Halimi Zuhdy
Masuk hotel, teman saya marah-marah; "Hotel ini rusak! Saya tidak bisa ngeces HP! Ini kamar setan!" bentaknya sambil mengoceh sendiri. Kemarahannya semakin memuncak. “katanya hotel berbintang, kok ngeces HP saja tidak bisa”.
Saya diam, dia masih berbicara sendiri sambil marah-marah, wajahnya memerah. Kabel ces HP dimasukkan lagi ke stop kontak, baterainya hanya tinggal hitungan detik wafat, namun tanda dalam gambar baterainya tidak bergerak. “Bagaimana sih, hotel ini, kok tidak beres”.
Dia marah dan marah! Saya kenak damprat. Saya hanya diam memperhatikan tingkah teman satu ini, orangnya memang suka marah-marah, kadang saya juga kesel. Tidak ada angin dan badai marah, tidak ada gelombang, marah-marah. “Apakah ia diciptakan dari api, sehingga suka marah-marah!”. Guyon teman saya yang lain.
Setelah beberapa menit istirahat di kasur yang masih fresh, Ia keluar kamar, untuk menemui resepsionis, saya dengar dari dalam kamar suaranya terdengar nada agak tinggi, “Mbak, Bagaimana sih, saya ngeces hp tidak bisa, listriknya mati, atau colokannya yang rusak, periksa mbak ke kamar!”
Seorang pegawai hotel dengan senyuman ramah datang untuk memeriksa masalah yang dialami teman saya. Begitu pegawai tersebut memasuki kamar, ia melihat teman saya ini sedang sibuk meraba-raba saku celananya. Dengan tenang, pegawai itu bertanya, "Maaf, Bapak sudah memasukkan kartu kunci hotel ke slot di depan pintu?"
Wajah teman saya ini langsung berubah dari merah menjadi pucat. Dengan canggung, ia mencari kartu kuncinya! dan memasukkannya ke slot yang tersedia. Seketika itu juga, lampu dan listrik menyala. Teman saya ini terdiam, terkejut dengan kesalahannya yang konyol.
Pegawai hotel itu hanya tersenyum sambil berkata, "Ini sering terjadi, Pak. Tidak apa-apa. Semua orang bisa lupa." Ia merasa malu namun juga lega bahwa masalahnya ternyata hanya karena kelalaian sederhana.
Saya hanya terdiam, dan menyembunyikan senyum dan tawa yang memuncak, “Mas, bertobatlah! Jangan suka marah-marah, tenang dalam hidup, suka marah-marah atau sering marahan itu akan kembali pada dirinya sendiri!, suka marah itu teman-nya setan, la tadhdab wa lakal jannah” dia hanya diam, seperti malu terhadap kejadian yang barusan terjadi! “tidak harus diluapkan segala kekecewaan dengan marah!"
Beberapa jam berikutnya, saya kenak ujian juga. Masuk kamar, kartu kunci tidak bisa konek (tidak ada tanda-tanda getar di pintu), saya coba beberapa kali, juga tidak bisa. Saya tanya ke cleaning servis yang baru saja membersihkan kamar hotel. “Mas, kartu ini kok tidak bisa ya?!” tanya saya dengan nada agak bagaimana begitu.wkwkw.
“Bapak tanya ke resepsionis geh”. Katanya. Saya bergegas ke resepsionis, “Mbak, saya beberapa kali mencoba kartu ini untuk masuk, tapi tidak bisa!”. Resepsionis itu langsung menjawab ketika melihat kartu yang saya pegang, “Mohon maaf Bapak, itu kartu parkir!”. Duarrrrr. Saya agak malu, dan nyelonong pergi. Saya tidak marah-marah, tapi terasa malu, apalagi kalau saya marah-marah.
***
Hidup itu memang lucu Ya!!!!. Menyalahkan orang lain, tapi kadang tidak pernah mengoreksi dirinya sendiri.
*****
Maaf ya, tidak harus mencari tahu teman saya yang suka marah-marah, tidak penting! yang penting senyumin saja.wkwkw
Tidak ada komentar:
Posting Komentar