(Asyiknya dunia, tak Seasyik Beribadah)
Halimi Zuhdy
رُدُّوهَا عَلَیَّۖ فَطَفِقَ مَسۡحَۢا بِٱلسُّوقِ وَٱلۡأَعۡنَاقِ
"Bawalah semua kuda itu kembali kepadaku." Lalu dia mengusap-usap kaki dan leher kuda itu (Surat Shad, Ayat 33)
Surah Sad, Ayat 33 menjadi salah satu ayat Al-Qur'an yang menarik untuk ditelusuri maknanya. Ayat ini menceritakan kisah Nabi Sulaiman dan kudanya yang menjadi perbincangan hangat di kalangan ahli tafsir.
Perbedaan interpretasi tentang makna "مسح" (masḥ) dan sikap Nabi Sulaiman terhadap kudanya mewarnai pemahaman dan pelajaran yang dapat dipetik dari ayat ini. Apa yang dilakukan Nabi Sulaiman bukan hal yang aneh untuk "kebanyakan manusia", bahkan mungkin sangat banyak umat yang melakukannnya. Tapi, ini merupakan palajaran penting bagi umat, ada hal yang lebih penting untuk didahulukan, dan hal-hal yang dianggap penting.
Siapa yang tidak kenal dengan Nabi Sulaiman, sangat banyak kisah yang menceritakan kekayaan beliau dan mukjizat beliau dengan hewan dan jin. Dan kisah kekuasaan yang pernah ada di muka bumi. Dan keindahan akhlak beliau dalam pemerintahan, serta dalam mempimpin umat.
Ayat, 33 Surat Shad, menceritakan kisah Nabi Sulaiman yang terlena dengan kekayaannya, termasuk kudanya yang indah dan banyak. Ia tergoda dengan kekayaannya tersebut dan lupa diri dari waktu sholat Ashar, ketika matahari telah terbenam, Nabi Sulaiman tersadar dan menyesali kelalaiannya. Ia pun segera kembali ke istananya dan memerintahkan untuk membawa kembali kudanya.
Gegara terlena dengab kudanya, dan hanya sekali saja. Maka, kuda itu disembelih (dan terjadi beberapa perbedaan pendapat dalam hal ini).
Ahli tafsir berbeda pendapat tentang makna "مسح" dalam ayat ini. Ada yang berpendapat disembelih, pendapat ini didasarkan pada riwayat bahwa Nabi Sulaiman menyembelih kudanya karena telah membuatnya lalai dari sholat.
Ada juga yang berpendapat dipotong, pendapat ini menyatakan bahwa Nabi Sulaiman memotong urat kakinya untuk mencegahnya berlari kencang dan membuatnya lalai lagi. Dan ada pula, yang berpendapat bahwa kat "masaha" adalah membelai, pendapat ini meyakini bahwa Nabi Sulaiman membelai kudanya dengan penuh kasih sayang sebagai tanda penyesalan dan pertobatannya.
Terlepas dari perbedaan tafsir tentang kata "masaha" para ahli tafsir sepakat bahwa Nabi Sulaiman menunjukkan sikap yang tegas dan penuh penyesalan atas kelalaiannya. Ia tidak tergoda untuk mempertahankan kudanya yang telah membuatnya lalai, dan ia rela mengorbankan kenikmatannya demi ketaatan kepada Allah SWT.
***
Hal ini sangat menarik, bahwa jangan sampai harta kekayaan, peliharaan, kendaraan, atau apa pun mengalahkan ibadah (kewajiban) pada Allah SWT. Seperti shalat, sholat adalah kewajiban yang tidak boleh diabaikan demi kesibukan atau kesenangan duniawi. Cinta yang berlebihan terhadap harta dan kenikmatan duniawi dapat menjerumuskan kita ke dalam kelalaian dan dosa. Dan bertobat ketika melakukan kesalahan, kita harus segera bertobat dan berusaha untuk memperbaiki diri. Dan pelajaran berikutnya adalah sikap rela berkorban demi ketaatan kepada Allah SWT, harus rela berkorban, bahkan jika itu berarti melepaskan hal-hal yang kita cintai.
Berat, memang berat, butuh waktu dan belajar. Maka dalam Ayat yang lain, mengapa Allah mendahulukan dalam berjihad adalah dengan harta (bi amwalikum), baru kemudian diri/jiwa (waanfusikum).
Allahu'alam bishawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar