Sabtu, 03 April 2021

Bagaimana redaksi al-Qur'an dalam menggambarkan orang munafiq?


Perhatikan Ayat berikut yang menggunakan kalimat fi'il (kata kerja) dan kalimat isim (kata benda). 

وَاِذَا لَقُوا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قَالُوْٓا اٰمَنَّا ۚ وَاِذَا خَلَوْا اِلٰى شَيٰطِيْنِهِمْ ۙ قَالُوْٓا اِنَّا مَعَكُمْ ۙ اِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِءُوْنَ ﴿البقرة : ۱۴﴾

Dan apabila mereka berjumpa dengan orang yang beriman, mereka berkata, “Kami telah beriman.” Tetapi apabila mereka kembali kepada setan-setan (para pemimpin) mereka, mereka berkata, “Sesungguhnya kami bersama kamu, kami hanya berolok-olok.” (QS. Al-Baqarah: 14).

Ketika orang munafik bertemu dengan orang beriman mengatakan "Kami beriman". Kata "Ammanna" adalah kalimat fi'il yang dalam ilmu Balaghah berfungsi yataghayyar (berubah) selalu berubah-ubah atau perilaku/keadaan yang tidak pernah tetap. Orang munafik itu selalu mincla mencle. 

Tetapi bagaimana redaksi al-Qur'an ketika orang munafik bertemu dengan para pemimpin (syaithan) atau teman-teman yang sesama munafik? Al-Qur'an menggunakan kalimat isim (kata benda) mustahziun (mengolok-olok) dan ini sifat tetap mereka, sifat dasar sebagai orang munafik.

Wajah sebaik apapun yang ditampilkan oleh orang munafik, dengan rupa apapun yang dihaturkan, akan kembali kepada sifat dasarnya. 

Alluhamma salimna minhum

Tidak ada komentar:

Posting Komentar