Kamis, 28 Mei 2020

Silaturahmi & Robohnya Istana Ibrahim

Halimi Zuhdy

Kabar duka menghentak Sai'd Ibn al-Masyyab, Ibrahim bin Muhammad bin Talha dikabarkan meninggal dunia. Sa'id penuh tanya, bagaimana ia meninggal dan bagaimana kondisinya. 

Sa'id: "Bagaimana Ibrahim meninggal?" ia penuh tanya

Mukhbir: "Bangunan-bangunan istananya roboh. Saat itu ia berada di dalamnya,"!! Ia meyakinkan, Ibrahim meninggal tertimpa bangunan. 

Sa'id: "Ini tidak mungkin terjadi, Allah tidak mungkin mencabut nyawanya dalam kondisi itu (ditimpa reruntuhan). Allah enggan berbuat itu"!! Ungkap Sa'id penasaran. 

Kemudian orang-orang menyisir Istana Ibrahim yang runtuh dan menggalinya  sedikit demi sedikit. Masyallah. Orang yang menyisir di reruntuhan berhasil menemukan Ibrahim. Ia ditemukan dalam keadaan hidup. Tidak ada goresan dan luka sedikit pun di tubuhnya. Ajaib.

Mereka bertanya-tanya pada Sa'id, "Bagaimana Anda tahu wahai Sa'id, Ia tidak meninggal di bawah reruntuhan itu?"

Sa'id: "Karena beliau selalu bersilaturahim, dan  orang yang selalu bersilaturahim (baca:silaturahmi) akan menyelamatkannya dari mati mengerikan, mati buruk. Maka rekatkan dan jalinlah silaturahim itu!! ".

Perbedaan pendapat terkadang membuat rahim yang dulu terajut mesra dari satu rahim (ibu) terputus. Egoisme kekuasaan, kakayaan, lebih dipilih dari menyulam rahim yang terurai berai. Kepentingan diri; pangkat, kemasyhuran, harta, dan keakuan, seringnya meretakkan tembok persaudaraan dan persahabatan. Rahim yang bermakna kasih, sudah tidak lagi diindahkan, lebih suka dhalim diri untuk kebahagiaan. 

Maka, yang terputus hendaknya dirajut, yang terujut dieratkan, yang erat dirawat dan dimohonkan padaNya tuk kekal sampai akhirat. Memutusnya, adalah dosa besar.  "Tidak akan masuk sorga orang yang memutuskan (persaudaraan)". (HR. al-Bukhâri dan Muslim)

Sulit memang merekatkan kaca retak, ia kan tetap retak walau disulam dengan seribu emas, tapi betapa indahnya, jika tetap disulam dengan penuh rindu. Seperti orang yang pernah marah pada seseorang, yang dimarahi  pastilah sakit, perih, terpukul dan hatinya kan retak, tapi jalinan silaturahim kan merajutnya walau butuh waktu lama. Disinilah indahnya ikatan itu, seperti baju yang terkoyak, disulamnya dengan mutiara. 

Di bulan penuh berkah ini,  mari merajut kasih dengan kerabat dekat, karabat jauh, dan para sahabat yang pernah diluka dna terluka oleh kita. 

Sesungguhnya (kata) rahmi diambil dari (nama Allâh) ar-Rahman. Allâh berkata, “Barangsiapa menyambungmu (rahmi/kerabat), Aku akan menyambungnya; dan barangsiapa memutuskanmu, Aku akan memutuskannya”. (HR. al-Bukhâri dari Abu Hurairah).

***

Di era Covid-19 ini,  maafkan bila tak dapat menyentuh tangan panjenengan. Bila tak dapat mengetuk pintu rumah panjenengan. Atau lupa memberi kabar dan memohon maaf lewat media sosial. Atau mungkin sengaja, masih ada ego yang mengerat, mengkarat, maka maafkan al-Faqir. 

Tabik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar