Halimi Zuhdy
Bagi penikmat sastra Arab, terutama puisi, pasti mengenal sosok penyair legendaris, Ahmad Syauqi. Penyair ini dikenal dengan sebutan Amir Syu’ara’ (Raja, Pangeran Penyair). Gelar ini bertahan cukup lama, seakan-akan gelar ini hanya milik Ahmad Syauqi.
Sebelum gelar ini disandang Ahmad Syauqi, beberapa abad sebelumnya, gelar Amir Syu’ara’ tertuju pada Junduh bin hujar bin Haris al-Kindi, tetapi gelar ini tidak sepopuler gelar lain yang disandangnya “Umraul al-Qais”.
Di Indonesia terdapat gelar presiden penyair, paus sastra, dan mungkin gelar lainnya yang diberikan kepada seorang sastrawan yang dianggap memiliki sumbangsih besar terhadap kesusastraan Indonesia. Di Arab, Ahmad Syauqi mendapatkan gelar Amir Syu’ara’, gelar ini disandangkan kepada Syauqi setelah adanya pembaiatan padanya oleh para sastrawan dan penyair pada tahun 1927 di Kairo, pada sebuah Gelar Sastra (puisi).
Ahamd Syauqi dikenal sebagai penyair paling masyhur pada era modern, dan terkenal paling produktif dibandingnya penyair-penyair lainnya, lebih dari dua puluh tiga ribu lima ratus bait puisi yang telah ditulisnya.
Kini, gelar Amir Syu’ara’ bisa diperebutkan oleh para penyair-penyair Arab lainnya, yang kemudian diberikan kepada mereka yang berhasil memenangi kompetisi Amir Syu’ara’ (The Prince of Poets Competition) . Program Amir Syu’ara’ ini diadakan oleh Idarat al-Mahrajanat wal al-Baramij al-Tshaqafiyah wa turasiyah Emerat Abu Dhabi sejak tahun 2007. Sebelum acara ini dimulai, Pangeran Penyair Ahmad Syauqi ditampilkan di layar, di hadapan para penyair yang mengikuti kompetisi besar ini.
Dalam laman Amir Syu’ara’, acara ini diadakan setiap dua tahun sekali di pantai Al Rahah Abu Dhabi. Setiap musim, program ini menerima ribuan puisi dari penyair Arab di seluruh dunia, dan juri akan menyortir dan mengevaluasi karya-karya yang berpartisipasi, setelah itu lebih dari 150 penyair yang terpilih, akan ada kompetisi lanjutan di Abu Dhabi, kemudian juri melakukan wawancara secara individu dengan masing-masing penyair. Berikutnya, terpilih 40 penyair yang masuk pada fase pengujian (marhalah ikhtibarat) ke daftar 20 penyair yang akan berpartisipasi dalam episode siaran langsung dalam televisi Amir al-Syara’.
Pada akhir setiap kompetisi, penyair yang memenangi kompetisi ini mendapatkan gelar “Amir Syu’ara’/Pangeran Penyair/Presiden Penyair”, baju kebesaran penyair (burdah syi’r/hair dressing), cincin emirat, dan hadiah uang tunai sebesar AED 1 juta, juara kedua menerima hadiah uang tunai sebesar AED 500.000, juara ketiga menerima AED 300.000, juara keempat menerima AED 200.000, dan pemenang di posisi kelima menerima AED 100.000.
Sejak kompetisi ini digulirkan, sudah terdapat delapan presiden penyair yang terpilih dalam delapan musim, dan tahun ini musim yang ke sembilan. Pada musim pertama diraih oleh Abdul Karim Ma’tuq (Emirat), musim ke dua Sidi Ould Bemba (Muritania), berikutnya Hassan Baiti (Syiria), ke empat Abdul Aziz Zirai (Yaman), ke lima Ala’ Janib (Mesir), ke enam Haidar al-Abdullah (Arab Saudi), ke tujuh Iyad al-Hakami (Arab Saudi), dan pada musim ke delapan yang diadakan pada bulan April 2019 gelar Amir Syu’ara’ disandangkan pada Sulthan Sabhan al-Syamri (Arab Saudi), berturut-turut sampai tiga kali Arab Saudi mampu meraih gelar terbesar kepenyairan di Jazirah Arab ini.
Dalam laman Amir Syu’ra, kompetisi ini bertujuanuntuk mempromosikan puisi Arab Fushah dan klasik, menghidupkan kembali peran positif (ad-daur al-ijabi) puisi Arab dalam budaya dan kemanusiaan Arab, serta sebagai pesan cinta dan perdamaian kemanusiaan. Dan beberapa tujuan lainnya, membuat data base para penyair, kritikus sastra, pekerja sastra dan bidang yang terkait dengan kesusastraan.
Pada tahun lalu saya berkesempatan satu forum webinar dengan Amir Syua'ra' ke 5, Ala' Janib dari Mesir pada Acara Al-Syi'ri fi al-Mujtama' yang diadakan oleh Akademi Tamayyuz India. Mudah-mudahan pada forum yang lain dapat menyaksikan dan menikmati gaya Amir Syu'ara membacakan puisinya.
Malang, 27 Januari 2021
Tidak ada komentar:
Posting Komentar