Halimi Zuhdy
Konferensi ADIA (Asosiasi Dosen Ilmu Adab) 2024 di Aceh mengundang beberapa pemateri dari luar negeri, di antarnya adalah Prof. Dr. Mustofa dari Mesir. Kebetulan, Prof. Mustafa pernah juga di undang seminar Sastra Arab di UIN Malang, dan pernah satu forum sastra di Universitas Syarif Ali Brunai Darussalam. Beliau setiap hari menulis di WAG Muhibbul Lughah Al-Arabiyah tentang Baitul Maqdis, menarik sekali.
Dalam konferensi ini beliau menyampaikan tentang "Tadris al-Adab al-Arabi lin natiqina bighair al-Arab, muqarabah intiqaiyyah takamiliyaj" yaitu tentang pembelajaran Sastra Arab bagi non Arab dengan pendekatan eklektif integratif.
Kata beliau, sastra secara umum merupakan nilai kemanusiaan, peradaban, dan pengetahuan yang sangat tinggi. Kekayaan sastra tercermin dalam jiwa penulis, harapan, dan minatnya. Sastra adalah buku, di mana ide, visi, dan mimpi penulis terwujud dalam barisannya.
Menariknya, sastra adalah mimbar di mana seruan pembaruan dan reformasi dikumandangkan. Sastra adalah pemandu yang membawa penerima ke apa yang bermanfaat bagi mereka. Sastra adalah obor yang menerangi jalan kebebasan dan keadilan bagi manusia. Sastra adalah panggung di mana seni hiburan yang murni dan relaksasi yang bertujuan dipamerkan.
Sastra adalah sayap kedua yang membantu sayap material untuk membawa manusia terbang di atmosfer kehidupan ini. Manusia memiliki tubuh dan jiwa, dan fokus pada aspek material saja hampir mengubah manusia menjadi roda gigi kaku dalam mesin bisu. Sedangkan fokus pada aspek spiritual saja akan menyebabkan hilangnya peradaban. Demikian kata Prof Mistafa, dalam pengantar sebelum masuk pada pendekatan eklektik.
Terus, apa manfaat mempelajari bahasa Arab?, beberapa yang beliau sampaikan, saya simpulkan dari ppt dan juga orasi beliau.
1. Mengembangkan kemampuan berbahasa Arab. Mempelajari sastra Arab membantu meningkatkan kemampuan membaca, menulis, dan berbicara bahasa Arab. Hal ini karena sastra Arab menggunakan bahasa yang kaya dan beragam, serta struktur kalimat yang kompleks.
2. Meningkatkan gaya bahasa, dengan mempelajari tingkat bahasa yang tinggi yang ditandai dengan kefasihan dan kreativitas, para pelajar dapat memenuhi syarat untuk berkreasi di masa depan.
3. Mendalami budaya Arab, sastra adalah wadah budaya. Abdullah bin Abbas mendefinisikan puisi sebagai diwan orang Arab, yaitu catatan kehidupan mereka dengan segala dimensinya, politik, dan sosial.
4. Memperkuat hubungan budaya, sastra Arab dapat memperkuat hubungan budaya antara orang Arab dan bangsa lain yang berbicara bahasa non-Arab, baik Muslim maupun non-Muslim.
Sedangkan tantangan dalam Mengajarkan Sastra Arab, juga tidak sedikit, di antaranya, kata beliau;
1. Tidak adanya kurikulum, atau kurikulum yang kurang tepat, scara umum, kurikulum pengajaran bahasa Arab di banyak institusi tidak dirancang khusus untuk pengajaran sastra Arab. Hal ini menyebabkan kurangnya materi yang relevan dan menarik bagi pelajar non-Arab.
2. Penggunaan materi yang tidak tepat, dalam beberapa institusi, terdapat perbedaan besar antara pengajaran sastra Arab untuk orang Arab dan non-Arab. Bahkan, seringkali menggunakan materi yang sama tanpa membedakan.
3. Melibatkan pelajar Non-Arab dalam Isu yang tidak relevan, terkadang, pelajar non-Arab dipaksa untuk mempelajari masalah sejarah, konspirasi politik, dan perselisihan agama dan sektarian yang tidak relevan dengan mereka.
4. Penggunaan pendekatan lama, pengajaran sastra Arab sering kali didasarkan pada pendekatan sejarah dan geografis yang sudah usang, tanpa memperhatikan kritik yang banyak diajukan terhadapnya.
Lanjut #2 PembelajaranSastraArab Prof Musthafa
Aceh, 18 Mei 2024
Tidak ada komentar:
Posting Komentar