Minggu, 13 Maret 2022

Maqam Ibrahim dan Jejak Digital


Halimi Zuhdy

Maqam Ibrahim. Batu tempat berpijak Nabi Ibrahim ketika membangun Ka'bah. Di batu ini ada bekas atau jejak kaki beliau. Itu yang sering kita dengar dan kita pahami. Walau ada yang berpendapat, maqam Ibrahim adalah seluruh Masjid Al-Haram. 
Kata maqam itu dari kata qama-yaqumu-qiyaman yang bermakna berdiri. Maqam, tempat berdiri. Batu kecil sebagai sebuah penanda, bawa Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail pernah membangun Ka'bah. Nabi Ismail yang menyerahkan batu kecil ini kepada Ibrahim yang kemudian dibuat tempat berdiri. Maqam, kalau dalam bahasa Indonesia mungkin diartikan dengan petilasan, bahwa di tempat itu pernah didatangi oleh seseorang. Atau terdapat jejak seseorang yang pernah berdiam atau berbuat sesuatu di tempat itu. 

Dulu, Maqam Ibrahim menempel di dinding Ka'bah, tetapi pada masa Khalifah Umar bin Khattab di pindah beberapa meter menjauh dari Ka'bah. Ini batu bukan sembarang batu. Batu surga, demikian dalam beberapa riwayat. Pada masa Abbasiyah, batu kecil ini diikat dengan perak, dan ditutup, seperti sangkar ayam atau sangkar burung. 
Pernah saya ingin melihat isinya. Karena penasaran. Wajah saya dekatkan, tapi kemudian dibentak oleh seseorang yang berpakaian baju seragam mahasiswa (kalau di Indonesia seperti menwa atau tim pramuka), karena waktu itu musim haji, selain tentara yang mengatur jamaah juga ada mahasiswa. Saking dekatnya, saya seperti mencium kaca dan seperti memeluk dan mengelusnya, tapi kemudian saya bantah, bahwa saya tidak menciumnya. 

Sampai hari ini, Maqam Ibrahim menjadi perbincangan manusia dan menjadi sejarah yang tak terlupakan. Bahwa di sana, Nabi Ibrahim pernah berbuat, berkarya dan membangun. Membangun Ka'bah. 

Tayyib. Apa kaitannya dengan "media sosial" dalam judul di atas. Begini. Setiap perbuatan apa pun di muka bumi ini, pasti ada bekas dan jejaknya. Entah, itu perbuatan baik atau perbuatan buruk. Tidak ada yang menguap, toh kalau menguap itu hanya tersimpan di tempat yang kita tidak ketahui. 

Maqam Ibrahim. Adalah pelajaran yang luar biasa. Bahwa setiap manusia itu harus berkarya. Berkarya sesuai dengan kapasitasnya. Ada yang berkarya dengan membangun masjid, istana, Piramida, Borobudur, sekolah, pesantren, dan lainnya. Ada yang membuat jejak-jejak dengan karya lainnya, seperti menulis buku, melukis, mengukir, dan jejak-jejak lain yang terekam dadi masa ke masa. 

Media sosial. Yang pernah manusia isi di dalamnya berupa vedio, foto, tulisan, dan lainnya. Adalah jejak-jejak karya mereka. Bila mereka isinya berupa kebaikan, maka akan terekam terus sebagai kebaikan, dan demikian sebaliknya. 

Tidak hanya rekam dan jejak yang dibaca dan dilihat oleh manusia. Tetapi, ia juga akan dihisab, sekarang dan nanti di akhirat. Hari ini akan dihisab dan dipertanggungjawabkan di hadapan para pembaca, bila tidak sesuai akan dicemooh, bila sesuai dengan hati dan pikiran pembaca, ia akan dipuji dan dilike, tatapi hisab ini masih dalam kaca mata manusia. Selera manusia. Tetapi, di hadapanNya akan ada hisab menurutNya. Allahu'alam.

 Jejak berdiri seseorang atau petilasan di sebut Maqam, kalau tempat menumpahkan tulisan disebut Maqal. Semua yang telah diperbuat akan menjadi maqam-maqam dalam kehidupan seseorang. Maka, kita berharap, maqam kita adalah yang terbaik di hadapanNya. Rekam jejak kita adalah kebaikan.

*****
Foto google.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar