Rabu, 28 Desember 2022

Qi Nafsaka, Jagalah Dirimu!

Halimi Zuhdy

Dalam Al-Qur’an termaktub Ayat “Qu anfusakum, jagalah diri kalian!”, menggunakan kata “Wiqayah”, yang artinya adalah penjagaan atau perlindungan. tidak menggunakan kata “himayah, muhafadhah, shiyahah, ikhtiraz, ittiqa’, ihtiras, tawaqqi dan lainnya”.  Terdapat perbedaan antara al-wiqayah dan al-himayah. Wiqayah lebih kepada pencegahan, sedangkan himayah adalah perlindungan.
Menjaga diri dari apa?, menjaga diri dari api neraka. Bagaimana menjaga diri api neraka, sedangkan neraka masih di akhirat?. Menjaga diri dengan meninggalkan kema’siatan dan melakukan ketatan kepada Allah (Imam Al-Alusi, Al-Syaukani), menjaga keluarga dengan mengajari dan menasehati mereka. Menjaga diri dengan bertakwa pada Allah (Imam Mujahid). Menjaga diri dengan membantu keluarga untuk melaksanakan perintah Allah (Imam Qatadah). Menjaga diri dari sesuatu yang dapat memasukkan diri ke dalam api neraka. Mengaja diri dengan meneladani akhlak Nabi Muhammad dan taat pada Allah (Al-Baqa’i).

Uniknya manusia. Banyak yang pintar menjaga orang lain, tapi tidak mampu menjaga dirinya. Banyak yang mampu menasehati orang lain, tapi lupa dan tidak peduli pada dirinya. Banyak yang mampu mengajarkan pada orang lain, tapi dirinya tidak mau belajar, dan bahkan lupa bahwa dirinya butuh pelajaran. Al-Qur’an menggunakan redaksi “Qu Anfusakum” dengan menyebut pertama kata "diri", diri yang terdiri dari jiwa dan raga. Sebelum menyuruh orang lain (keluarga), ia mampu memulai dari dirinya untuk menjaga orang lain. Menjaga diri adalah bagian dari menjaga orang lain. Menjaga diri adalah sebuah keteladanan, sehingga orang lain dapat meniru kebaikan dalam dirinya.

Bebatuan pernah mengadu kepada Nabi Isa, karena sangat takut menjadi bahan bakar di neraka. Waktu itu Nabi Isa putra Maryam mendengar rintihan dari dalam tanah, kemudian Nabi Isa berjalan mencari sumber rintihan, dan beliau mendapati batu yang mengerang dan menangis ketakutan. Kemudian Nabi Isa bertanya, “Ada apa denganmu, hai batu?”, Wahai Nabi, aku mendengar Allah berfirman, "Bahan bakarnya adalah manusia dan batu, jadi aku takut bahwa aku mungkin menjadi salah satu dari batu itu" jadi Nabi Isa kaget dan juga kagum padanya kemudian beliau pergi meninggalkan batu yang lagi merintih. Ayat di atas senada dengan apa yang ada di Injil atau dalam kitab Taurat (Al-Muharrar Al-Wajiz karya Ibnu Athiah).

Bebatuan saja merintih, kemudian menjaga diri, agar tidak masuk pada bebatuan yang menjadi bahan bakar. Bagaimana dengan manusia yang lupa menjaga diri, dan tidak pernah merintih apalagi mengerang? Allahu’alam bishawab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar