Halimi Zuhdy
Beberapa minggu terakhir media sosial mulai ramai dengan caci maki, terutama di grup WA, para pendukung capres tidak hanya membeberkan visi misi dari capresnya, tapi juga mengirimkan gambar atau vedio capres lainnya yang buruk-buruk, bahkan potongan-potongan video yang sudah lapuk, diangkat kembali. Miris, seakan-akan fitnah dan menjelekkan orang lain adalah kebenaran.
Tidak ada faidahnya, menjelekkan calon pemimpin negeri ini, bukankan mereka berjuang untuk menjadikan baik, toh kalau kalau mereka dianggap buruk, tinggalkan saja! Ketika saya menulis status, "semua calon presiden dan wakilnya itu adalah orang-orang baik dan terbaik di negeri ini, maka kemudian dicalonkan, karena ada kebaikan dalam diri mereka, mereka yang menganggap buruk adalah pesaingnya, dan juga jurkam-jurkamnya yang punya kepentingan untuk calonnya. Jurkam yang baik, mengangkat kebaikkannya tanpa membunuh yang lainnya.
Saya jadi merenung, tentang kekuasaan yang diperebutkan itu. "Jangan berebut kekuasaan, karena kekuasaan akan sirna. Berebutlah Pemilik kekuasaan, Ia abadi selamanya. Jangan berebut pengaruh, karena pengaruh kan fana. Rebutlah Pemilik pengaruh, Ia kan mempengaruhi selamanya." Tapi, kata-kata ini cocok bagi mereka yang memahami bahwa kekuasaan adalah wasilah, bukan satu-satunya yang harus diperebutkan.
Karena, ntuk baik, tidak harus menjadi penguasa. Rakyat yang baik, lebih indah dan bahagia. Maka, seharusnya, rakyat atau para calon penguasa (yang juga rakyat), hendaknya menjadikan kekuasaan sebagai cinta, yang dirawat dengan baik dan memperolehnya dengan kebaikan.
Kekuasaan apapun tidak akan lama, ia hanya sebagai pemanis rasa, maka carilah kekuasaan hati agar mampu menguasai diri dan bertemu Ilahi.
Kekuasaan adalah pemberian Tuhan, maka serahkan kepada PemberiNya. Jangan keluar dari garisNya, maka akan menjadi Fir'aun, Namrud dan Hitler berikutnya.
Selalu manis yang bersentuhan dengan kekuasaan, karena ia dapat menentukan teman dan menumpuk segudang kekayaan, kecuali bagi yang benar-benar karena Tuhan, Ia serahkan dirinya atas nama pengabdian.
Jangan takut turun jabatan, karena jabatan dan kekuasaan hanyalah titipan, kalau Allah masih mempercayakan, seribu manusia tak mampu menurunkan.
Jangan minta kekuasaan, mintalah yang terbaik pada Tuhan, jika berkuasa lebih baik dan bermanfaat, maka RidhaNya harapan.
Kalau berkuasa akan menghancurkan, mohonlah jadi orang biasa, yang tetap dalam keindahan. Jangan memaksakan kehendak atau melepaskan kehendak, karena Pemilik kehendak yang akan memberikan Kehendak sesungguhnya.
Kalau kamu yakin, berkuasa sebuah amanah dari Allah dan hanya untukNya, maka pasti menang. Setiap kebaikan pastilah dihadang keburukan, sebagaimana Nabi Musa AS dihadang Fir'un, Nabi Ibrahim AS berhadapan dengan Namrud, Nabi Muhammad AS dihalangi Abu Lahan dan Abu Jahal, tapi para penghalang, penghadang, dan paramusuh semuanya hancur, karena kebenaran kan selalu berkibar.
Tapi ingatlah, ketika kekuasaan hanya untuk kemewahan, ketenaran, keserakahan dan tidak untukNya, siap-siaplah tenggelam bersama Fir'un, hancur bersama Namrud, mengenaskan seperti Abu Jahal dan Abu Lahab, selamanya keburukan akan tenggelam.
Sayyid Quthb dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur’an menyebutkan bahwa tidak ada seorang pun yg memiliki kekuatan mutlak yang membuatnya dapat berbuat sekehendak nafsunya. Kekuasaan itu hanyalah pinjaman dengan syarat-syarat tertentu sesuai dengan ketentuan Pemilik kekuasaan yang mutlak dan harus memenuhi ajaran-ajaran-Nya. Bila si peminjam dalam menggunakan kekuasaan menyalahi syarat yang telah ditetapkan Pemiliknya, maka yang dilakukannya itu adalah batil (muhajirin).
Tidak ada teman abadi dalam kekuasaan, ada kalanya saat ia bermesraan, ada kalanya saling sikut, bahkan menjatuhkan hanya untuk mengambil alih kekuasaan.
Kadang, ketika pernah merasakan manisnya kekuasaan, gula itu akan selalu diperebutkan, dia tidak lagi mengenal kawan dan lawan, demi satu tujuan, kekuasaan.
Disinilah, kekuasaan yang berorientasi syahwat dan nafsu, maka mintalah sama Allah, kekuasaan yang hanya mampu mengkekalkannya di surgaNya, dan memberikan kemanfaatan di dunia, bagi yang membutuhkan payung dari terpaan hujan bala'nya.
Dan ingatlah, kekuasaan itu sebuah pemberian, jangan memaksa tuk berkuasa nanti penuh luka. Dan jangan halangi tuk berkuasa, Allah akan mengutus bala tentara tuk menjadi pembela.
Indahnya Ayat ini👇
Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu QS Ali Imron, 26.
Maka, pasrahkanlah kepadaNya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar