(Inilah Sejarah Hari Tarwiyah)
Halimi Zuhdy
Allah memberikan banyak kesempatan kepada hambanya, untuk selalu mendekatkan diri kepada-Nya. Dalam setahun, banyak kesempatan beribadah kepada-Nya, ada ibadah harian, seperti salat lima waktu. Mingguan, salat Jum’at. Tahunan, seperti al-asyru al-awail (sepuluh hari pertama) dalam bulan Dzulhijjah, dan melakukan amal kebaikan di dalamnya, lebih Allah cintai dari melakukan amal di hari-hari lainnya. Dan di dalamnya, ada Yaum Tarwiyah.
Kata “Tarwiyah” dari fi’il madli “Rawwa” yang bermakna: berbekal air, melihat di dalamnya, dan beberapa makna lainnya.
Dan hari Tarwiyah yang masyhur adalah hari ke Delapan pada Bulan Dzulhijjah, pada hari itu orang-orang yang sedang melaksanakan haji berangkat menuju Mina dan mereka menginap di Mina.
Dalam kitab Al-Inayah Syarh Al-Hidayah, imam al-Babirti menjelaskan, disebut hari Tarwiyah pada hari tersebut karena jamaah haji itu melihat air pada waktu itu, yang sebelumnya tidak mereka temui.
Ada yang berpendapat, disebut dengan Tarwiyah, karena jamaah haji pada masa lalu, meminum air ketika mabit di Mina untuk mempersiapkan diri mereka menaiki Jabal Arafah, karena pada masa itu, sedikit sekali persediaan air, dan sulit menemukan sumber air. Maka, jamaah haji menyegarkan diri (irtiwa’), dan meminum air untuk kebutuhan dan bekal mereka menuju Arafah.
Ada pula yang menyebutkan, disebut dengan hari Tarwiyah karena Nabi Ibrahim AS bermimpi pada malam tanggal delapan, seakan-akan ada yang membisiki, “Sungguh Allah Swt memerintahkanmu untuk menyembelih anakmu”, ketika terbangun di pagi hari, beliau berpikir dan merenung, “Apakah mimpi ini dari Allah, atau dari setan?” maka, dari renungan inilah Tarwiyah dinamakan.
وإنّما سُمِّي يوم التروية بذلك؛ لأنّ إبراهيم -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآله وسَلَّمَ- رأى ليلة الثامن كأنَّ قائلاً يقول له: إنّ الله تعالى يأمرك بذبح ابنك، فلمّا أصبح رؤي؛ أي: افتكر في ذلك من الصباح إلى الرواح؛ أمِنَ الله هذا، أم من الشيطان؟ فمِن ذلك سُمِّي يوم التروية)
repost
Tidak ada komentar:
Posting Komentar