Sabtu, 16 Mei 2020

Ini Rahasia Ayat Ayyaman Ma'dudat dalam Puasa

Halimi Zuhdy
      
Ayat-ayat puasa yang menyatu padu dari ayat 183-187 dalam surat Al-Baqarah sangat menarik untuk dikaji, pada ayat 184 terdapat kalimat "Ayyaman ma'dudat", yang dalam kajian Bahasa dan sastra memiliki beberapa arti; Pertama. Ayyam (hari-hari) adalah jama' qillah (jamak terbatas, 3-10), dan kata ma'dudaat (tertentu)  juga dianggap jama' qillah.

Puasa di bulan Ramadan, tidak hanya beberapa hari, tetapi  29/30 hari, bukan qillah (sedikit) tapi kastroh  (banyak). Maksudnya banyak, tetapi kalimatnya menunjukkan sedikit (tanzil al kastir ala alqalil). Menurut Fadil as-Samiri, puasa yang hanya beberapa hari, tetapi di dalamnya terdapat pahala yang sangat besar sekali, itu menunjukkan pleonastis (mubalaghah) dalam bahasa Arab.

Kedua, Penggunaan "Ayyamam Ma'dudat", menunjukkan kalimat qillah (sedikit), untuk menunjukkan bahwa puasa hanyalah beberapa hari dan mudah dilakukan orang mukallaf, juga sebuah ungkapan yang "ringan" bagi mukmin. Artinya, tidak ada yang sulit dan berat bagi seorang mukmin untuk melakukan kewajiban puasa tersebut. Dan Allah maha kasih, sehingga kewajiban puasa hanya beberapa hari saja, tidak berbulan-bulan, apalagi satu tahun, demikian pendapat Imam at-Thabari.

Ketiga, menggunakan "Ayyama Ma'dudat", menunjukkan bahwa berpuasa di bulan Ramadan itu sangat terbatas, dan dibatasi oleh waktu. Maka, hendaknya seorang mukmin menggunakan waktu yang terbatas itu sebaik-baiknya, dan setiap detiknya tidak lepas dari berbuat kebaikan dan ibadah, sebagaimana hadis"......Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya......." (Bukhari dan Muslim).

Betapa pahala berlipat ganda, dalam waktu yang sangat singkat, dan waktu itu tidak dapat terulang kembali pada hari-hari berikutnya. Setiap detik,  menit, dan jamnya memiliki pahala tersendiri dengan lapis-lapis pahala.

Keempat, "Ayyamam Ma'dudat" adalah sambungan dari ayat sebelumnya "Sebagai mana diwajibkan bagi orang-orang sebelum kalian", Beberapa ulama tafsir berpendapat, bahwa sebelum puasa Ramadan diwajibkan, orang-orang terdahulu juga diwajibkan melakukan puasa "beberapa hari". Dan ulama berbeda pendapat terkait dengan puasa ini; ada yang berpendapat tiga hari setiap bulan, ada pula setiap hari Astura' dan lainnya. Artinya kewajiban puasa tidak sepanjang tahun, tetapi hanya beberapa hari yang terbatas, walau jumlahnya berbeda antara umat Nabi Muhammad dengan umat sebelumnya.

Kelima, "Ayyamam Ma'dudat" puasa sangat singkat sekali, kita sudah memasuki 10 terakhir, Sepuluh dengan lipatan-lipatan yang sangat dahsyat, tapi tidak sedikit yang melalui di tempat-tempat yang kurang tepat, dengan membuang-buang waktu yang jarang didapat. Walau hanya “waktu terbatas” tetapi bagi orang yang tidak memahami pentingnya waktu, ia tetap melalui dengan kesia-siaan.

Mudah-mudahan ayat "Ayyamam ma'dudat" ini menjadi refleksi untuk penulis sendiri dan para pembaca, bagaimana menggunakan "hari yang sangat terbatas" dengan kebaikan-kebaikan, ibadah dan amalan yang disunnahkan. Berjibun pahalan dan keberkahan, agar tidak menghilang begitu saja.

Oleh: Halimi Zuhdy
Dosen Bahasa dan Sastra ARab UIN Malang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar