Halimi Zuhdy
Suatu hari Amr bin Ash menemui Musailamah Al-Kadzzab, dan ketika itu Amr masih belum menjadi seorang muslim. "Wahai Amr, apa yang turun kepada sahabatmu hari ini?" tanya Musailamah. "Hari ini turun kepadanya (Rasulullah saw) surat ringkas padat dan indah sekali (balighah)". Jawab Amr bin Ash. Rupanya Musailamah penasaran, "Surat apa itu wahai Amr?". Kemudian Amr membacakan sebuah Surat Al-Ash;
وَالْعَصْرِ ، إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ ، إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
Amr bin Ash melihat temannya itu berfikir beberapa saat setelah mendengar Surat Al-Ashr, tetiba Musailamah mengangkat kepalanya dan berkata kepada Amr bin Ash "Turun surat kepada saya sebagaimana Surat di atas!" rupanya Amr bin Ash penasaran dan bertanya, "Apa itu wahai Musailamah?!". Kemudian Musailamah membacakan kalimat-kalimat yang ia anggap wahyu turun kepadanya;
يَا وَبَرُ يَا وَبَرُ، إِنَّمَا أَنْتِ أُذُنَانِ وَصَدْرٌ، وَسَائِرُكِ حَقْرٌ نَقْرٌ"
"Bagaimana menurutmu wahai Amr?" tanya Musailamah. "Demi Allah, sungguh engkau telah mengerti, bahwa aku sungguh telah mengetahui bahwa engkau itu benar-benar pembohong". Cerita di atas disampaikan oleh Ibnu Katsir.
Apa yang indah dari ungkapan Musailamah di atas? Bagi yang hanya tertarik pada kalimat-kalimat bersajaknya (saja') maka ia memang kalimat bersajak dengan akhiran bar-shar-qar, karena memang Musailamah seorang penyair kawakan, tetapi lihatlah bagaimana tanasub, fashah kalam (logika bahasa), uslub, makna?! Maka akan berbeda jauh dengan Al-Qur'an. Apalagi Musailamah banyak melakukan re-kreasi dari Al-Qur'an dan juga Iqtibasat, coba baca surat-surat yang dikarangnya; Qurasy, Tamim, Al-Syams, Difda', An-Nisa, dan surat-surat lainnya yang namanya menyerupai nama-nama surat dalam Al-Qur'an.
Bisa dibandingkan dengan al-Qur'an yang memilih genrenya sendiri, kadang dalam satu surat kita menemukan kisah, tapi ia bukan cerpen apalagi novel. Ada pola yang unik dengan imaji yang tinggi, juga tidak sepi dari majas, personifikasi, metafora, heperbola, tamsil, simile, alegori, tiba-tiba ada kata perintah, peringatan, kabar gembira, siksa, hukum dan...seperti mengobarkan semangat, tiba-tiba sedih, tiba-tiba gembira, ada harapan, ada ancaman, penghianatan, kemunafikan, dosa dan dusta, ada sisipan kisah orang-orang terdahulu, keghaiban, surga dengan keindahannya, neraka dengan kengeriannya. Gaya Ini, tidak ditemukan pada karya sastra sebelumnya (masa jahiliyah).
Para alim (pakar) ada yang mengkaji dari sisi i'jaz ilmi (saint), i'jaz bayani, i'jaz adady (jumlah kata dalam Al-Qur'an), i'jaz shauty dan i'jaz lainnya.
Kajian-Kajian dan Risalah Ramadan lainnya dapat dibaca di:
📲FB: Halimi zuhdy
💌IG: Halimizuhdy3011
🎞️Youtube: Lil Jamik
🌍Web: halimizuhdy.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar