Rabu, 21 Desember 2022

Aksara Jawi yang Masih Bertahan di Brunei Darussalam


 -Syiar Bahasa Arab dan Islam

Halimi Zuhdy

Fenomena aksara Jawi termasuk unik. Selain dari katanya "Jawi" juga tempat dimana istilah ini tumbuh. Jawi, saya kira berasal dari kata Jawa, yaitu sebuah pulau di Indonesia yang terletak di kepulauan Sunda Besar, yang menyebar di beberapa provinsi di Indonesia, seperti Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Banten, Jogjakarta. Ternyata, sangkaan saya "kurang tepat". Karena ada yang membedakan antara Jawi dan Jawa. 
Istilah "Jawi" menyebar di Malaysia, Thailand, Filipina, Brunei Darussalam. Dan bentuk aksara Jawi adalah mirip aksara Pegon di Indonesia. Sedangkan tulisan Jawa yang kita kenal, adalah berupa Hanacaraka (ꦲꦤꦕꦫꦏ) dan Carakan (ꦕꦫꦏꦤ꧀). Aksara ini banyak digunakan di Nusantara, seperti Aksara Sunda, Sasak dan Bali. Dalam beberapa catatan, bahwa aksara Jawa berasal dari India dari Suku Shaka.

Terus, apa perbedaan aksara Jawi, Jawa dan Pegon?. Dalam beberapa pendapat, kata "Jawi" berasal dari bahasa Arab "Jawah", dan dari beberapa catatan yang ada, bahwa kata ini pernah ditulis Ibnu Bathutah (Maroko) yang menyebut Sumatera dengan kata "Al-Jawah". Dan kata Jawi dari kata Javadwipa, yaitu merujuk pada daerah Asia Tenggara pada masa lalu. Maka Jawi (Java), tidak hanya orang-orang Jawa tetapi kawasan Asia Tenggara; Bangsa Melayu, Pattani, Philipina, Aceh, Sundah, Minangkabau, Bugis, dan lainnya. Hal ini, dibuktikan dengan penyematan nama ulama, Syekh Abdurrauf bin Al-Jawi Al-Fansuri dan beberapa nama ulama masyhur lainnya, yang bukan berasal dari kepulauan Jawa (sekarang). 

Aksara Jawi, atau Abjad Jawi, ada pula yang menyebutnya dengan abjad Arab-Melayu, abjad Yawi, tulisan Melayu, adalah tulisan yang berbasis abjad  (aksara) Arab. Dan tulisan ini digunakan dalam penggunaan teks bahasa Melayu dan beberapa bahasa lainnya, seperti Palembang, Aceh, Minangkabau, Banjar, Betawi dan beberapa bahasa lainnya yang ada di Nusantara. 

Aksara Jawi ini muncul sekitar tahun 1400-an di tanah Nusantara (dalam Kitab yang baru saya dapat dari UNiSSA, Al-Kitabah bil al-Huruf Al-Arabiyah). Dan hal ini dibuktikan dengan beberapa nisan yang bertuliskan aksara Jawi. Sejak awal kemunculan Islam di Tanah Arab, barang-barang nusantara seperti rempah-rempah dan kapur barus mendapatkan perhatian istimewa pada waktu itu, orang Arab menyebut orang Melayu dengan Orang Jawi.

Sebelum aksara Arab dan kemudian menjadi nama tulisan "Jawi" diperkenalkan pada masyarakat Melayu. Terdapat bahasa Sanskrit (pallava) yang memainkan peranan penting terutama di kalangan bangsawan. Tetapi, kemudian berjalannya waktu, aksara ini terkikis dan hilang. Di antara sebabnya karena penggunaan bahasa Sanskrit hanya digunakan kalangan bangsawan saja (M.Sahrin).


Masa keemasan aksara Jawi, pada tahun 1500-1800 orang-orang Nusantara (terutama Melayu), melihat bahwa tulisan Jawi sangat penting untuk digalakkan dan disiarkan, karena tulisan ini sebagai gerbang pada pemahaman Islam dan Al-Qur'an. Dan aksara Jawi merupakan faktor utama yang memungkinkan bangkitnya Bahasa Melayu di samping penyebaran agama Islam. Dan tulisan Jawi digunakan secara luas di beberapa daerah, seperti Kesultanan Malaka, Johor, Brunei, Sulu, Pattani, Aceh dan Ternate pada awal Abad ke-15 untuk surat menyurat, titah diraja, pemerintahan, puisi (syair), komunikasi dalam dunia perdagangan dan hubungan diplomasi.

Tulisan Jawi di Brunei mengalami kemunduran di kalangan masyarakat umum, setelah datangnya penjajah Inggris pada abad ke-19, dan digantikan dengan tulisan Rumi (latin) yang banyak digunakan dalam diplomasi dan hubungan resmi pemerintahan. Dan berjalannya waktu, aksara Jawi hanyalah dianggap tulisan agama. Dan ini juga mungkin yang terjadi di Indonesia, tulisan Pegon hanya dianggap tulisan untuk pengajaran di pesantren, sekolah agama, dan interaksi keagamaan Islam. Dan dari sinilah, tulisan Jawi di Brunai mengalami kemunduran, karena masyarakat mulai berpaling pada tulisan Rumi. Bahasa Inggris mulai marak dan berkembang pesat. Sedangkan bahasa Arab, masih berjalan di tempat. 

Menariknya, di Brunei Darussalam, walau aksara Jawi terus menurut sejak kedatangan Inggris, tetapi ia masih bertahan dan tetap digunakan dalam urusan resmi, dan tulisan Jawi sebagai korespondensi dalam membuka jalan kepada kemerdekaan Brunei. Seperti Undang-undang Tafsiran 1959, Perintah Perlembagaan 1959 dan 1960, dan dalam teks kemerdekaan Brunei pada 1 Januari 1984 ditulis dengan tulisan Jawi, di samping tulisan rumi dan terjemahan dalam Inggris. 


Dan sampai detik ini, tulisan Jawi menjadi tulisan resmi, baik dalam bidang kementerian dan jabatan kerajaan, acara adat, logi, surat-menyurat, nama jalan, nama sekolah, jabatan dan lainnya, dengan disertai tulisan rumi. Tulisan Jawi, adalah sebuah keharusan di Brunei. Walau tulisan rumi juga terus berkembang.  

 "Kita tidak mahu untuk kehilangan tulisan Jawi sebab inilah satu-satunya yang agung dan besar dari warisan yang masih tinggal yang boleh kita banggakan. Kehilangan tulisan Jawi akan banyak menjejaskan kepentingan kita seperti pudarnya semangat nasional dan binasanya agama karena fungsi tulisan itu juga mendukung kedua-dua perkara tersebut" (dalam Pelita Brunei, Tulisan Jawi Sebagai Khazanah dan Warisan Bangsa).

***
Bagaimana dengan tulisan Pegon (Indonesia)?, Mengapa dinamakan Pegon, tidak Jawi, dan mengapa nama tulisan "Jawi" lebih dikenal di luar kepulauan Jawa dari pada di Jawa (sekarang).?

Pegon yang berasal dari kata Jawa "Pego" yang berarti menyimpang sudah sangat banyak dikaji, dan menarik untuk terus dilestarikan. Adakah perbedaan antara tulisan Jawi dan Pegon? Wah, butuh waktu menuliskannya. 
Gadong, Negara Brunei Darussalam, 20 Desember 2022

***
Berikut beberapa aksara Jawi yang penulis ambil di tempat umum. Dan tulisan "Jawi" diwajibkan sebagai tulisan di negeri Brunei, walau disertai dengan bahasa rumi dan bahasa Inggris.


_Kajian-kajian Al-Qur'an, Mukjizat Al-Quran, Balaghah, Sastra Arab, Turast Islamiyah, Keagamaan,  Kajian Bahasa dan asal Muasal Bahasa, dan lainnya._

🌎 www.halimizuhdy.com
🎞️ YouTube *Lil Jamik*
📲  Facebook *Halimi Zuhdy*
📷 IG *Halimizuhdy3011*
🐦 Twitter *Halimi Zuhdy*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar