#Edisi6Aceh
Halimi Zuhdy
Beruntung dapat menjejakkan kaki di tanah Kuala, tempat syekh Abdurrahman Al-Fansuri dikebumikan. Titik 0 Sabang Aceh, terlihat dari kejauhan. Ingin sekali menapakinya, tapi waktu belum mengizinkan.
Syekh Abdurrauf penerjemah Al-Qur'an berbahasa Melayu "Tarjuman al-Mustafid", kitab ini merupakan naskah pertama Tafsir Al Qur’an yang lengkap berbahasa Melayu. Beliau juga pengarang Kitab Ahkâm al-Syar'iyyah li Malik al-Wahhab, karya di bidang fiqh atau hukum Islam dan masih banyak karya-karya lainnya, dalam berbagai bidang keilmuan, terutama Fiqih, Tasawuf, terjemahan kitab.
Sore, tanggal 28 November 2022, mobil memasuki kawasan makam Syekh As-Singkili, banyak anak-anak kecil yang lagi digendong oleh ibunya, ada pula yang lagi di ayun-ayun di rumah panggung di kelilingi beberapa orang. Apa yang saya saksikan agak unik, kok banyak anak kecil di tempat ziarah makam.
Penasaran pun tak mampu saya pendam, "Ustadz, di sini kok banyak orang membawa anak kecil, ada pula santri yang lalu lalang? Apakah di sini ada pesantren?" Tanyaku pada Dr. Zilkhair. "Di sini banyak orang yang selametan, atau menuikan hajatnya, biasanya ada orang yang ingin punya anak laki-laki atau perempuan dan diniatkan ziarah, kemudian terkabul, mereka ke tempat ini. Ada juga santri-santri yang mau ziarah, pamet pulang, terkadang ke sini juga" jawab Dr. Zulkhair, mantan Kaprodi BSA UIN Arraniri ini.
Saya memasuki ruang makam, salam pun saya haturkan. Sepi. Hanya ada satu orang yang lagi membaca Al-Qur'an. Di dalam ruangan yang sangat luas, ada makam yang cukup panjang dengan balutan kain hijau. Di dalamnya adalah Syekh Aminudin Abdur Rauf bin eAli al-Jawi Tsumal Fansuri as-Singkili. Nama asli dari Abdurrauf. Di sekelilingnya terdapat beberapa makam yang ukurannya juga panjang-panjang, demikian juga nisannya. Kata juru kunci yang saya temui, di sekelilingnya adalah para murid beliau.
Daerah Makam Syekh Abdurrauf ini, termasuk daerah gempuran tsunami hebat, tetapi beberapa bangunan dan juga makam beliu masih tidak rusak, hanya beberapa bangunan yang berada di luar makam beliau. Entah apa namanya, tapi ini sebuah pembelajaran dan ibrah bagi yang hidup.
Keluarga Syekh As-singkili, diperkirakan berada di Aceh pada abad ke- 13 Masehi. Dan ada banyak berbeda pendapat terkait asal beliau, ada yang berpendapat dari Arab, ada pula Persia, juga ada pendapat yang lain dari beliau pribumi asli. Dalam catatan sejarah, beliau wafat pada usia 73 di desa Deyah Raya kecamatan Kuala.
Banyak cerita tentang sang Syekh. Seorang tokoh yang sangat berpengaruh, penyebar agama di Sumatera dan Nusantara.
29 November 2022
Tidak ada komentar:
Posting Komentar