Halimi Zuhdy
Memahami Al-Qur'an itu sulit apa mudah?, jawabannya, tergantung. Tergantung apa?, tergantung kemauan. Kalau ada kemauan, maka insyallah akan dipermudah jalannya. Sebagaimana firman Allah,
وَلَقَدۡ یَسَّرۡنَا ٱلۡقُرۡءَانَ لِلذِّكۡرِ فَهَلۡ مِن مُّدَّكِرࣲ
"Dan sungguh, telah Kami mudahkan Al-Qur`ān untuk peringatan, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?"
Kemauan adalah kunci keberhasilan. Sehebat apa pun metode yang dicipta, sedahsyat apa pun strategi yang digunakan, dan secanggih apa pun caranya kalau tidak ada kemauan, maka sulit membuka pintu keberhasilan. Bukan kemudian bertuhan pada kemauan lo, tetapi kemauan itulah juga bagian dari keberhasilan. Untuk mendapatkan kemauan, maka butuh usaha untuk memiliki kemauan, dan kecintaan pada sesuatu itu.
Kalau sudah cinta, ada kemauan dan keinginan, maka jalan akan terbuka lebar. Sedangkan metode adalah bagian dari memudahkan seseorang untuk mencapai sesuatu, setelah ada kemauan. Atau, untuk menjadi senang maka menggunakan metode tertentu.
Bila seseorang sudah senang, ia akan mudah melakukannya, dan tidak akan ada yang sulit. Maka, buatlah senang terlebih dahulu, sebelum berenang. Kalau tidak senang, maka hanya akan menjadi kenangan.
Toyyib. Kembali pada judul di atas, memahami makna Al-Qur'an dengan gerakan. Beberapa tahun yang lalu, saya diundang untuk mengikuti antraksi atau melihat bagaimana metode gerakan tersebut dapat memberikan suntikan pemahaman pada santri penghafal dan pembelajar Al-Qur'an. Dipraktikkan oleh seorang anak yang bernama Kaisa, dengan seorang Ayah yang melafalkan kata demi kata. Sang anak melafalkan Al-Qur'an dengan tangan yang terus bergerak. Ketika menyebut kata Syaithan, maka kedua tangan anak tersebut meletakkannya di atas kepalanya dengan jari telunjuknya yang dibiarkan berdiri, seperti tanduk. Ketika menyebut syaitan, maka gerak di atas akan terlihat.
Ternyata, gerakan di atas dikenal dengan metode Kaisa, dan kemudian dikenal di berbagai wilayah Indonesia. Entah hari ini, apakah metode Kaisa masih berjalan dan masih terus berkembang?, saya tidak mengikutinya lagi.
Ternyata butuh waktu untuk antraktif dan belajar geraknya, kalau bagi guru-guru TPQ atau PAUD mungkin menjadi keasyikan sendiri dan kemudian bisa diajarkan pada anak-anak didiknya. Buktinya, Kaisa asyik melakukan gerakan-geralan itu, dan beberapa sekolah juga ada yang mempraktikkan beberapa dalam Ayat-Ayat pendek.
Oh ia, gerakan yang dipraktikkan setiap daerah, dan setiap negara bisa berbeda-beda lo. Maka, nantinya akan mempunya nama metode yang berbeda dengan gerakan yang berbeda. Ini yang bisa membuat bingung kalau tidak memahami berbagai gerakan per-daerah atau gerakan khas daerah. Misalnya menyebut kata "Ar-Rahman" dan "Ar-Rahim", vedio di bawah (IG @beingamuslim) berbeda dengan beberapa vedio ala Kaisa (bisa dicari di youtube).
Gerakan metode Kaisa dalam dua kata di atas, seperti orang mau tidur, atau mungkin dimaknai sayang, dengan meletakkan tangan di pipi sambil memiringkan kepala. Sedangkan gerakan dalam vedio di bawah dengan menggerakkan tangan kanan ke bagian dada sebelah kiri atas (saku) dengan Ar-Rahman yang mengkrucutkan jari-jari ke bawah, sedangkan Ar-Rahim tangan terbuka ke arah atas. Beda kan!.
Bisa saja kalau ada cara menghafal dan memahami kata Al-Qur'an di daerah atau negara lain, juga akan memiliki gerakan yang berbeda. Metode gerak atau kinestetik memang mengasyikkan buat anak-anak, tetapi yang perlu diperhatikan adalah kata yang kemudian menjadi makna gerak. Sebagaimana gerakan atau bahasa isyarat yang dipraktikkan oleh tuna rungu dan tuna wicara. Bahasa isyarat bagi tuna rungu atau tuli dan juga tuna wicara (bisu) dengan menggunakan dua jenis bahasa isyarat, yaitu BISINDO dan SIBI.
Banyak cara atau metode yang bisa dilakukan untuk menghafal dan memahami Al-Qur'an, asalkan ada kemauan terlebih dahulu. Ada cinta, pasti bisa. Buktinya, hari ini berbagai metode membaca di Indonesia sangat banyak sekali, seperti bunga di musim semi. Ada Iqra, Yanbu'a, Qira'ati, Bil Qalam, Ummi dan masih banyak sekali.
Malang, 12 Juni 2022
*Penulis Buku Al-Arabiyah Lil Ibadah dan Fannu Kitabah Syi'ri (dalam proses editing)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar