Kamis, 26 Mei 2022

Guru Kreatif dan Sabar...

Halimi Zuhdy

"Tidak ada siswa yang bodoh, hanya belum menemukan guru yang cocok dengannya". Itu kata-kata motivator yang sering saya dengar.

Dan tidak ada siswa atau mahasiswa yang ingin tidur di kelas, hanya saja guru yang belum bisa membuat mata siswa menahan kantuk. 
Dan tidak ada siswa yang males belajar, hanya saja guru yang belum mampu membangun semangat siswa untuk belajar.

Berat ya tugas pengajar!. Benar, berat sekali. 

Guru harus kratif, benar. Guru harus pintar, benar. Guru harus ini dan harus itu. Benar. Tuntutannya banyak, karena guru bukan menjaga hewan ternak, tetapi ia menjaga makhluk yang berfikir. Tugasnya buanyak sekali. 

Jadi teringat kisah Imam Syafi'i yang sampai mengulang pelajar 36 kali untuk sang murid, Ar-Rabi bin Sulaiman'. Setiap kali Imam Syafi'i menjelaskan, ia selalu tidak bisa menangkap pelajaran yang diberikan. "saya belum paham" ungkapnya. Tetapi, sang Imam tak pernah lelah, sampai-sampai ia mengundang Ar-Rabi' ke rumahnya untuk  belajar secara privat di rumah beliau, agar muridnya yang bersuara merdu itu mengerti apa yang disampaikannya. Demikian kesabaran sang guru.  

قال للربيع: لو استطعت أن أطعمك العلم لأطعمتك.. 

Kata Imam Syafi'i pada Ar-Rabi', "Andai Aku dapat menyuapi ilmu ke mulutmu, maka akan Aku suapi ilmu itu....

*****
Kemarin ketika keliling di salah satu desa di Jawa Timur. Dan kebetulan yang menjadi sopirnya adalah seorang sarjana, tapi pekerjaannya bukan menjadi sopir lo, ia hanya menemani saja. Ia seorang bisnisman yang berhasil. 

Iseng-iseng saya tanya, "Mas juga ngajar kan?". Ia menjawab dengan senyum yang tertahan, "injih tadz, hanya beberapa jam dalam satu minggu, karena tidak kuat di kelas". 

"Loh, kenapa tidak kuat?, bukannya masnya sehat wal afiyat, sehat, seger dan kuat" sambil saya guyoni.

"Ia tadz, tapi tidak betah duduk lama, ngomong, apalagi muter-muter dalam kelas, lama-lama sumpek, tak bisa ngopa-ngopi". Kemudian ia diam.

Dalam hati, saya berbisik. Ternyata tidak semua orang bisa menjadi guru, ia butuh betah di kelas, butuh sabar diteriaki, butuh jiwa yang tahan dibentak oleh anak-anak PAUD, terkadang membersihkan pipis dan eeknya, belum lagi urusan gajinya. Belum lagi dia harus menjadi teladan bagi siswa-siswinya, beban keilmuan yang dipikul, karena setiap apa yang diajarkan akan dipertanggung jawabkan. 

Saya jadi teringat Kyai di pondok dulu, bisa bertahan duduk luaaama banget, tanpa kopi, tanpa minum, dan sabar melihat santri yang terkadang bergelimpangan satu persatu, karena tidak kuat menahan ngantuk. Allah yarhamhum.

Halimi Zuhdy
(Guru yang belajar menjadi guru)


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid0n9UyTRWjcSau3XkXRdiyLuwoZQ2NJSuqsUK3j5bJQnBUT9Lr32UkKDLoNJW4Awttl&id=1508880804

Tidak ada komentar:

Posting Komentar