Halimi Zuhdy
Kisah pada akhirnya menggiring pembaca pada pesan yang ingin disampaikan, baik kisah fiktif atau nyata. Kisah yang baik bila ia membawa pesan yang jelas, memiliki konflik, menarik, logis dan dipersatukan dalam struktur dramatik. Al-Qur'an bukan kitab kisah, walau di dalamnya terdapat beberapa kisah yang menarik dengan bahasa sastrawi. Pesan keimanan, ketauhidan, kesalehan, kesabaran, keteguhan dan beberapa pesan lainnya.
Dalam Al-Qur'an terdapat banyak kisah, ada kisah para Nabi, kisah tukang kebun dan berbagai kisah yang diceritakan Al-Qur'an. Kisah-kisah dalam Al-Qur'an sebagai pelajaran tentang bagaimana mengarungi hidup di muka bumi. Seperti kesombongan Fir'aun dan Namrud, pengakuan dirinya sebagai Tuhan, kedoliman pada kaumnya, akan membawa murka Tuhan pada mereka. Kekuasaan tidak membuat kekal, bahkan ia terjungkal dikala manusia menjadikannya kekal.
Demikian pula ibrah dari kisah kebaikan-kebaikan yang termaktub dalam Al-Qur'an dapat diambil pelajarannya, seperti kisah Nabi Yusuf dan Nabi Musa, kesabaran dan keimanan mereka membawa pada kemenangan dan kebahagiaan.
Dua Nabi yang memiliki kemiripan kisah, digambarkan sangat indah dalam Al-Qur'an dengan kata-kata baligh (nyastra), yaitu kisah Nabi Yusuf dan Nabi Musa.
Nama Yusuf berasal dari Bahasa Ibrani yang bermakna "Allah menghadiahkan, mengabulkan, melipatgandakan kebaikan, pemberian", namanya termaktub dalam Al-Qur'an sebanyak 24 kali. Sedangkan nama Nabi Musa dalam Al-Sotor, bermakna anak laki-laki, yang diselamatkan (almunqadz), nama Musa juga berasal dari Bahasa Ibrani, yaitu terdiri dari dua kata Mu (مو) dan Sya (شا). Mu bermakna air, dan Sya adalah pohon. Karena keberadaan Musa kecil di air yang berada di antara dua pohon.
Kemiripan kisah Nabi Musa AS dan Nabi Yusuf AS;
1- Kisah keduanya berawal dari mimpi, mimpi Yusuf tentang bintang-bintang, isyarat kemuliaan dan kejayaannya. Sedangkan Musa adalah isyarat mimpi Fir'aun akan kehancurannya, dan kejayaan Musa.
2- Keduanya menghilang, Yusuf hilang dari Ayahnya, Ya'qub. Musa hilang dari ibunya, Yukhabat.
3- Yusuf dan Musa sama-sama dilemparkan (القاء). Yusuf dilemparkan ke dalam sumur (jub), Musa ke dalam air (yam). Perbedaanya, Nabi Yusuf dilemparkan saudara-saudaranya dengan penuh kebencian, sedangkan Nabi Musa dilemparkan (dengan kata yang sama, redaksi yang berbeda dalam Al-Qur'an) dengan penuh kelembutan. Yang satu lemparkan karena hawa nafsu, yang satunya karena perintah Tuhan.
قَالَ قَائِلٌ مِنْهُمْ لَا تَقْتُلُوا يُوسُفَ وَأَلْقُوهُ فِي غَيَابَتِ الْجُبِّ يَلْتَقِطْهُ بَعْضُ السَّيَّارَةِ إِنْ كُنْتُمْ فَاعِلِينَ
وَأَوْحَيْنَا إِلَى أُمِّ مُوسَى أَنْ أَرْضِعِيهِ فَإِذَا خِفْتِ عَلَيْهِ فَأَلْقِيهِ فِي الْيَمِّ وَلَا تَخَافِي وَلَا تَحْزَنِي إِنَّا رَادُّ yeوهُ إِلَيْكِ وَجَاعِلُوهُ مِنَ الْمُرْسَلِينَ
4- Ketika Yusuf dan Musa menghilang dari rumahnya, orang tua keduanya sama-sama bersedih.
وَأَصْبَحَ فُؤَادُ أُمِّ مُوسَى فَارِغًا
يَا أَسَفَى عَلَى يُوسُفَ وَابْيَضَّتْ عَيْنَاهُ مِنَ الْحُزْنِ
5. Keduanya sama-sama ditolong. Yusuf ditolong oleh kafilah pedagang yang lewat di sumur, kemudian dijual. Sedangkan Musa ditolong ditemukan oleh dayang-dayang istana.
6- Keduanya tinggal di istana yang megah, Yusuf dibeli istri seorang menteri di Istana, Zulaikha. Dan Musa diminta oleh Istri Fir'aun untuk dipelihara. Keduanya, sama-sama seorang istri dari penghuni kerajaan besar.
7. Saudaranya sama-sama berperan, satu berperan jahat, satunya berbuat baik. Saudara-saudara Yusuf yang memasukkan ke sumur. Berbeda dengan saudari Musa yang membantu dan menolongnya.
8. Istri dari kedua istana sama-sama berperan, satunya berperan sebagai pemberi rasa aman, yaitu Istri Fir'aun, memberi rasa aman kepada Musa. Sedangkan istri perdana mentri memberi rasa galau pada Yusuf.
9. Orang tuanya sama-sama bahagia ketika bertemu dengan keduanya. Ketika ibu Musa mendapatkan Musa selamat dalam gelombang air sungai dan ia bertemu di istana sebagai seseorang yang menyusui. Dan Ayah Yusuf, mendapatkan baju Yusuf yang dibawa saudaranya dari Istana.
﴿ وَحَرَّمْنَا عَلَيْهِ الْمَرَاضِعَ ﴾:
﴿ إِنِّي لَأَجِدُ رِيحَ يُوسُفَ ﴾ .
Tangan yang dulu melepaskan Musa di sungai dengan penuh kelembutan, berakhir dengan perseteruan antara dirinya dan sang pemilik istana. Tangan yang dulu melepaskan dengan kebencian, yaitu tangan-tangan saudara Yusuf, pada akhirnya ia berdekatan dengan pemilik istana, bahkan ia menjadi raja.
Referensi📚
Al-Qur'an
Rabith Al-Aukah
Rabith Al-Madinah al-Ikhbariyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar