Rabu, 05 Mei 2021

I'jaz Lughawi dalam Ayat "Waidza Saalaka 'Ibadi"

(Betapa dekatnya Allah, dan Menerima Setiap Doa)

Halimi Zuhdy

Ayat-Ayat dalam al-Qur'an ketika menggunakan kalimat berupa pertanyaan "Wa Yas'alunaka/mereka bertanya padamu" maka selalu diikuti dengan kata "Qul/katakanlah/jawablah (Muhammad)!" tetapi dalam Ayat ini tidak menggunakan kata "Qul", kata yang menghubungkan, agar Nabi yang menjawab pertanyaan/permohonan Allah. 
Tetapi, dalam Ayat di atas langsung menggunakan kalimat "Ujibu/saya kabulkan" Allah sendiri yang langsung menjawabnya. Hal ini menandakan, betapa cepatnya respon (diterimanya) doa seorang hamba. Dan keberadaan Ayat ini berada di Ayat-Ayat puasa, yang seakan-akan mengindikasikan doa di bulan Ramadan cepat dikabulkan oleh Allah swt. Dari sekian pertanyaan, hanya Ayat ini yang menggunakan "wa Idza saalaka Ibadi" sedangkan  Ayat lainnya menggunakan "Wayas'alunaka 'An". 
يَسْألونَكَ عَنِ الأنْفالِ قُلْ الأَنْفالُ
وَيَسْألونَكَ عَنِ الرُّوحِ قُلْ  الرُّوحُ
dan beberapa Ayat lainnya.

Mari kita analisis beberapa kalimat dalam Surat Al-Baqarah, Ayat 186

(وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِی عَنِّی فَإِنِّی قَرِیبٌۖ أُجِیبُ دَعۡوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِۖ فَلۡیَسۡتَجِیبُوا۟ لِی وَلۡیُؤۡمِنُو بِی لَعَلَّهُمۡ یَرۡشُدُونَ)

Kalimat اجيب دعوة الداع "Da'wata ad-Da'i/doa orang yang berdoa". Di sini, kata  دعوة (doa) didahulukan dari da'i (orang yang berdoa), menurut Munhil, doa apa pun yang dihaturkan kepada Allah akan didengar (mustajabah), bukan terletak pada kata "Da'i/Pemohon", siapa pun yang berdoa. Artinya, selama doa itu dipanjat, baik ia orang yang melakukan maksiat, banyak dosa, berbuat keburukan, orang yang didalimi atau bahkan orang kafir, maka didengar oleh Allah. 

Kemudian perhatikan kalimat;
أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ
Syarat yang digunakan di atas adalah 
"Idza/ اذا", tidak menggunakan إن. Apa perbedaan keduanya? "Idza" berfungsi syarat yang sering terjadi (Katsrah al-wuqu'), berbeda dengan "in", yang digunakan untuk sesuatu yang jarang terjadi, bahkan mustahil untuk terjadi (mustahil lil uqu'). Contoh yang menggunakan "in";
قُلْ إِن كَانَ لِلرَّحْمَـٰنِ وَلَدٌ فَأَنَا أَوَّلُ الْعَابِدِينَ
Berbeda dengan 
إِذَا وَقَعَتِ الْوَاقِعَةُ
Maka, dalam I'jaz al-Bayani dapat kita perhatikan, bahwa doa itu harus dilakukan sesering mungkin, tanpa henti, memperbanyak menengadah kepada Allah. Memohon kepada Allah dengan benar-benar berharap akan terkabulnya doa, serta merendahkan hati. Allah murka kepada hamba yang tidak berdoa padanya, dan mereka yang jarang berdoa, atau enggan berharap padanya adalah bukti kerasnya hati. 
 أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: من لم يسأل الله يغضب عليه. إسناده حسن.
Apabila seorang hamba benar-benar berdoa kepada Allah, maka Allah akan mengabulkannya. 

Dan yang menarik, jawab dari syarat "Idza Da'an" di dahulukan dari syaratnya yaitu "Ujibu Da'wata Da'i/Saya kabulkan doanya orang yang berdoa". Ini sebuah isyarah, bahkan betapa cepatnya dikabulkan sebuah doa, dan lebih mudah diterimanya. Serta, "Da'i" menggunakan kata tunggal (satu orang yang berdoa), tidak menggunakan "Da'watahum/doa mereka", ini menunjukan siapa pun yang memohon kepadanya akan mendapatkan ijabah. 

Allahu'alam bishawab

Refrensi, Tafsir Al-Qur'an Li Ibnu Asyur, Al-Islamiyat fi taamul Waidza saalaka Ibadi, Al-I'jaz Al Bayani Lil Qur'an wa masail Bani al-Azraq

Tidak ada komentar:

Posting Komentar