Minggu, 19 Februari 2023

Menilisik Kata Pengajian

(Pahami sebelum Berkomentar)

Halimi Zuhdy

Heran dengan kata bunda ini, "Saya melihat ibu-ibu itu ya, maaf ya, sekarang kan kayanya budayanya, beribu maaf, jangan nanti saya di bully, kenapa toh seneng banget ikut pengajian. maaf beribu maaf. Saya sampai mikir, iki pengajian iki sampe kapan to yo. Anake arep dipakapake. Ya dong,"
Mengaji dari kata me dan ngaji. Dalam kamus Bahasa Indonesia diartikan dengan; Mendaras (membaca) Al-Qur'an, membaca tulisan bahasa Arab, belajar atau juga mempelajari. Kata "mengaji" sama dengan "mengkaji" yaitu belajar; mempelajari, memikirkan, menyelidiki, memeriksa. 

Sedangkan kata "pengajian" dalam kamus Bahasa Indonesia adalah pengajaran (agama Islam): menanamkan norma agama melalui pengajian dan dakwah. Atau juga bermakna pembacaan Al-Quran. Sedangkan "pengkajian" adalah proses, cara, perbuatan mengkaji; penyelidikan (pelajaran yang mendalam). Jelas ya!

Istilah pengajian yang sudah sangat akrab dengan kita (orang Indonesia) adalah para bapak/ibu atau anak-anak atau pula jamaah yang datang ke suatu majelis yang di dalamnya dihadiri seorang kyai, ustadz atau dai untuk menyampaikan ceramah agama. Pengajian itu adalah belajar ilmu agama, atau ilmu-ilmu lainnya yang bermanfaat untuk kehidupan dunia dan akhiratnya. Tidak hanya dunia saja lo! Jelaskan!

"Pengajian itu kolot, meninggalkan banyak kewajiban di rumah", misalnya ada yang ngomong seperti itu. Tidak lo ya! Pengajian itu membantu umat untuk memperbaiki akhlak, bersilaturahim, menambah ilmu, menguatkan kebangsaan, menguatkan iman dan lainnya. Di zaman sekarang mungkin juga di istilahkan dengan seminar, workshop, kajian atau lainnya. Hanya saja, kalau menggunakan kata "pengajian" seperti kuno. Bukankan kata pengajian ini berasal dari bahasa kita sendiri?, Masak kata kita kuno. Ngaji dari bahasa Jawa Lo! 

Pengertian di atas masih terlalu umum. Coba kita selidik lebih dalam lagi. Apa asal dari kata "Ngaji"?, Ada yang mengartikan, bahwa kata "nga" adalah dari sanga atau songo, yaitu sembilan. Sedangkan "ji" adalah siji (ini perlu didalami lagi). Kata sanga (sembilan) itu merujuk pada sembilan lubang yang ada dalam diri seseorang, 2 mata, 2 telinga, 1 mulut, 2 hidung, dan 2 lubang kemaluan. Kenapa lubang sembilan?, karena lubang-lubang ini perlu itu dikaji, dingajikan, diberi arahan, agar tidak keluar dari fungsinya. Agar tidak melakukan kemaksiatan. Maka, harus ngaji (mengikuti pengajian). Kalau melulu kepentingan dunia, mana untuk akhiratnya?!.

Bila seseorang telah mengikuti pengajian, maka diharapkan setelah selesai dapat mengamalkan apa yang ada dalam kajian itu. Misalnya, ibu-ibu, setelah mereka pulang dari pengajian dapat mendidik putra-putrinya lebih baik, berkepribadian baik, berakhlak, beribadah kepada Allah, rajin shalat dan lainnya. Demikian juga bapak-bapak, lebih sayang sama istrinya, anak-anaknya, dekat sama Allah, agamanya bagus, dan lainnya. Jelas Ya!.

Maka, mengaji sama dengan mengkaji. Mengaji tidak hanya membaca Al-Qur'an, dan pengajian tidak hanya mendengarkan ceramah agama saja, tetapi bisa berdialog, berdiskusi, dan juga bisa mengkaji agama lebih dalam. Oh ia, pengajian itu ciri khas Nusantara lo.

Yang banyak meninggalkan anak-anak sampai tidak terawat itu karena sering mengikuti pengajian atau karena ibu-ibu bekerja, menjadi ini dan itu?! Mari kita koreksi bersama-samašŸ„°. Maaf ya, tidak menyinggung siapa-siapa, hanya introspeksi diri sendiri saja. 

Allahu'lam Bishawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar