Halimi Zuhdy
Hari ini penulis mengikuti Pengukuhan tiga Guru Besar UIN Malang; Prof. Dr. Hj. Sutiah, M.Pd, Prof. Dr. H. Agus Maimun, M.Pd, Prof. Dr. H. Nur Ali, M.Pd. Dan dalam bulan ini, merupakan Pengukuhan Guru Besar yang ke 3, dengan pengukuhan 7 profesor yang lahir dari rahim UIN Malang. Selamat Prof ❤️
Kukuh. Kata itu yang paling terngiang saat mengikuti beberapa kali Pengukuhan Guru Besar di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Kukuh yang merupakan kata dasar dari pengukuhan bermakna kuat terpancang pada tempatnya; tidak mudah roboh atau rusak, kuat, teguh.
Pengukuhan adalah proses, cara, perbuatan mengukuhkan (kedudukan, pangkat, jabatan); peneguhan; penetapan atau pengesahan. Pengukuhan Guru Besar bukan hanya sebuah proses penetapan sebagai guru besar, tetapi ia adalah pembuktian bahwa para guru besar yang dikukuhkan layak untuk mengembannya. Dari mana kita melihat bahwa ia layak dan pantas? Dari pikiran-pikiran yang disampaikan, dari profil atau jejak keilmuannya. Guru Besar bukanlah "ujuk-ujuk", ia adalah proses panjang untuk menjadi BESAR dari sebelumnya, kecil.
Guru Besar adalah penghargaan yang langka. Hanya bagi mereka yang mampu melewati tangga-tangga akademik yang luar biasa. Mereka, Guru Besar, tidak hanya menjadi guru tetapi menjadi panutan, _dan harus bisa menjadi panutan_, kata Besar bukanlah hal kecil. Ia besar (mendalam) ilmunya. Besar perannya (untuk umat). Besar dan membesarkan yang belum besar untuk menuju pada hakekat Yang Maha Besar.
Guru Besar. Bukanlah hanya sebutan, tapi ia adalah AMANAH BESAR untuk membuktikan bahwa dirinya memang besar. Besar dalam keilmuannya. Mampu menebarkannya dan juga bagaimana ia memberikan pengaruh besar untuk merubah lingkungannya.
Guru Besar itu capaian akademik tertinggi, dan tentunya dapat memberi kemanfaatan pada manusia sebagaimana dalam pidato pengukuhan.
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10220506663405791&id=1508880804
Setiap orang pada hakekatnya akan menjadi besar, jika mampu mengangkat kemanusiaannya dengan menjadi "Abdun" (hamba), dan tidak melupakan ruh yang Allah berikan untuk mengembalikan ruh yang pernah bersemayam pada dirinya. Di sanalah hakekat besar (kabir), yang menuju Maha Besar (Akbar).
Pada hakekatnya kebesaran seseorang bukan apa ya g ia miliki, tapi apa yang telah ia berikan. Seperti matahari, ia tidak berbangga dengan bara yang ada pada dirinya, tapi ia memberi cahaya pada makhluk dan umat. Kehebatan seseorang bukan apa yang ia sandang, tetapi apa yang telah ia berikan.
Selamat atas Pengukuhan Para Guru Besar. Mudah-mudahan terus dapat mengukuhkan keilmuannya dan dapat menjadi tonggak dan jagak bagi kemajuan Indonesia. ❤️
*Malang, Rabu 9 Februari 2022*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar