Minggu, 30 Juni 2024

Kesuksesan Nabi Ismail, dan Tarbiyah Siti Hajar

Halimi Zuhdy

Seringkali "sukses" adalah mereka yang berpangkat, sosok viral, kaya, mapan, dihormati masyarakat, setumpuk jabatan, dan lainnya. Tapi, terkadang dilupakan bahwa kesuksesan adalah mereka yang kuat, teguh imannya dan ketawaannya pada Allah. Sosok sukses itu adalah Nabi Ismail, seluruh kitab menyatakan bahwa Ismail adalah orang yang kuat imannya, tawakkal, dan sosok yang menjadi uswah bagi umat. 
Kesuksesan itu tidak berjalan sendiri, ia dididik oleh ibu yang tangguh, Siti Hajar dan seorang Nabi yang hebat, yang menjadi pendahulu tauhid, Nabi Ibrahim. Siapakah sosok ibu Hajar? Ini, yang menjadi kajian kali ini.

Dalam Al-Yaum, bahwa Siti Hajar wafat pada usia sembilan puluh tahun dan dimakamkan oleh Ismail, alaihissalam, di samping Baitullah (banyak pendapat terkait ini). Dia meninggalkan teladan luar biasa sebagai wanita beriman, istri yang patuh, dan ibu yang penyayang. Allah memenuhi janjinya kepadanya, memberinya banyak keberkahan, dan mengharumkan namanya serta menjadikannya dikenang selamanya. 

Siti Hajar, ibu bangsa Arab Kanaan dan ibu dari Ismail. Dia memberikan teladan luar biasa sebagai wanita beriman dan saleh. Dia menaati perintah Allah dengan iman dan kesabaran sehingga layak menerima pahala ilahi. Allah mengangkat derajatnya dari lapisan masyarakat biasa dengan menempatkan makamnya di samping Ka'bah yang mulia. Tempat perjalanannya dengan anaknya antara Safa dan Marwah menjadi salah satu rukun haji yang dikunjungi umat Islam setiap tahun dari seluruh penjuru dunia. Siti Hajar juga menjadi nenek moyang penutup para Nabi dan manusia terbaik, Nabi Muhammad, dari keturunan yang diberkahi.

Sosok Tangguh

Siti Hajar, seorang perempuan yang namanya terukir dalam sejarah agama-agama Samawi, menjadi inspirasi bagi banyak orang. Kisah hidupnya yang penuh dengan ujian dan rintangan, namun diwarnai dengan keteguhan iman, cinta kasih, dan kegigihan, menjadikannya teladan bagi para perempuan di seluruh dunia.

Di balik kisah inspiratifnya, tersembunyi sosok perempuan tangguh yang diuji dengan berbagai cobaan. Ia ditinggalkan di lembah tandus bersama Ismail, putranya yang masih bayi, atas perintah suaminya, Nabi Ibrahim. Dihadapkan pada situasi yang sulit, Siti Hajar tidak menyerah pada keputusasaan. Ia bertanggung jawab penuh atas Ismail, dengan penuh kasih sayang dan dedikasi.

Perjalanannya mencari air untuk Ismail menjadi simbol perjuangan dan kegigihannya. Ia berlari bolak-balik antara bukit Shafa dan Marwah, berharap menemukan sumber air untuk putranya. Perjuangannya yang tak kenal lelah ini kemudian diabadikan dalam ritual Sa'i, salah satu rukun haji yang dilakukan oleh umat Islam di seluruh dunia.

Siti Hajar tidak hanya seorang ibu yang penuh cinta, tetapi juga seorang perempuan yang tegar dalam menghadapi berbagai kesulitan. Ia hidup dalam keterasingan, tanpa keluarga dan kerabat di sekitarnya. Ia tidak memiliki harta benda, tempat bernaung, dan bahkan terpinggirkan dari masyarakatnya. Namun, ia tetap tegar dan tidak pernah kehilangan harapan.

Keimanannya yang kuat menjadi sumber kekuatannya. Ia yakin bahwa Allah SWT selalu bersamanya dan akan memberikan pertolongan dalam setiap kesulitan. Keyakinan ini membuatnya selalu optimis dan penuh semangat dalam menjalani hidup.

Kisah Siti Hajar menjadi pengingat bagi kita semua bahwa meskipun dihadapkan dengan berbagai rintangan dan cobaan, kita harus tetap tegar dan penuh harapan. Cinta dan kasih sayang kepada keluarga, serta keimanan yang kuat, menjadi sumber kekuatan yang dapat membantu kita melewati masa-masa sulit.

Siti Hajar adalah contoh nyata dari seorang perempuan teladan yang patut ditiru. Ia mengajarkan kita tentang arti tanggung jawab, cinta kasih, kegigihan, dan kekuatan iman. Kisah hidupnya menginspirasi kita untuk selalu optimis dan pantang menyerah dalam menghadapi berbagai tantangan dalam hidup.

Asal Siti Hajar

Sosok tangguh itu, berasal dari Mesir. Dalam Al-Yaum, "Hajar min Alfarma Ila Nubuah". Para sejarawan sepakat bahwa tempat kelahiran Hajar adalah di Mesir, di daerah Tel Al-Farma, yang terletak beberapa kilometer dari Provinsi Bursaid (بورسعيد). Menurut Ibnu Hisyam dalam biografinya, dia lahir di desa Farma, sebuah kota di ujung utara Delta yang dekat dengan Danau Tinnis. Orang Arab menyebutkan gerbang-gerbang terkenalnya, tentang Nabi Ya'qub berkata, "Wahai anak-anakku, janganlah masuk dari satu pintu tetapi masuklah dari berbagai pintu," menurut buku Ensiklopedia 1000 Kota Islam oleh Abdul Hakim Al-Afifi. Dalam bahasa Koptik, itu berarti Rumah Amun, dan disebutkan dalam Taurat dengan nama "Sin," yang berarti kekuatan Mesir. Nama tersebut kemudian berubah menjadi Farma dan mengalami serangan dari Romawi Bizantium. Khalifah Abbasiyah Al-Mutawakkil membangun benteng yang menghadap laut untuk melindunginya dari serangan tersebut pada tahun 239 H. (Terjemah dari Al-Yaum).

Ibnu Ishaq berkata, "Muhammad bin Muslim bin Ubaidullah bin Syihab Az-Zuhri memberitahuku bahwa Abdurrahman bin Abdullah bin Ka'b bin Malik Al-Anshari, kemudian As-Sulami, memberitahunya bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Jika kalian membuka Mesir, perlakukan penduduknya dengan baik, karena mereka memiliki hak dan hubungan rahim." Maka saya bertanya kepada Muhammad bin Muslim Az-Zuhri, Apa hubungan rahim yang disebutkan oleh Rasulullah SAW untuk mereka?' Dia menjawab: 'Hajar, ibu Ismail, berasal dari mereka.'"

Masih dalam Al-Yaum, bahwa berbagai riwayat sejarah mengenai status sosial Hajar. Beberapa tokoh Yahudi menyebutkan bahwa siti Hajar  adalah budak di istana Firaun, dan dalam Kitab Kejadian "Pasal 21" disebutkan bahwa dia adalah putri Firaun Mesir. Beberapa keterangan dari Nubia mengklaim bahwa tempat kelahirannya berada di Nubia, di selatan Mesir, dengan mendasarkan pada asal usul nama bahwa (Ha) dalam hieroglif berarti bunga teratai, dan kata (Jar) berarti tanah Mesir dalam makna Taurat, sehingga namanya berarti bunga teratai dan julukannya adalah Mesir. Nama Hajar juga memiliki pengucapan yang sama dalam bahasa Nubia yaitu "Haqar (هاقجر)" yang berarti duduk atau ditinggalkan, merujuk pada ditinggalkannya dia sendirian di Mekah. Selain itu, diketahui bahwa Hajar mengenakan pakaian panjang longgar untuk menyembunyikan jejak kakinya, deskripsi ini cocok dengan "jergar (الجرجر)" yang merupakan pakaian tradisional wanita Nubia yang masih digunakan hingga hari ini.

Namun, Ibnu Katsir dalam "Al-Bidayah wa An-Nihayah" meriwayatkan bahwa dia adalah seorang putri dari kaum Amaliq, dan juga ada yang berpendapat, bawa ia dari kaum Kanaan yang memerintah Mesir sebelum Firaun. Firaun mengangkatnya sebagai anak. Ketika Firaun berencana jahat terhadap Sarah, istri Nabi Ibrahim, Sarah berdoa kepada Allah dan tangan Firaun kemudian lumpuh. Kemudian, Firaun meminta Sarah untuk mendoakannya agar sembuh dengan janji tidak akan menyakitinya. Sarah berdoa dan Allah menyembuhkannya, maka Firaun memberikan putri Hajar sebagai penghormatan, bukan sebagai budak seperti yang diklaim oleh Yahudi. (Al-yaum). 

Kesuksesan seseorang, tidak lepas bagaimana seorang ibu yang mendidiknya, dan juga seorang ayah. Dua teladan di rumah, adalah kunci kesuksesan di dunia dan akhirat.

Ibu, dengan kekuatan imannya, mampu menjadi teladan kekuatan iman anaknya, mendidik dengan keimanan mengantarkan anaknya pada keimanan padaNya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar