Membina Keluarga Sakinah
Halimi Zuhdy
"Kok bisa ya, mulai dari Ramadan sampai sekarang, di hari raya ini, ia masih saja ribut sama istrinya?" Kata seorang tetangga kampung.
"Ribut dengan keluarga, tidak mengenal waktu kok, kadang juga tidak pilih-pilih tempat, di hari yang indah seperti ini saja bisa ribut, apalagi setelahnya", teman di sebelahnya menimpali, sambil menyeruput kopi hitamnya ditemani rokoknya yang masih separuh.
"Embuh, kadang gayanya saja mesra, tetapi di rumahnya saling pukul, saling cakar, dan keduanya tidak ada yang ngalah, seperti radio rusak setiap hari, bising sekali!". Totok yang tidak terlalu peduli dengan perbincangan tadi, juga ikut nimbrung.
Perbincangan seperti di atas, banyak menghiasi rumah tangga yang masih labil. Masih selalu ribut dalam keluarganya. Karena belum kuat akar cintanya, dan lebih kuat akar nafsunya. Jika, hal tersebut terus dipelihara "akar nafsu yang lebih kuat", maka yang terjadi adalah keributan tanpa jeda.
Cara membedakan cinta dan nafsu, mungkin agak sulit, tapi sekilas dapat dilihat dari cara memandangnya, kalau ia melihat kebaikan dari dirinya, maka itu cinta. Tetapi, kalau ia selalu melihat kekurangannya, maka lebih pada nafsu.
Contoh sangat sederhana, seorang suami yang cinta sama istrinya, maka melihat bekas jerawat di wajah istrinya seperti bekas bintang yang pernah bersinar di pipinya. Tetapi kalau suami melihat dari kacamata nafsu pada bekas jerawat istrinya, ia seperti melihat lubang sumur hitam, atau bekas las listrik yang menghitam, jelek sekali. Dan selalu mengatakan padanya, "kalau pakai bedak yang benar, tutupi tuh joroknya, agar saya tidak malu bersamamu".
Memandang pasangan, seperti memandang vast bunga. Istri ketika melihat suami dengan pandangan jelek, maka apa pun yang terlihat olehnya akan terlihat jelek. Demikian juga sang suami ketika melihat istrinya. Tetapi, sebaliknya kalau mengedepankan cinta (mawaddah), maka akan muncul kasih sayang (rahmah). Dan tercipta kedamaian dan ketenganan (sakinah).
Tidak ada pasangan yang sempurna, baik sang suami atau sang istri. Pastilah keduanya punya kekurangan, bahkan kalau dilihat dan diteliti lebih mendalam dengan ukuran nafsu, yang terlihat adalah kekurangan dan kekuranganya, mengapa? Karena manusia lebih suka mengukur dan membandingkan dengan orang lain yang dianggap lebih sempurna.
Memandang pasangan akan terlihat indah dengan segala kekurangannya, jika setiap kekurangannya selalu ditutupi kelebihannya. Dan setiap kesalahan yang diperbuat pasangan, akan dimaafkan apabila yang terlihat adalah kebaikan-kebaikan suami/istri sebelumnya.
Meminjam bahasa Al-Qur'an,
إِنَّ ٱلۡحَسَنَـٰتِ یُذۡهِبۡنَ ٱلسَّیِّـَٔاتِۚ
Perbuatan-perbuatan baik itu menghapus kesalahan-kesalahan.[Surat Hud: 114]
Kalau beduk cinta sudah ditabuh, maka takbir harus selalu dikumandangkan. Takbir akan kebesaranNya, yang telah menciptakan makhluk yang berpasang-pasangan. Merawat rahmah yang dititipkanNya, merawat sakinah yang telah termaktub dalam AyatNya, dan memeluk mawaddah bersama.
*****
Foto hanya pemanis😁 tanpa istri (sebagai fotografer)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar