Rabu, 30 November 2022

Dalam Perjalanan, Sekedarnya Saja!

-Aceh mengajarkan bagaimana menuju Akhirat

#Edisi 4

Halimi Zuhdy

Dalam setiap perjalanan selalu ada pesan yang disampaikan oleh gerak manusia dan alam. Saya saksikan orang-orang mengular, antri untuk check-in dan mendaftarkan bagasi. Ada yang menyerobot, ada pula yang santai, ada banyak wajah yang terlihat panik. Barang-barang yang dibawa pun bervariasi ada koper-koper yang menggunung, kardus penuh sesak, ada yang punggungnya dibebani dengan berbagai bawaan dengan tangan menjinjing tas, ada pula yang hanya bawa satu ransel kecil. 

Apakah selesai dengan antri di pendaftaran bagasi. Tidak. Perjalanan masih panjang. Bila bagasi besar dan ada barang berbahaya, maka masalahnya masih lama. Jika tidak ada masalah dengan bagasi, maka langsung pada titik selanjutnya, menuju gate (tempat menunggu pesawat). Di sana masih banyak tahap pemeriksaan keamanan, antri lagi, ada yang membuka sabuk, laptop, jaget dan lainnya. Antrian panjang. Terkadang melelahkan, terkadang mengasyikkan. 
Apakah selesai?. belum. Bagi  pelancong yang tidak membawa teman, dia akan membawa barang-barangnya ke toilet, ke mushalla, ke restoran, kemana pun ia berada di bandara. Takut hilang?. Ia. Karena tidak ada jaminan penuh, untuk keamanan. Demikianlah kehidupan sekelumit di bandara. Apa artinya, semakin banyak beban yang dibawa, semakin berat memanggulnya, semakin banyak yang dipikirkan dan semakin lama antriannya. 

Dalam Kitab Nashaih al-Ibad, karya Imam Nawawi, “Perbaikilah bahteramu, karena sesungguhnya samudera itu sangat dalam. Persiapkan bekalmu dengan sempurna, karena sesungguhnya perjalanan ini sangat jauh._Ringankan bebanmu, karena sesungguhnya rintanganmu sangat berat._
Ikhlaskan amalmu, karena pengintaimu sangat jeli.” ini pesan Rasululullah pada Abu Dzar Al-Ghifari ketika ingin berangkat untuk menjadi Gubernur. Semakin banyak seseorang membawa barang, semakin berat beban yang ditanggung, akan lambat bergerak, lebih lama antri ketika masuk pesawat, lebih-lebih ketika antri memasukkan barang ke kabin. Bagaimana dengan antrian di Akhirat nanti? Semuanya akan dihisab (ditimbang, diperiksa) olehNya. 
Hal ini saya tiru dalam setiap  perjalanan. Terutama perjalanan ke Aceh kali ini, selain membutuhkan waktu lama untuk sampai, masih transit beberapa kali di  beberapa bandara. Bila membawa barang banyak, dan berat, maka cukup menyulitkan gerak saya. 

Membawa barang-barang dalam perjalanan, harus dapat memperkirakan kebutuhan selama dalam perjalanan dan ketika sampai di tempat tujuan. Bila cukup dengan membawa satu kaos dan satu baju, mengapa harus membawa lima baju dan sepuluh potong kaos. Diperkirakan saja! sehari ganti berapa kali celana?, masak ganti celana sehari tiga kali.

Membawa barang sekedarnya saja!. Tubuh tidak akan menanggung beban berat, punggung terasa ringan, pikiran tidak terlalu bingung. Bayangkan! Ketika membawa kardus, bawa ransel, bawa koper, belum HP yang tidak bisa lepas dari tangan, belum lagi dan lagi. 

Capek kan?! Bila seseorang penempuh perjalanan tiga hari, pulang dan pergi, misalnya. Cukuplah bawa baju dua potong, ditambah kaos. Enak kan!. Naik kendaraan apa pun. Lebih-lebih perjalanan darat yang membutuhkan tenaga, maka bawalah barang sekedar saja.

Dalam perjalanan, makan sekedarnya saja!. Jangan terlalu kenyang, dan jangan pula sampai kosong. Bila tubuh mengkonsumsi makanan tidak terlalu banyak, maka gerak langkah akan gesit demikian juga sebaliknya. Dan bisa dibuat baca-baca buku di HP, kalau kekenyangan akan tertidur pulas. Benar tidak?!

Bawa uang sekedarnya saja! Sekedar cukup. Cukup untuk ongkos perjalanan, cukup untuk makan, dan cukup untuk kebutuhan lainnya. Terlalu banyak uang yang dibawa, maka akan terlalu banyak beban pikiran; takut hilang, ingin beli banyak barang dan lainnya. 
Bawa cinta sekedarnya! Jangan berlebih dalam merindu. Pasrahkan yang ada di rumah padaNya, sebagaimana doa diajarkan, "Allahumma Anta Shohibu fi Safar, wal.khalifatu fil ahl, Ya Allah Engkaulah pendampingku dalam perjalanan, dan mengurusi keluarga". Meminta padaNya, agar yang ditinggalkan di rumah dijaga oleh Allah. Selain akan lebih tenang dan fokus dalam beraktifitas.

#Edisi 4, lanjut edisi 5 (Action di UIN Ar-Raniri, Suguhan kopi gayu dan rumah adat penuh cinta)

Kuala, Aceh, 28 November 2022

Tidak ada komentar:

Posting Komentar