Sabtu, 08 Januari 2022

Gegara Membaca Hamdalah, Istighafar 30 Tahun

Halimi Zuhdy

Betapa menjaga hati tidak mudah. Tidak seperti menjaga tubuh (fisik). Menjaga diri agar tak tertusuk duri mungkin gampang, tinggal menghindar saja. Duri, batu, pedang, dan sejenisnya terlihat jelas. Tetapi detak dan bisikan hati, selalu tak terkedali, seperti namanya yang harus selalu ber-"hati-hati".
Hati selalu berbolak-balik. Dari baik ke buruk, atau sebaliknya. Belum lagi bisikan setan yang menjerat diri. Setan itu pintar. Seperti bagaimana ia membisik telinga wanita dan laki-laki. Keduanya dibuai agar dapat bercinta, berpacaran, dan selalu didekatkan. Keduanya tidak diberi waktu untuk melupakan. Agar jerat setan terlaksana sesuai dengan visi dan misinya, yaitu menjebak dan memasukkan dalam dunia kemaksiatan. Bila sudah terjadi perzinahan, sukseslah program dan tugasnya. Membuat mereka dekat (cinta) untuk maksiat.

Tapi, bagi laki dan perempuan yang sudah menikah tugas setan lain lagi  yaitu memisahkan, menceraikan, dan bahkan membuat berantakan. Setiap hari dicarikan cara bagaimana keduanya bertengkar, ribut, dan membisikkan untuk melakukan perselingkuhan dan lainnya, agar keduanya bercerai. Tugasnya adalah membuat berantakan istri.

Sebagaimana dalam satu hadis Nabi, ketika setan telah banyak melakukan godaan dan penyesatan (fa'altu kadza wa kadza), kemudian datang kepada Iblis, lalu iblis berkata, "Demi Allah, engkau belum melakukan apa-apa". Kemudian datang lagi tentara iblis yang menyampaikan laporan bahwa dia telah membuat pasangan suami-istri bercerai. "Saya tidak meninggalkan pasangan suami-istri kecuali telah aku pisahkan mereka," kata setan tersebut. Mendengar hal tersebut, iblis pun mengungkapkan, "Kau adalah sebaik-baiknya tentara (ni'ma anta)".
Bisikan setan sangat sulit diterka, sebagaimana bisikan hati yang menerima.

Menjaga hati sangat sulit. Seperti, seseorang yang menulis dan mengirimkan pesat untuk; shalat tahajut, dhuha, puasa dan lainnya, terkadang ada bisikan dari si penerima "Ah, ia riya' agar ketahuan bangun malam" atau barangkali dari si penulis sendiri terbersit "Agar orang-orang tahu, bahwa saya shalat malam". Hal ini, terkadang sulit dihindari, maka satu-satunya jalan adalah selalu beristighfar kepada Allah untuk menjaga hati dari segala bisikan yang merugikan amal ibadah. Selamat dari riya, sum'ah, sombong, ujub dan sifat-sifat buruk lainnya, dan diselamatkan dari segala godaan setan yang canggih.

Sari al-Saqati bercerita, ada seseorang yang sangat wara' memohon ampunan pada Allah, "Selamat tiga puluh tahun saya meminta pengampunan pada Allah (istighfar) gegara pernah saya mengucapkan: Alhamdulillah", Bagaimana itu bisa terjadi?  Dia berkata: "Ada kebakaran hebat di Baghdad, kemudian ada seseorang menemui saya dan bercerita bawah semuanya terbakar kecuali toko saya: hanya toko Anda yang selamat syekh!  Kemudian saya ucapkan: "Alhamdulillah" (Segala puji bagi Tuhan)! Seketika itu saya menyesali apa yang telah saya ucapkan, karena terbersit dalam hati saya, bahwa saya lebih baik dari mereka (orang-orang yang tertimpa kebakaran).  Al-Manawi: Fayd al-Qadeer 1/124. 

Detak dan bisikan syekh itu hanya dalam hatinya, tidak tidak terucap. Hanya karena mengucapkan Alhamdulillah. Kemudian ia beristighfar pada Allah 30 tahun lamanya. Ucapan yang keluar baik, tetapi membawa hati hampir terjerat bisikan tidak baik, apalagi ditambah bisikan setan. Sungguh betapa hati penuh rahasia. Menjaganya tidak mudah. Maka, selalu minta tolong kepada Allah, Allumma stabbit qalbi alandinika Ya Allah. 

Allahu'alam Bishawab

Malang, 8 Januari 2022

Tidak ada komentar:

Posting Komentar