Senin, 05 Juli 2021

Mencicipi Kematian

(Dzaiqatul Maut)

Halimi Zuhdy

Kematian datang silih berganti. Tak mengenal tempat, tak pula mengenal waktu. Kematian sangat dekat dengan kehidupan, ia tak memilih usia tuk dilesatkan; ada yang masih dalam rahim, ada yang baru satu detik keluar dari rahim, ada pula yang belum lama dirahim, digugurkan. 
Tidak menunggu tua, tidak pula menunggu sakit, karena kematian bukan karena tua dan sakit. Ia adalah kehedak Sang Khaliq. Ia rahasia yang paling rahasia, agar manusia selalu waspada, bahwa ia akan datang tetiba, walau tak pernah merasa. 

Kematian selalu unik, tapi nyata, dan ia benar-benar akan datang pada siapa pun; Nabi, raja, kyai, pengusaha, dokter, tabib, dukun, guru, tukang sapu, pejabat, artis, dan siapa pun yang masih bernafas, ia akan datang tuk menderangkan kematian. 

Kematian nyata dan sangat nyata, dekat dan sangat dekat, ada yang masih menulis status kematian temannya, ia sudah tak bernafas. Ada yang baru hadir dari menshalati saudaranya, ia pun dishalati, ada pula menghadiri kematian, ia pun tiada. Berhembus terakhir, terkadang tak berpesan apapun. 

Kematian itu selalu datang, tak mengenal tempat; tidak mati di darat, ia mati di pesawat. Tidak mati di rumah sakit, ia mati di bukit. Tidak di rumah, tapi di sawah. Terkadang dijaga ribuan tentara di Istana, ia mati begitu saja. Kadang di bungker, di benteng, sudah tak bernafas lagi.

Sebab kematian juga banyak, ada yang karena pandemi covid, ada yang kecelakaan ketika memgantar orang yang postif covid, ada pula yang jatuh dari tangga, atau terpeleset daun pisang. Semuanya hanyalah sebab, bukan yang membuanya meninggal dunia. Karena, sehebat apa pun penyakit yang menyerang seseorang kalau takdir kematian belum datang, ia masih terlihat di muka bumi. Tetapi, sehebat apapun cara menangkal kematian, kalau takdirnya tiba, ia tak akan mampu menolaknya. Itulah kuasa Tuhan. 

"Tidak ada suatu umatpun yang dapat mendahului ajalnya, dan tidak (pula) dapat mengundurkan(nya)  [QS al-Hijr/ 15: 5]. Ia datang tanpa izin, walau kadang ada tanda, tetapi tidak ada yang kuasa tuk menolaknya. 

Selalu Allah memilih tempat bagi siapa pun dan apa pun di Mayapada, tuk dilesatkan ke Mayanyata, akhirat. 

Walau kematian belum diharapkan, tetapi ia akan datang, seperti Umar bin Khattab yang menghunus pedangnya, bagi orang memberitakan kematian Sang Nabi, tapi Nabi sudah benar-benar wafat, walau Umar belum percaya. Secinta apapun ia, kematian akan segera datang. Abu Bakar berpidato ketika Nabi wafat, “Siapa saja yang menyembah Muhammad, maka ketahuilah bahwa Muhammad telah tiada. Dan barangsiapa yang menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah itu hidup dan tidak akan pernah mati.”

Kematian pun datang, bagi yang mengaku Tuhan; Fir'aun, Namrud, Alan John, David Cores, Jim Jones,  Vissarion dan lainnya. Ia tak kan pernah kekal, karena kematian adalah kepastian. 

 كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ اْلمـَوْتِ

Setiap yang berjiwa akan merasakan mati [QS. Ali Imran/3: 185, al-Anbiya’/21: 35 dan al-Ankabut/29: 57]. 

Semuanya yang berjiwa, tak terkecuali apa pun dan siapa pun. Ia akan merasakan kematian. Mati dan akan hidup lagi. Merasakan, berarti akan mengalami kematian, merasakan seperti mencicipi, tidak semuanya, ia akan  datang setelah kematian dan mengalami kehidupan lain.

 Merasakan, berarti ada setelah merasakan rasa lain yang akan diberikan, sebuah janji di akhirat nanti. Di sinilah semuanya tampak akan diuji, bagaimana ia menjalani kehidupan menuju kematiannya.

Mati bukanlah akhir segalanya, tapi untuk hidup kembali, menuai dari hasil kreasi dan cipta diri, ketika masih berada di dunia fana ini. Balasan dari semua prilaku, akan tersaksikan di fase ini. 

Katakanlah, Sesungguhnya kematian yang kalian lari darinya, sesungguhnya kematian itu akan menemui kalian, kemudian kalian akan dikembalikan kepada Allah, Yang mengetahui keghaiban dan yang nyata. Lalu Ia akan beritakan kepada kalian apa yang kalian telah kerjakan. [QS. Al-Jumu’ah/62: 8].

Mudah-mudahan kematian tidak hanya menjadi tontonan dan kabar demi kabar, tetapi ia menjadi pengingat, bahwa kita akan juga menyusulnya dan kita dapat mempersiapkan diri. 

Allahumma asrif anna minal balak wal waba' Ya Rabb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar