Rabu, 25 November 2020

Puisi dan Imam Syafi’i

(Pertama kali Munculnya Antologi Puisi Imam al-Syafi’i)

Halimi Zuhdy

“Andai puisi tidak membuat aib seorang ulama’ (yuzri), niscaya aku kini lebih hebat (dari seorang penyair) Labid” Kata Imam Syafi’i.

Bait puisi yang dirangkai Imam Syafi’i di atas bukanlah pamer kehebatan, atau bentuk penghinaan pada penyair, tetapi ia sebagai pernyataan untuk tidak terlalu berasyik-masyuk dalam jalur kepenyairannya. Dunia kepenyairan bagi imam syafi’i adalah dunia yang asyik, tetapi tidak kemudian harus berkutat dalam dunia ini. Ia lebih mempertajam kelimuannya dalam dunia fiqih, hadis, dan ilmu-ilmu yang terkait dengan keagamaan.

Seandainya Imam Syafi’I menekuni dunia kepenyairannya, ia mungkin lebih masyhur dari penyair-penyair Muallaqat di antaranya adalah Labid bin Rabiah bin Malik al-Amiri. Tetapi Imam Syafi’i memutuskan untuk tidak terjun langsung dalam dunia kepenyairan setelah mendengar nasehat seseorang dari bani Zubair, agar Imam Syafi’i memadukan sastra dengan fiqih, yang suatu saat Imam Syafi'i akan menjadi pemimpin dari suatu generasi hebat, dari sejak itu ia lebih tertarik kepada fiqih. Nasehat itu bukanlah suatu kebetulan, karena seorang dari Bani Zubair ini melihat kehebatan Imam Syafi’i, 17 Tahun ia berada di kampung Hudzail mempelajari sastra, sejarah Arab (ayyam), adab, bahasa, sedangkan al-Qur’an sudah dihafal sejak kecil, beliau juga tekun mempelajari hadis dan menghafalnya. Beliau menghafal 10 ribu bait puisi Ketika masih belia dari penyair Suku Hudzail, dan ratusan puisi dari berbagai suku yang berada disekitar suku Hudzail.

Apakah Imam syafii pernah menulis antologi puisi (Diwan)? Imam Syafi’i tidak pernah menulis satu buku khusus untuk puisi, dan juga tidak ditemukan buku-buku yang utuh berupa kumpulan puisi imam syafi'i. Menurut Abdurrahman al-Musthawi, penghimpun Diwan Al-Imam Syafii terbitan Dar al-Ma’rifah Bairut Libanon, “Saya tidak menemukan satu makhtutah pun yang berisi puisi-puisi Imam Syafi'i yang dihimpun oleh seseorang pada abad ke dua dan ke tiga Hijriah, tetapi saya menemukan banyak puisi beliau dari buku-buku biografi beliau yang ditulis para ulama pada masa beliau hidup, dan itupun tidak utuh, hanya berupa catatan penulis, ditulis dalam beberapa kisah, atau beberapa bait ada di dalam fatwa-fatwa beliau”.

Pertama kali yang menghimpun puisi Imam Syafii dalam sebuah antologi adalah Ahmad al-Ajmy (W 1622 H), buku antologi ini diberi nama “Natijah al-Afkar, Fima Yu’za Ila Il-Imam al-Syafii min Asy’ar”. Disusul kemudian dengan kitab “Al-Jauhar al-Nafis fi Asy’ar Muhamamd bin Idris” yang diterbitkan di Mesir apda tahun 1321 H. Puisi dalam buku ini dihimpun oleh Muhammad Musthafa al-Syadzili, seorang pegawai dari penerbit Dar al-Kutub al-Misriyah. AL-Syadzili menyeleksi Kembali puisi-puisi yang ada dalam karya al-Ajmi “Natijah al-Afkar”.

Sejak terbitnya dua diwan Imam Syafi’i di atas, maka kemudian banyak yang menerbitkan Diwan-Diwan Imam Syafi’I dengan berbagai sumber. Buku Diwan al-Imam al-Syafi’I yang disusun oleh Abdurrahman al-Musthafa ini dihimpun dari dari berbagai kitab; Adab al-Syafi’I wa manaqibhu (al-Razi), Manaqib al-Syaf’I (al-Baihaqi), Manaqib al-Syaf’I (al-Fakhr al-Razi), Manaqib al-Syaf’I (al-manawi), Tarikh al-Imam Syafi’I (Husain al-Rifa’i), AL-Imam al-SYafi’I (Musthafa abdurrazzaq), Al-Syafi’i (Muhamamd Abu Zahrah), Thabaqat al-SYafiiyah Lil Subki wa al-Asnawi, Mu’jam al-Udaba’ (Yaqut alHamawi), Al-Asma’ wa Lughat (an-Nawai), Wafayat al-A’yan (Ibn Khilkan), al-Agani (al-Ashfahani), Al-Bayan wa al-Tabyin (al-Jahidh), al-‘Aqd al-Farid (Ibn Abd Rabihi al-Andalusi).

Buku ini sangat menarik, selain mengupas karakter puisi-puisi Imam Syafi’i, penulis juga menyusunnya dengan Abjadiyah baik dari al-maqthu’ah, al-Qashidah dan lainnya, dan sumber pengambilan puisi (tahun, pengarang, penerbit). Bait-bait yang dianggap gharib (asing, sulit, tidak dikenal) diberi catatan pinggir. Dan menariknya, setiap beberapa bait, penulis membubuhkan judul, baik judul tersebut diambil dari awal bait atau maksud secara keseluruhan dari bait-bait tersebut. Bagi pembelajar, Diwan ini dilengkapi dengan harkat dan tanda baca. Bagi pembelajar Ilmu Arudh dan Qawafi (Prosodi Bahasa Arab) setiap bait dalam Diwan Imam Syafi’i disertai dengan nama-nama bahar. Dan ada bonus menarik dari buku ini, mengurai Al-Hikam al-Syafiah secara abjadiyah di akhir bait-bait puisinya.

Selamat membaca….jangan terlalu melirik foto di atas, hanya sebagai penghijau tulisan.wkwkw

2 komentar: