunuh anaknya. Suami menceraikan istrinya. Anak-anak memukul orang tuanya. Saudara dihabisi. Tetangga dilukai. Marah, selalu berakhir dalam jurang penyesalan.

Amarah yang membuncah, buta segala arah, akan merusak  tanpa terarah, yang akhirnya dia hanya dapat menyesali apa yang telah berdarah. 

Gegara marah. Gegara kurang sabar. Semuanya akan berakhir dengan ttragis. Coba sebantar saja menghela nafas. Sambil menenangkan diri. Berdzikir. Atau duduk santai, sambil ngopi. Mungkin tidak akan terjadi hal-hal buruk. Tetapi, penyesalan tidak ada di awal, pintu sudah lepas, anak penuh luka. Ia hanya bisa menyesal.

La taghdab...la taghdab..walakal jannah!!!
Jangan marah, Nabi mengulang beberapa kali, maka bagimu surga.

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ  رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ  صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَوْصِنِيْ ، قَالَ :  لَا تَغْضَبْ!!. فَرَدَّدَ مِرَارًا ؛ قَالَ :لَا تَغْضَبْ!!!.

Ada seorang laki-laki minta wasiat kepada Nabi Shallahu alaihi wassalam : “Berilah aku wasiat ya Rasul”. Beliau menjawab, “Engkau jangan marah!” Orang itu mengulangi permintaannya berulang-ulang, kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Engkau jangan marah!” [HR al-Bukhâri].

Marah terkadang tidak mudah dikendalikan. Maka, butuh belajar untuk menahannya, dan belajar untuk bersabar. 

Apakah semua marah dilarang?! Tidak, ada beberapa marah yang diperbolehkan (lihat kajian marah)

******
Ya Allah, jauhkan kami dari marah dan amarah 🤲🤲

@sorotan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar