Selasa, 06 Agustus 2024

Menilik Keterkaitan Miskin, Sakinah dan Sukun


Halimi Zuhdy

"Jadilah sakinah!" Tema yang pernah saya sampaikan dalam kajian tentang keluarga harmonis. Kenapa sakinah?, karena sakinah menjadi kata yang mengawali dua kata selanjutnya, mawaddah dan rahmah. 
Asal kata "Sakinah" secara bahasa, dalam Al-Daror, dasar dari kata ini menunjukkan kebalikan dari kegelisahan (الاضطراب) dan gerakan (الحركة). Jadi, "diam/sukun" lawan dari gerakan/harlah; dikatakan: "sakan asy-syai'u yaskunu sukunan" ketika gerakannya berhenti, dan segala sesuatu yang tenang disebut "sakan," seperti angin, panas, dingin, dan semacamnya, dan "sakan ar-rajulu" berarti dia diam. "Sakinah" berarti ketenangan (at-tuma'ninatu), kestabilan (al-istiqrar), ketenangan, keteguhan (razanah), dan ketenangan, kehormatan (waqar).

Menurut Abdul Rahman Al-Sa'di "sakinah (Ketenangan) adalah sesuatu yang Allah masukkan dalam hati seseorang pada saat gelisah, galau, dan ketakutan yang mengerikan, kemudian diberikan keteguhan hati, tenang, dan membuatnya tenteram. Itu adalah salah satu nikmat besar dari Allah kepada hamba-hamba-Nya." Sakinah, bukan keluarga yang tidak bergerak, kemudian menjadi tenang. Tapi, keluarga sakinah adalah keluarga yang oleh Allah diberikan rasa damai, tenteram, bahagia, dan tenang. Kata "tenteram" (sakinah) menunjukkan tujuan utama pernikahan, yaitu menciptakan keluarga yang harmonis dan penuh kasih sayang.

Bagaimana dengan miskin?. Miskin, sering kita simpulkan adalah mereka yang tidak punya harta, atau mereka yang kekurangan, atau antara pemasukan dan pengeluaran tidak seimbang, lebih banyak pengeluarannya. Kata, miskin, ini satu derivasi dengan sakinah (tenang), sikkin (pisau), sukun (diam, tenang), sakan (tempat tinggal). Dalam Ad-dhurar dan Jamharah, asal miskin dari kata "sukun," yang berarti ketenangan dan keteguhan, dan darinya disebut "miskin" karena ketenangannya pada orang lain, atau karena kemiskinan mengurangi gerakannya. Bentuk jamaknya adalah "masakīn." Dan masih dalam Jamhara,  "miskin", adalah orang yang tidak memiliki apa-apa, atau tidak memiliki cukup untuk kebutuhannya. Dikatakan: "tamasakana rajul," artinya orang itu menjadi miskin. Miskin juga berarti rendah diri, tunduk, dan lemah. "Tamasakana rajul lirabbihi" ketika seseorang merendahkan diri dan tunduk kepada Tuhannya. Masakana, kemiskinan dan kebutuhan. 

Maka, sakinah, miskin dan sukun, berasal dari satu derivasi "sakana", tenang, diam, damai. Loh, kok banyak orang miskin yang tidak tenang?

Tunggu jawabannya ya☕😁
@sorotan @pengikut

Tidak ada komentar:

Posting Komentar