Halimi Zuhdy
Seandainya menikah hanya untuk kepuasan, maka orang yang paling bahagia dan yang merasa paling merasa puas adalah mereka yang menikah sesuai dengan selera masing-masing suami istri.
Ada yang menikah merasa puas, bila menikah dengan yang seksi, cantik, kaya, atau ganteng. Atau segala kebutuhan terpenuhi. Kendaraan bagus. Tempat tinggal mewah. Harta melimpah. Kebutuhan serba tercukupi dan lainnya. Ukuran bahagia dalam pernikahan, terkadang diukur dengan kepuasan lahiriah dan batiniyah (kepuasaan sek). Terkadang lupa, bahwa keindahan dalam pernikahan adalah bila mendapatkan keberkahan.
Setelah akad nikah, doa yang mengalir dari para undangan adalah "Barakallah Lakuma, mudah mudahan kalian berdua mendapatkan keberkahan dari Allah". Mereka berdoa untuk mempelai berdua adalah berkah, bukan agar kalian puas.
Bagaimana memahami keberkahan dalam berumah tangga? Keberkahan adalah bertambahnya kebaikan. Kebaikan adalah kemanfaatan, kemaslahatan, kemuliaan. Seseorang yang mendapatkan keberkahan dalam pernikahan, bila keduanya mengarungi rumah tangga dapat mendekatkan dirinya dan kelaurganya kepada Yang Kuasa. Setiap mendapatkan masalah rumah tangga, tidak diselesaikan dengan amarah apalagi bertengkar hebat, tetapi didialogkan dan dikembalikan kepada tujuan awal menikah. Mencari ridhaNya.
Misal, belum dikaruniai anak, tetap husnudhan padaNya. Belum diberikan kemapanan dalam nafkah, tetap bersabar dan berjuang, setiap pekerjaan untuk keluarga adalah jihad, dan jihad dapat pahala dari Allah. Belum diberikan tempat tinggal, tetap bersabar, karena kebahagiaan bukan karena mempunyai rumah yang mewah, tetapi ketenangan dalam berumah tangga. Istri dan suami betah di rumah, akan memunculkan sakinah. Bukan karena indahnya dan lengkapnya isi rumah.
Istri bukan pemuas nafsu, demikian dengan suami, bukan kigolo. Suami istri adalah patner mencari kerinduan, bila belum merasa puas dalam melakukan hubungan dikomunikasikan dengan baik, sambil mencari keridhaan. Tidak kemudian mencari alat puasa yang dilarang agama, apalagi saling menyalahi dan menghina. Ditambah lagi, dengan berselingkuh. Naudzubillah.
Bila dalam rumah tangga tak bertambah kebaikan (keberkahan), maka yang muncul adalah keburukan. Kemudian, Istri atau suami yang selalu berulah, mencari kepuasan di tempat lain, dengan selingkuh, anak yang tidak taat, dan keburukan lainnya.
Rumah tangga berkah. Keluarga yang selalu diberikan ketenangan, kesabaran, ketaatan pada Allah dan rasulNya, kesalehan, dan kebaikan-kebaikan lainnya. Selalu diselimuti rasa cinta dan kasih sayang. Bukan yang tidak punya masalah, karena dalam berkeluarga pasti ada masalah. Tetapi, masalah-masalah yang ada dihadapi dengan sabar dan mencari kebaikan.
Keluarga berkah juga fokus pada visi dan misi pernikahan. Visi dan misi keluarga yang selalu dibicarakan setiap harinya, akan mempengaruhi perjalanan hidupnya. Apakah keluarga hanya membincang kuliner, atau kepuasan nafsu, atau hanya berwisata, bersenang-senang, mencari kemewahan?, Atau ada visi dan misi keumatan?, maka akhir dari berkeluarga juga tidak jauh dari apa yang menjadi dambaan. Keberkahan atau kepuasan.
Berumah tangga ibarat sawah. Bila keluarga menanam padi, akan tumbuh juga rumput. Bila menanam rumput, tidak mungkin tumbuh padi. Demikian pula, bila keluarga menanam kebaikan-kebaikan, maka akan muncul kebaikan-kebaikan dan terkadang muncul juga keburukan sebagai bunga-bunga, tetapi bila menanam keburukan maka tidak akan muncul kebaikan.
Maka setiap keluarga selalu berdoa, bersimpuh di hadapan Sang Kuasa, agar keluarga menjadi keluarga yang berkah, bermanfaat, sakinan mawaddah dan rahmah.
Allahumm barik lana fi ahlina, wa barik lana fi awladina wa bariklana fi ma 'athaitana
Baca juga; *Menikah Memahami Tanda*
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10220423695211638&id=1508880804
Kajian Al-Qur'an, Sastra Arab, dan Mutiara Hikmah 👇🏻
🌎 www. halimizuhdy.com
🎞️ YouTube *Lil Jamik*
📲 FB *Halimi Zuhdy*
📷 IG *Halimizuhdy3011*
🐦 Twitter *Halimi Zuhdy*
🗜️ Tiktok *ibnuzuhdy*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar