Minggu, 06 September 2020

Hikmah dan Filosofis Gowes

(Gowes D'Lur, Menyelam dalam Hikmah Mancal)

Halimi Zuhdy

"Turunkan ke satu tadz" tetiba ada suara dari arah belakang, menyapa dan mengarahkan. Nafas saya sudah mulai ngos-ngosan, tidak karuan. Maklum, tidak pernah goes. 
"Tadz, sadelnya kurang tinggi, nanti akan terasa berat mengayuhnya", sapa salah satu jamaah goes D'lur, dan beberapa jamaah berhenti sambil mencari kunci untuk menurunkan sepeda yang tak pernah tersentuh tangan yang mulai berkeringat dingin ini, pemiliknya sudah dua bulan mondok dan lama sudah dimusiumkan. 

Beberapa menit berikutnya, "Ayo tadz, semangat, kalau jalan lurus posisi girnya di tengah". Ternyata dari jauh, ada yang memperhatikan gerak kaki yang mulai lemah, tangan yang mulai kaku, nafas yang sudah naik turun. 

"Santai mawon, kita goes kok, ada yang mengarahkan di depan dan ada yang nunggu di belakang" Ia tersenyum dan memberi semangat. Agar saya dapat mengatur ritme nafas dan gerak. Menikmati gowes. 
"Asyik" gumam hatiku, inilah arti persaudaraan. Maju bersama, sukses bersama. Tidak rela saudaranya tertinggal, apalagi gagal. Semuanya mensupport untuk maju bersama, walau ada satu dua yang bergerak sendiri, mungkin nasipnya sama dengan saya, masih belajar mancal. Ia juga tidak mampu membawa dirinya sendiri, apalagi membawa dan mengarahkan orang lain. Tapi, semuanya luar biasa, seakan-akan tidak rela saudaranya ada yang tertinggal, selalu ada yang menanyakan dan mengarahkan. Bahkan rela memasang badannya paling belakang, takut ada yang salah jalan, ada barang yang jatuh, atau ada yang butuh bantuan. 

Pukul 05.30 wib setelah istighasah di masjid BCT, semua bergerak menuju bundaran. Wajah-wajah cerah dengan kostum bertuliskan "D'Lur Nggowes BCT" mulai menata sepeda pancalnya dengan berbagai mereknya, tapi saya heran tak ada yang melirik sepeda orang lain apalagi menanyakan harganya. Sepertinya mereka yakin akan kekuatan sepedanya sendiri. Dan tidak mempedulikan merek-merek itu. Sepertinya iri dan dengki akan milik orang lain tidak terlihat pagi ini, mereka sangat enjoy dengan maliknya masing-masing, ada yang setengah tua, ada pula yang masih nyess. Inilah kekuatan. Karena kita menuju satu titik "Bergerak" menuju satu "Fokus" kebersamaan. Iri dan dengki akan merusak kebersamaan. 

"Tadz, saya yang saja yang memompa bannya" Si rambut panjang terurai dengan wajah cakep ini mulai memompa ban belakang dan depan. Trima kasih yang gus. Inilah arti kepedulian. 

Sebelum mancal bersama, diawali dengan pemanasan dengan berbagai gerakan. Asyik. Ternyata pemanasan gowes ini berbeda dengan pemanasan renang. Inilah arti muqaddimah. Harus ada pengantar, pendahuluan, pemahaman awal dalam setiap aktifitas. Tidak boleh grusah-grusuh dalam menghadapi hidup, nanti akan sakit semua. Babak belur. Menata niat serta mengatur nafas untuk bergerak hebat. "At-tani min ar-rahman, At-ta'ajalu min asyaithan". 

Rute perjalanan cukup jauh. Ukuran saya, yang tidak pernah gowes. Medan yang berkelok, bergelombang, menanjak dan terkadang sedikit curam (turun.he). Tapi, tetap asyik. Tidak terasa capek, bahkan keringat seperti tak keluar dari tubuh. Mungkin karena bersama. Di perjalanan sambil ngombrol ringan, saling memberi semangat, riang bersama, dan tentunya mancal bersama dengan yel-yel D'Lur Gowes "Salam Satu Aspal, Dua 
Pedal" inilah arti kebersamaan.

Rehat sejenak di Musium Brawijaya. Mengabadikan diri dalam sorot kamera. Mengatur ulang strategi atau menetapkan dan memantapkan perjalanan. Diarahkan menuju jalan dengan rute yang tepat. Rehat sejenak. Sama dengan tumakninah. Dalam perjalanan itu tidak ngoyo. Butuh rehat. Menenangkan diri, untuk mengatur strategi. Berhenti bukan untuk berhenti. Tapi, berhenti untuk melaju lebih pasti. 

Setelah menempuh perjalanan cukup panjang, akhirnya sampai juga. Alhamdulillah. Saya ternyata bisa juga. Walau terseok-seok. Bila ada keinginan kuat, dengan ikhiyar maksimal, tawakkal, akhirnya sampai jua. Inilah arti usaha. 

Selonjor sambil menyantap berbagai makanan hasil sumbangan berjamaah dari beberapa jamaah gowes D'Lur. Menu-menu makanan segar,  tentunya merayu mulut dan mata untuk dijamah. Es jeruk, es teller, mendoan, urap-urap, ikan bakar, pecel dan menu lainnya yang menggoda. Asyik banget. Sulit dibayangkan. Segeeer di mulut. Karena saya lupa bawa minum dari rumah, malu meminta. Mau beli takut ketinggalan. Kemudian dapat menu seger, seperti diguyur es dalam kepanasan. Inilah arti perjuangan. Berjuang, pada akhirnya menikmati keindahannya.

Es jeruk sebenarnya biasa. Tapi, pada moment dan suasa tertentu ia menjadi luar biasa. Maka, betapa luar biasanya yang terbiasa menciptakan moment-moment yang tidak biasa. Inilah arti kreatif. He. 

"Enjoy cycling, no drama" saya terperangah, mendengarkan sambutan ketua Gowes kali ini, Pak Edy. "Di sini, tidak ada ketua, ketuanya nanti giliran" katanya sambil tersenyum. 

"Enjoy cycling, no drama" kata Pak Edy. Ia melanjutkan ta'birnya "Dalam gowes tidak boleh ada yang sombong, sok kuat, sok paling hebat. Tidak boleh ada yang pura-pura. Karena nanti akan capek sendiri dan menyiksa. Biasa saja, enjoying". Benar sekali, berpura-pura itu sesuatu yang paling menyakitkan. Capek. Sumpek. Dan bisa membunuh dirinya secara pelan-pelan. Drama, biarkan ia berada di atas  panggung saja. Tidak dalam kenyataan. Dalam gowes atau juga dalam kehidupan, ketika capek yang istirahat jangan sok kuat. Nanti akan tersiksa sendiri bila berpura-pura (drama).  

Gowes itu tidak mudah, menurut saya, ia butuh keikhlasan istri dan anak-anak, kecuali gowes dengan keluarga. Istri yang harus mengikhlaskan dirinya bersama si kecil dengan kesibukannya di rumah, belum lagi merebut waktu liburan untuknya. Gowes bisa lancar, bila semua dapat diselesaikan, terutama izin pada yang punya liburan.he. Hal ini, bisa dilalui dengan rembuk bersama. Inilah arti saling memahami (tafahum) dan saling merelakan (taradhi) dan kebersamaan. Gowes tidak boleh egois.he. 

Inilah pelajaran gowes bersama tim D'lur Nggowes Bukit Cemar Tidar.

Terima kasih pada para inisiator, tim penyemangat, tim cameramen, bengkel gowes, penyedia makanan yang dahsyat, dan semua yang tidak bisa disebut dalam coretan gowes ini. 

Dan terima kasih pada kata-kata ini "Tadz, besok gowes" Setiap Hari Sabtu Ahad setelah shalat Shubuh, kata-kata ini selalu membakar saya. Terima kasih Pak Agung, Pak Oky. Mohon maaf, selalu tidak bisa berselancar di samudera hitam (aspal), karena satu dan dua hal. 

Syukran semuanya. Pelajaran berharga. Salam Satu Aspal, Dua pedal. Bersama itu indah, saling memahami itu rahmah. 

Malang BCT, 06 September 2020

1 komentar:

  1. Luar biasa.... semoga kebersamaan selalu tetap terjaga dan terpelihara dengan kejujuran, kepedulian dan saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran.... aamiiiin

    BalasHapus