Halimi Zuhdy
“Umar Keras”, “Umar Kasar” kalimat-kalimat itu tertancap dalam pikiran banyak anak kecil. Mungkin bukan hanya saya, tetapi banyak umat Muslim melihat Sayyidah Umar adalah orang yang keras. Tapi, bahasa yang digunakan mungkin bukan kasar, tapi “tegas”. Banyak kisah tentang ketegasan Umar bin Khattab, sampai-sampai orang menganggap ia sangat keras atau kasar. Maka beliau dijuluki al-Hafas, seorang yang tegas dalam pendirian. Juga dijuluki Asadullah, singa Allah.
Dan dalam banyak kisah, bila sebuah tempat ditulis nama “Umar Al-Faruq”, maka jin dan syaithan tidak akan berani masuk ke rumah atau ke suatu tempat yang ada namanya. Betapa menakutkannya Umar bagi yang berpikir bahwa Sayyidina Umar keras dan kasar. Sebenarnya, Sayyidina Umar tidak kasar!, Beliau itu sangat lembut, perasa, dan sederhana. Beliau itu tegas, bukan kasar, “Saya lebih lembut dari semua orang, bagi mereka yang berpegang teguh pada agama dan berbuat adil” kata Sayyidana Umar bin Khattab.
Di antara kisah kelembutannya, diceritakan oleh sejarawan bahwa Umar bin Al-Khattab dikenal orang yang sangat tegas dan kuat, tetapi sangat lembut. Suatu hari, Beliau sedang menyiapkan jamuan makan untuk orang-orang Madinah. Dan ketika Umar berkeliling di antara meja-meja makan itu, Umar melihat seorang laki-laki makan dengan tangan kirinya, kemudian beliau mendekatinya dari belakang, dan berkata: “Wahai Abdullah, makanlah dengan tangan kananmu” (dengan nada yang tinggi). Laki-laki itu menjawab: "Wahai Abdullah, tangan ini lagi sibuk". Umar mengulangi kalimat itu dua kali dan pria itu menjawabnya dengan jawaban yang sama. !! 'Umar berkata kepadanya, "Apa kesibukan tanganmu?" Pria itu menjawabnya: “Saya terluka pada saat perang Mu'tah dan saya tidak dapat menggerakkan tangan kanan saya". Umar terduduk dan menangis, kemudian bertanya kepadanya: “Siapa yang membantumu berwudhu?, Siapa yang mencuci pakaianmu? Dan siapa yang mengeramasi rambutmu?” dan berbagai pertanyaan lainnya. (Kitab “al-Astar” karya Qadhi Abi Yusuf).
Setiap kali Umar bertanya, air matanya jatuh, ia benar-benar sedih dan mungkin menyesal. Kemudian Umar menyuruh seorang pelayan untuk membantunya, dan memohon maaf atas kejadian yang telah berlalu, menegur seorang laki-laki tadi sampai tiga kali. Ketika orang-orang melihat kejadian itu, mereka berkata “JazaAllah Umar ‘an Ra’iyatihi Khairan”. Mereka berdecak kagum atas apa yang telah dilakukan Sayyidina Umar.
Umar tidak bersalah dengan pertanyaan pada laki-laki yang makan dengan tangan kiri, karena Rasulullah sangat tegas bagi orang yang makan dan minum dengan tangan kiri, dari Jabir radhiallahu’anhu, ia berkata Rasulullah shallahu a'laihi wassalam bersabda: Janganlah kalian makan dengan tangan kiri karena sesungguhnya setan makan dengan tangan kiri. HR Muslim. Sampai-sampai Umar bin Khattab menegur lak-laki tadi, karena mendengar hadis dari Rasulullah yang sangat tegas, belum lagi kisah seseorang yang tidak mampu memasukkan tangangannya kemulutnya gegara ditegur oleh Nabi karena ia makan dengan tangan kiri, “Saya tidak bisa makan dengan tangan kanan saya wahai Rasul”, maka Nabi pun mengeluarkan satu kalimat “Kalau begitu maka tidak akan bisa tangan kanan mu sampai ke mulut”. Ini salah satu kalimat yang keluar dari lisan yang suci yaitu Baginda Nabi Kita Muhammad.
Umar yang benar-benar mengerti apa yang disampaikan Rasulullah dengan makan dan minum tidak boleh menggunakan tangan kiri, dan kemudian menegur laki-laki tersebut, tetapi karena Umar tidak paham apa yang terjadi dengan laki-laki tersebut, beliau minta maaf dengan air mata yang bercucuran kemudian meminta orang untuk melayani laki-laki tersebut. Sebuah keperibadian yang sangat lembut, tegas bukan kasar. Seseorang yang punya otoritas, dan ketegasan tetapi lebih dari sutra. Inilah Sayyidah Umar bin Khattab, yang dijuluki dengan Al-Faiz, orang yang cerdas. Allahu’alam bishawab.
#NoMakanKiri #NoMinumKiri #MakantanganKanan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar