Halimi Zuhdy
Muslim itu tidaklah tegang, hidupnya indah penuh senyum, penuh tawa, penuh bahagia, karena syariat memang mendorong muslim itu untuk hidup penuh kebahagiaan. Beribadah untuk bahagia, bersyukur agar senang, bersabar agar tetap bahagia, serta mengingatNya untuk hidup indah dan girang, "Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah, hati menjadi tentram.” (Q.S Ar-Ra’du:28).
Untuk apa hidup sedih, sumpek, masygul, getir, merana, pedih, getir, bukankah Islam mengajarkan untuk selalu bahagia, di dunia pula diakhirat. Fiddunya hasanah wa filakhirati hasanah. Bertemu ada ungkapan salam sejahtera, berpisah "maas salamah", apakah ada ungkapan sedih?. Nabi mengajarkan untuk selalu berbahagia dan tersenyum, "Tabassumuka fi wajhi akhika shadaqah", Senyummu pada saudara adalah sedekah.
Sampai-sampai syariat melarang keras untuk berbuat dosa, maksiat, kemunafikan, dusta, dan lainnya yang tidak baik, mengapa? Karena akan menganyarkan pada kesedihan, sejumudan dan ketidakbahagiaan, belum lagi janji neraka bagi pelaku dosa. Bukankah syariat menginginkan kaum muslimin selalu hidup bahagia.
Mari kita lihat sekilas sosok Nabi Sang Teladan Umat, wajahnya selalu berseri-seri yang memandangnya selalu merasa bahagia, selalu lapang, dan setiap orang selalu merasa dekat, merasa akrab, dan merasa paling dicintai olehnya.
Sahabat-sahabat Nabi berkata, bahwa tidak ada yang lebih banyak tersenyumnya dari pada Nabi, seakan-akan hidup Nabi dipenuhi dengan kebahagiaan, bila dihina, dicaci, berbagai cobaan menerpa selalu tersenyum dan sabar, seakan-akan risalah cinta dan bahagia untuk kaumnya.
وكأن الابتسامة رسالة حب وسلام بين الناس، وتلين الغضب وتذهب الشيطان، حتى أنه عليه الصلاة والسلام روي عنه أنه كان وقت البلاء كان يبتسم لأصحابه ويحثهم على الصبر والدعاء، والرضا بقضاء الله عز وجل.
"Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuatbaiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan (Al-Qashah, 77)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar