Selasa, 14 Mei 2024

Menguak Istilah Syair, Syi’ir, Puisi dan Musik


Part #2

Halimi Zuhdy

Terpaksa menguak tulisan lama, karena ada yang memaksa untuk menjelaskan tentang perbedaan syi'ir (puisi) dan musik. Ada yang menganggap bahwa syi'ir itu adalah musik, dan musik itu adalah syi'ir, sehingga ada kata "surat musik". Tapi, saya tidak masuk pada perdebatan yang seru tersebut, hanya saja, sedikit akan mengurai perbedaan mendasar, minimal menurut bahasa (lughatan), dan yang saya ketahui dan saya pahami. Tujuannya, agar masyarat bahasa Arab (yang saya ajar), mampu membedakan mana istilah syi'ir dan mana istilah musik. 
Pernah saya ditegur, ketika ada mahasiswa Bahasa dan Sastra Arab UIN Malang, ketika tampil memainkan musik dengan melagukan syi'ir (puisi Arab), istilahnya musikalisasi puisi. "Tadz, saya gak suka ada istilah musikalisasi puisi, puisi ya puisi, musik yang musik, gak usah dicampur", kata salah satu dosen M, dan kemudian pergi. Musikalisasi berbeda dengan puitisasi lo! Apa bedanya. Terus baca tulisan ini. 

Kata “puisi” dan “syair” sudah sangat mashur di telinga orang Indonesia. “Puisi” di antara pengertiannya adalah bentuk karya sastra yang terikat oleh irama, rima dan penyusun bait dan baris yang bahasanya terlihat indah dan penuh makna. Sedangkan “syair” dalam banyak buku pembelajaran bahasa Indonesia adalah salah satu jenis puisi, dan jenis ini, dikatagorikan pada puisi lama, seperti; mantra, pantun, karmina, seloka, gurindam, dan talibun. 

Dan syair adalah tiap bait terdiri atas empat baris yang berakhir dengan bunyi sama. Menurut Hooykaas, syair merupakan jenis puisi lama yang berkembang di Indonesia, hanya saja namanya merupakan serapan dari bahasa Arab, syi'ir (الشعر). 

Keduanya memiliki kemiripan namun berbeda, istilah puisi sering digunakan dalam bahasa Indonesia, sedangkan syair digunakan dalam bahasa Arab, walaupun istilah syair juga sudah menjadi bagian dari puisi, namun dalam bahasa Arab tidak dibaca Syair, tetapi Syi’ir. Kalau Syair adalah penulisnya, sedangkan Syi’ir adalah karangannya. Kalau “syair” berarti rambut, bukan puisi. He. Tetapi kesalahan itu akan menjadi sebuah kebenaran, bila sudah menjadi kesepakatan bersama. Maka, anggaplah, syair itu syi'ir. 

Banyak yang salah memahami, seakan-akan syair itu puisi dan puisi itu adalah syair, bukan hanya syair dan puisi yang melebur dan kabur, tapi istilah yang lain juga demikian, seperti menulis dan mengarang. Menulis dan mengarang pada dasarnya berbeda, kalau menulis seringkali menyelipkan pemikiran orang lain dalam tulisannya, dengan mengumpulkan data dan kemudian menganalisisnya, atau sekedar mengumpulkan yang kemudian mengkompelasikan dengan tulisan-tulisan lain, seperti makalah popular, artikel, opini. Sedangkan mengarang, murni dari pemikiran sendiri seperti novel, cerpen, dan puisi. Namun, mengarang dan menulis sudah dianggap tidak ada bedanya, ya..menulis. menulis karangan.wkwkwk. untung tidak karangan menulis. 

Mari kita lihat asal kata syair yang dianggap dari bahasa Arab, secara etimologis, kata syi’ir (bukan syair) berakar dari kata شعر- يشعر- شعرا- شعورا yang berarti mengetahui, merasakan, sadar, mengkomposisi, atau menggubah sebuah syair (Abu al-Fadl, 1990: 409). Menurut Jurji Zaidan, syair berarti nyanyian (al-ghina`), lantunan (insyadz), atau melagukan (tartil). Asal kata ini telah hilang dari bahasa Arab, namun masih ada dalam bahasa-bahasa lain, seperti شور dalam bahasa Ibrani yang berarti suara, bernyanyi, dan melantunkan lagu. Diantara sumber kata syi`r adalah شير (syir) yang berarti kasidah atau nyanyian. Nyanyian yang terdapat dalam kitab Taurat juga menggunakan nama ini. (Muzakki)

Sejarah menyebutkan bahwa orang-orang Yahudi lebih dahulu berkecimpung dalam dunia nazham daripada orang-orang Hijaz. Dengan demikian, pengalaman dan kemahiran mereka telah memperkuat keberadaan kata syi’ir yang berkaitan dengan kasidah atau nyanyian. Berdasarkan sumber itu, orang-orang Arab dipandang kuat telah mengambil kata syi`ir dari orang Yahudi untuk menyebut istilah kasidah. Kemudian mereka mengganti huruf ya` dalam kata شير dengan huruf `ain, maka jadilah kata syi`ir (شعر ), dan selanjutnya kata ini dipergunakan pada pengertian syair secara umum (Ahmad Husein al-Thamawi, 1992: 46).

Berbeda dengan al-`Aqqad, ia memandang kata syi`ir harus dikembalikan kepada bahasa aslinya, yaitu bahasa Semit. Karena itu, kata شيرو pada suku `Aqqadi kuno merujuk kepada suara nyanyian di gereja. Dari kata ini, kemudian berpindah ke dalam bahasa Ibrani (شير) dengan arti melagukan (insyadz) dan ke dalam bahasa Aramiyah yang bersinonim dengan kata شور , ترنم (menyanyikan) dan ترتيل (melagukan) (Ahmad Husein al-Thamawi, 1992: 47).

Bagi orang Arab, kata syi`ir mempunyai arti tersendiri sesuai dengan pengetahuan, kemampuan, dan kebiasaan mereka. Dalam pandangan mereka, syi`ir berarti pengetahuan atau kepandaian (`ilm/fathanah), dan penyair itu sendiri disebut dengan al-fathin (cerdik pandai). Pendapat ini ada kemiripan dengan pengertian poet dalam bahasa Yunani, yang berarti membuat, mencipta (dalam bahasa Inggris padanan kata poetry erat berhubungan dengan kata poet dan poem). Poet berarti orang yang mencipta melalui imajinasinya, orang yang hampir menyerupai dewa atau yang amat suka kepada dewa-dewa. Dia adalah orang yang berpenglihatan tajam, orang suci, sekaligus seorang filsuf, negarawan, guru, dan orang yang dapat menebak kebenaran yang tersembunyi (Henry Guntur Tarigan, 1984: 4). Dalam tradisi masyarakat jahiliyah, mereka meyakini bahwa para penyair memiliki pengetahuan magis, karena itu mereka dikenal sebagai “ahl al-ma’rifah” , yaitu sekelompok orang yang dapat memprediksi kehidupan dan kejadian di masa yang akan datang (Ahmad Amin, 1975: 55).

Secara terminologis, para Ahli `Arudh mengatakan bahwa pengertian syi`ir itu sama (muradif) dengan nadzam. Mereka mengungkapkan: Kata-kata yang berirama dan berqafiah yang diciptakan dengan sengaja. Dan masih banyak pendapat-pendapat yang lain terkait dengan kata-kata syair (insyallah buat buku dulu, syair dalam kajian sastra Arab).

Sedangkan istilah Puisi, sebagaimana yang penulis temukan dalam beberapa buku, kata “puisi” berasal dari kata Yunani kuno yaitu : ποιέω/ποιῶ (poiéo/poió) = I create) diartikan sebagai seni tertulis yang mana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk tambahan, atau selain arti semantiknya. Atau berasal dari poesis yang berarti penciptaan.

Kemudian puisi diartikan suatu ciptaan tentang sesuatu keindahan dalam bentuk berirama. Citarasa adalah unsur yang diutamakan. Hubungan dengan budaya intelek atau dengan suara hati hanya merupakan hubungan yang selari. Jika bukan secara kebetulan, ia tidak ada kena mengena langsung sama ada dengan tugasnya atau dengan kebenaran, demikian menurut Edgar Allan Poe. Sedangkan menurut H.B Jassin H. B. Jassin, Puisi merupakan pengucapan dengan perasaan yang didalamnya mengandungi fikiran-fikiran dan tanggapan-tanggapan

Kalau kita tangkap dari beberapa definisi dari syair Arab , dipahami bahwa sebuah ungkapan dapat dikategorikan kepada karya sastra genre syair apabila ungkapan tersebut memenuhi enam kriteria: 1) kalam (bahasa), 2) ma`na (gagasan), 3) wazan (irama), 4) qafiah (sajak), 5) khayal (imajinasi), dan 6) qasd (sengaja).

Dan tidak terlalu jauh dengan definisi puisi dalam bahasa Indonesia yang puisi tersebut tidak lepas dari imaginasi, pemikiran, idea, nada, irama, kesan pancaindera, susunkata, kata-kata kiasan, kepadatan, perasaan, perasaan yang bercampur-baur dan sebagainya.

Puisi dan syi'ir pada akhirnya adalah sebuah ungkapan imajinatif, yang berirama dengan susunan kata yang tersusun dengan penuh kiasan, kepadatan dan perasaan. Ada kesamaan dalam macam/jenis keduanya. Dalam syair menurut Thaha Husein dan Ahmad al-Syayib membagi syair dari segi isinya menjadi tiga macam: 1) syair cerita/epic poetry (syi`r qishashi), 2) syair lirik/liric poetry (syi`r ghina`i), dan 3) syair drama/dramatic poetry (syi`r tamtsili). Sementara `Abd al-Aziz bin Muhammad al-Faishal menyebut syair cerita dengan istilah syi`r malhami, walaupun pengertiannya tidak ada perbedaan, dalam puisi tidak jauh berbeda.

🎥 Dosen Sastra Arab UIN Malang

Berikutnya; #3
Asal Kata Musik, dan Perbedaannya dengan Syi'ir

Kajian Al-Qur'an, Sastra Arab, dan Mutiara Hikmah 👇🏻

🌎 www. halimizuhdy. com
🎞️ YouTube *Lil Jamik*
📲  FB *Halimi Zuhdy*
📷 IG *Halimizuhdy3011*
🐦 Twitter *Halimi Zuhdy* 
🗜️ Tiktok  *ibnuzuhdy*

Mohon masukannya poro suhu; Prof Djoko Saryono K. M Faizi Binhad Nurrohmat Akhmad Taufiq Sosiawan Leak Malkan Junaidi dan lainnya

@sorotan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar