Selasa, 29 Maret 2022

Coba Diam Sejenak! (Belajar dari kasus Mas Will Smith)

Halimi Zuhdy

Seandainya Mas Will Smith diam sejenak saja, mungkin tidak akan terjadi aksi pemukulan di atas panggung Oscar 2022 yang menghebohkan itu. 

Mas Chris Rock si tukang lelocon menyentuh bagian sensitif dari hati Mas Will, istrinya. Mas Chris menyentil penampilan Mbak Jada Pinkett Smith, sang istri Will Smith, yang botak karena mengidap alopecia. Waduh. 
Walau beberapa psikolog mengatakan bahwa pemukulan itu hal wajar, karena yang disentuh adalah persoalan sensitif. Walau di sisi lain, mendaratkan tangannya di atas panggung yang menghebohkan dunia itu juga dinilai tidak baik. Coba Mas Will diam sejenak saja, mungkin ia dapat mengambil keputusan lain yang lebih bijak. 

Nasi sudah jadi bubur. Sudah tidak mungkin mengulangnya lagi di atas panggung.  Tangannya sudah menggores pipi mas Chris. Bara sudah membakar. Bagaimana lagi, tinggal mengheningkan cipta. Dan menyesalinya.

Mas Will kemudian menulis permohonan maaf atas kejadian di atas panggung yang paling disorot itu. "Saya melewati batas, dan saya bersalah. Saya  malu sekali, dan perilaku yang saya tampilkan itu bukanlah perilaku laki-laki yang saya inginkan. Tidak ada tempat untuk kekerasan di dunia yang penuh cinta dan kebaikan," tulis Mas Will di IGnya. 

Diam sejenak saja. Mungkin, tidak akan terjadi hal yang buruk itu. Diam sejenak saja, maka air itu akan bening dari keruh. Diam sejenak saja, semuanya akan terlihat indah. 

Kejadian di atas sebenarnya pelajaran untuk kita, di berbagai panggung kehidupan kita. Tidak hanya di panggung yang disorot banyak mata. Tetapi panggung WA, FB, IG, TikTok, dan media lainnya. Atau panggung paling dekat dengan kehidupan kita, di rumah, lingkungan, tempat kerja, dan di berbagai panggung lainnya, di mana kita berada bersama orang lain. 

Di media sosial. Tangan kadang gatel sekali. Setiap kalimat muncul dari status seseorang, tangan langsung breaksi. Setiap orang berbisik tentang kita, amarah langsung membuncah. Ketika amarah sudah membara, sulit sekali dipadamkan. "Sebelum ia membakar, belumlah sukses", kata nafsu. Ditahan jadi penyakit, dilepas tambah membuat sakit. Terus bagaimana? Diam sejenak saja, semuanya akan baik-baik saja.

Maka, penting sekali untuk diam sejenak. Tidak reaksionis. Berfikir akan akibat yang akan ditimbulkannya. Bila kaca itu sudah pencah, secanggih bagaimana pun menyambungnya, maka tidak akan pernah kembali pada asalnya. Akan ada sisa yang tergores. Luka yang akan selalu diingat. Dan hanya penyesalan yang selalu teringat. Sesal.

Ada tips dari Nabi Muhammad saw. "Jika kalian marah, diamlah." (HR. Ahmad). Untuk diam memang terkadang sulit sekali, apalagi si dia terus ngoceh, kepala dan hati sudah membara. Memaksa diri untuk diam sudah tidak mungkin,"Sesungguhnya marah itu dari setan, dan setan diciptakan dari api, dan api bisa dipadamkan dengan air. Apabila kalian marah, hendaknya dia berwudhu." (HR. Ahmad).

Diam sejenak. Air itu akan terlihat bening. Marah sejenak, api itu kan menghanguskan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar