(Akhir Ayat, Berlatar Situasi yang Berbeda)
Halimi Zuhdy
Ayat tentang kewajiban puasa terhimpun dalam satu tempat (surat) secara berurutan. Berbeda dengan kewajiban-kewajiban lainnya yang berada di beberapa surat, serta menyebar di beberapa tempat dengan teks yang berbeda-beda.
Dalam Ayat puasa, terdapat kalimat "La'ala" yang diartikan dengan "Barangkali, semoga, mudah-mudahan" sebuah kata harapan (tarajji). Harapan yang mungkin dapat diraihnya. Bukan harapan palsu, dan bukan harapan yang tidak mungkin diraihnya (tamanni). La'ala dalam Al-Qur'an menurut Imam Sibawaihi bermakna tarajji (berharap kebaikan) dan Isyfaq (berharap karena takut tertimpa sesuatu yang tidak baik), ia sesuai dengan konteknya di dalam Al-Qur'an. Ada pula yang mengartikan dengan Ta'lil, yang berfungsi menjelaskan terjadinya sebab sesuatu.
Menarik, dalam Ayat puasa ada dua harapan (la'ala) yaitu La'alum Tattaqun (agar kamu bertaqwa) dan La'allakum Tasykurun (agar kamu bersyukur). Terkait faidah ini, Abu Hayyan dalam Al-Bahr Al-Muhith menjelaskan, apabila Ayat terkait dengan sesuatu yang susah, sulit, berat, atau masyakat, maka Ayat berakhir dengan "La'alkum Tattaqun" berbeda dengan ayat yang terkait dengan kemudahan, rukhshah, atau sesuatu yang ringan, maka berakhir dengan "La'alakum Tasykurun".
Mari kita perhatikan Ayat yang berakhir dengan "La 'alakum Tattaqun" (لعلكم تتقون) yang diartikan dengan "semoga engkau menjadi orang yang bertakwa" beberapa ayat ini didahului dengan kewajiban syiam dan qishah seperti;
-كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيامُ... لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
-ولَكُمْ فِي الْقِصَاصِ حَيَاةٌ.....لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Dua ayat di atas terkait dengan puasa dan qishah (eksekusi, hukuman), yang tentunya dua hal ini sesuatu yang sangat berat untuk dilakukan (takalif masyaqqah).
Berbeda dengan Ayat yang diakhiri dengan "La'allakum Tasykurun, لعلكم تشكرون" semoga engkau menjadi orang yang bersyukur, seperti dalam Ayat...
وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Sebelumnya, Ayat ini berbicara tentang rukhsah (dispensasi, kemurahan) dalam menjalani puasa bagi orang yang sakit dan musafir, keduanya boleh berbuka (tidak berpuasa)
يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ
"Allah menghendaki kemudahan bagimu"
Antara isi dan penutup dalam Ayat di atas sangat menarik, semoga bertakwa dan semoga bersyukur.
Bila kata "la'alla" di atas diartikan sebagai Ta'lil, maka puasa menjadi sebab seseorang dapat meraih peringkat bertakwa, demikian pula dengan qishah. Dan seseorang juga dapat meraih derajat Syakirin (orang ahli bersyukur) bila ia merasakan apa yang telah Allah berikan kepadanya berupa kemudahan dalam hidupnya.
Kajian-Kajian dan Risalah Ramadan lainnya dapat dibaca di:
📲FB: Halimi zuhdy
💌IG: Halimizuhdy3011
🎞️Youtube: Lil Jamik
🌍Web: halimizuhdy.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar