Selasa, 31 Mei 2022

Makna Takbir dan Takabbur

Halimi Zuhdy

Takbir melahirkan kerendahan hati, takabbur melahirkan kehinaan diri. Apa perbedaannya?

Kata "takbir" dan "takabbur" berasal dari satu akar yang sama yaitu ka-ba-ra. Dari akar ini, muncul beberapa kosa kata seperti; akbar (lebih besar) kibar (keagungan), kabara (lebih tua), kabura (lebih besar), takabbur (sombong), takbir (memperbesar, mengumandangkan takbir), istikbar (sombong), kibrit (belerang, korek api), kubro (besar) dan beberapa kata lainnya yang memiliki satu akar yang sama.
Takbir dengan sighat taf'il (تكبير), bermakna membesarkan. Dan kata ini bisa digunakan untuk kata/kalimat apa pun, misalnya kabbir al-shaut (keraskan suaramu). Tetapi, yang sering kita dengar adalah, kata takbir yaitu melafalkan Allahu Akbar (Allah Maha Besar, membesarkan nama Allah). 

Takbir yang bermakna membesarkan Allah, pada hakekatnya adalah menjadikan diri kita kecil, tidak ada artinya, tidak ada apa-apanya di hadapanNya, tak punya kuasa, dan tak ada daya. Allahlah yang Maha Besar, Maha segalanya. Pengakuan ini bukanlah dibuat-buat, tetapi sebuah pernyataan diri, bahwa kita sebagai makhluk tidak ada apa-apanya dibandingkan kuasaNya, kebesaranNya, dan keagunganNya. 

Dari ucapan takbir "Allah Akbar" seharusnya manusia menjadi rendah hati (tawadhu'), meletakkan diri pada tempatnya sebagai makhluk ciptaan (wadha'a) yang tidak punya kuasa. Semuanya hanyalah kebesaranNya. Takbir yang diulang-ulang setiap hari, dari shalat, dzikir, wirid, istighasah, tahlil untuk mengecilkan diri sebagai makhluk. Tidak sok. Tidak sombong. 

Dan juga, dengan ungkapan takbir "Allah Akbar". Bahwa Allahlah yang kuasa, permasalahan apa pun hanyalah sesuatu yang kecil, Allah yang Maha Besar. Minta kepada yang Maha Besar. Maka, akan selesai. 

Tidak ada sesuatu yang besar dalam kehidupan, seperti jabatan, kehormatan, pujian, kekayaan, keturunan dan apa pun di muka bumi, bahkan yang kita anggap besar, pada hakekatnya adalah kecil. Hanyalah Allah, Maha Besar. 

 Bagaimana dengan kata "Takabbur"?, kata ini menggunakan bentuk (sighat) tafa'ala (تَكبَّر), yang bermakna sombong, membesarkan diri, menjadi angkuh, congkak, menjadi bangga. Sebenarnya kata ini dari dasar yang sama, dan juga bisa digunakan untuk sesuatu yang sesuai dengan maksudnya. Tetapi, makna takabbur yang dinisbatkan pada seseorang yang sombong menjadi sesuatu yang lain. 

Mengapa? Karena kebesaran Allah yang dipakai, kebesaran Allah yang sandang. Manusia yang tidak punya kuasa, mengambil nama kekuasaan tuhan. Manusia yang lemah, mengaku diri besar, di sinilah kesombongannya. Ketika kebesaran Tuhan diambil alih, maka ia akan merasa hebat, merasa besar, bangga, congkak, dan angkuh. 

Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas RA, bahwasanya Nabi Muhammad bersabda, Allah berfirman :

الْكِبْرِيَاءُ رِدَائِي وَالْعَظَمَةُ إِزَارِي فَمَنْ نَازَعَنِي وَاحِدًا مِنْهُمَا أَلْقَيْتُهُ فِي النَّارِ

Kesombongan itu adalah selendang-Ku dan keagungan adalah pakaian-Ku maka barangsiapa yang mencabutnya dari-Ku salah satu dari keduanya, maka Aku akan melemparkannya ke neraka. (HR Ibnu Majah).

Orang sombong, memakai pakaian yang bukan miliknya. Yang patut dan pantas hanyalah Allah. Syaitan yang memiliki ilmu, ketenaran nama, keta'atan pun mendapatkan murkanya karena kesombongannya, hanya menggunakan kata "Aku lebih baik daripadanya. Engkau ciptakan aku dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah.”

Bagaimana dengan orang yang melakukan kesombongan lebih dari syaitan? 

Takabbur (sombong) itu pada hakekatnya adalah ketidakmampuan dirinya untuk hebat, sehingga dirinya harus menjadikan dirinya hebat dengan berbagai cara, membanggakan dirinya, membesarkan dirinya. Tidak hanya dengan ucapan (fakhur), tetapi juga dengan tindakan (mukhtal). 

المتكبر كالصاعد فوق الجبل يرى الناس صغارا ويرونه صغيرا

Orang yang sombong itu seperti orang yang naik ke atas gunung, ia melihat orang lain kecil sementara (tidak disadarinya bahwa) orang lainpun melihatnya kecil. 

Manusia yang sombong, ia akan terhina. Sedangkan yang bertakbir (membesarkan Allah), ia akan menjadi pemenang. 

Allhu'alam bishawab

Jetak Mojokerto 28 Mei 2022

Tidak ada komentar:

Posting Komentar