Halimi Zuhdy
"Tadz, anak saya tidak lulus tes, apa anak saya tidak pinter ya?", kata Pak Dahlan setelah membuka surat hasil ujian masuk sekolah anaknya.
"Bukan tidak pintar Pak Dahlan, mungkin anak Bapak tidak cocok di sekolah A", saya jawab dengan spontan.
"Ia tadz, memang tidak cocok, karena sekolah tersebut hanya memilih anak-anak yang pintar, anak saya kan bodoh, makanya anak saya tidak cocok sekolah di sini!", ia masih terlihat sedih sekali, apalagi di sampingnya ada istrinya yang tidak mampu menyembunyikan wajahnya, karena air matanya tak mampu ia tahan untuk terus menetes.
"Bukan seperti itu Bapak, anak Bapak itu hebat dan luar biasa. Karena setiap anak yang lahir ke muka bumi memiliki keistimewaan masing-masing yang Allah berikan, dan tentunya mereka hebat-hebat, begitu Bapak. Mungkin sekolah itu tidak cocok untuk anak Bapak". Saya mencoba menjelaskan apa yang dimaksud dengan tidak cocok tersebut.
Sering kali kita dengar keluh kesah beberapa orang tua seperti kalimat di atas dan beberapa kalimat lainnya yang tidak jauh berbeda, ketika anak-anak mereka tidak diterima di perguruan tinggi, sekolah, madrasah, atau lembaga-lembaga yang mereka favoritkan.
Terkadang mereka menyalahkan anak-anaknya, atau juga menyalahkan sekolahannya, dan terkadang mereka merasa kiamat karena tidak diterima di tempat yang sudah menjadi tujuannya, seakan-akan tidak ada tempat lain yang lebih bagus lagi.
Terkait dengan cerita di atas, saya mendapatkan ilmu dari seorang pengasuh salah satu pondok masyhur di Jawa Tengah. Bermula dari surat yang dibungkus amplop putih, yang di dalamnya tertulis beberapa kalimat dan beberapa kata yang dicoret "lulus/tidak lulus". Sebelum amplop itu saya robek, saya dengarkan sambutan Kyai tersebut. Saya lihat Kyai menarik nafas panjang, kemudian diam, dengan suaranya yang lembut dan pelan, ia seperti mau merangkai kalimat yang terbaik untuk orang tua yang hadir di sana, "Putra atau putri bapak/ibu yang belum diterima di pondok ini, bukan berarti anak bapak/ibu tidak hebat, hanya saja pondok ini tidak cocok dengan putra bapak, seperti biji tanaman dengan kwalitas yang bagus kemudian dipaksa di tanam di tempat yang tidak cocok, maka hasilkan tidak tidak tumbuh dengan baik bahkan rusak ".
Kalimat yang cukup menarik dan sangat mengena sekali, dan menjadi obat penenang, terutama bagi mereka yang datang dari jauh dengan berbagai perjuangannya, dan tertulis tidak dalam surat itu TIDAK LULUS.
Saya jadi teringat, tidak ada anak lahir di dunia yang tidak istimewa, semua adalah hadiah terbaik yang Allah berikan pada dunia, tetapi dalam perjalanannya yang kemudian berubah, pergaulan, lingkungan, dan lainnya, sehingga semuanya berubah sesuai dengan yang mengitarinya. Tetapi, kehadirannya ke muka bumi adalah pilihan terbaik, karena satu benih berjuang dengan benih-benih lainnya, tetapi yang terpilih adalah yang lahir di bumi. Bukankah itu, adalah pilihan terbaikNya.
Tidak semua lembaga yang dianggap favorit itu cocok dengan anak didik, bisa saja lembaga yang biasa-biasa saja itu lebih cocok suasananya, kurikulumnya, dan metodenya. Seperti biji kurma dengan kwalitas terbaik, yang ditanam di tempat yang tidak tepat, misalnya ditanam di sawah, maka biji tersebut tidak akan pernah tumbuh dengan baik, bahkan rusak.
Bukan biji atau sawahnya yang tidak baik, tetapi biji tersebut ditanam di tempat yang tidak cocok.
Kurma bisa tumbuh di negeri tropis, tetapi kebanyakan kurma tumbuh di negeri gurun. Sawah yang subur, tidak baik untuk biji ini, tetapi gurun yang kering lebih cocok untuk biji kurma tersebut. Maka, biji dan tempat yang cocok (sesuai) akan menghasilkan tumbuhan yang bagus.
Demikian juga dengan anak. Anak yang tidak masuk pada sekolah yang diangap favorit belum tentu anaknya tidak hebat, bisa saja tidak cocok dengan tempat itu, maka tidak sedikit anak yang berada di tempat yang dinggap luar biasa, tetapi anak tersebut tidak tumbuh dengan baik. Tetapi sebaliknya, kadang tempat yang biasa-biasa (lembaga), menghasilkan anak yang luar biasa.
Maka, orang tua tidak harus galau bila anaknya tidak diterima di lembaga tertentu. Karena sangat banyak lembaga yang lebih cocok dengan karakter sang anak. Banyak orang menjadi hebat tidak dalam lembaga yang diinginkan, bahkan lembaga yang tidak diinginkan sebelumnya mampu mengangkatnya menjadi hebat. Maka, tetap husnudhan padaNya, atas pilihan terbaikNya. Bukankah pilihanNya, tetap yang lebih baik?. Dan kegagalan anak tidak harus disesali, bisa saja kegagalan itulah yang dapat menjadikannya ia tangguh, menjadi manusia pembelajar dalam setiap kondisi.
Mudah-mudahan anak-anak kita diberikan tempat yang terbaik untuk berproses menjadi hamba Allah yang terbaik.
Allahu'alam Bishawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar