Beberapa hari yang lalu seorang Arab mengirimkan vedio madah yang berjudul "Uhibbuka Ya Rasulallah, Fahal Taqbal?" dan sebelumnya saya menulis kisah Sayyidah Aisyah sampai tiga judul tulisan. Puisi ini menghentikan saya untuk melanjutkan judul ke empat tentang "Sayyidah Aisyah dan Candradimuka".
Saya dengarkan puisi ini beberapa kali, serasa saya terbawa pula untuk mengatakan yang sama "Fahal Taqbal, apakah kau menerima cintaku". Dan serasa tak elok, bila menulis kisah Ummul Mu'minin bila belum bershalawat pada Sang Baginda Nabi.
Puisi ini dirajut oleh Abd al-Aziz Jaudah, tentang rasa cinta yang menggebu kepada sang Baginda Rasul, tapi kemudian ia mempertanyaan cintanya sendiri, apakah cintanya diterima oleh Sang Baginda?. Puisi sangat panjang sekali, namun hanya beberapa ungkapan yang saya terjemah.
*********
Aku Mencintaimu Ya Rasulallah
Apakah Kau Menerima Cintaku?
Karya: Abd al-Aziz Jaudah
Benar
Aku tak pernah melihat binar cahaya di wajahmu
Dan tak sekali pun mendengar lembut indah suaramu
Dan aku tak pernah pula membawakan pedang dalam rombongan perangmu
Aku tak pernah sehari pun menghancur leburkan diriku dengan bara merah laksana kobaran api, dan tak pula ikut kecamuk perang Uhud
Aku tak pernah ikut perang Badar melawan gerombolan kafir
Aku tak pernah ikut hijrah, Aku juga bukan dari golongan Anshar
Aku juga tak pernah sehari pun membawa bekal menuju bibir goa
Tapi, wahai Nabiyallah...
Demi Allah, Aku benar-benar mencintaimu dari lubuk hatiku laksana deru angin yang menusuk relung
Apakah Engkau menerima cintaku, wahai...Rasulallah?
Apakah Engkau menerimanya?
Sungguh.
Aku benar-benar datang terlambat ke sini, tempatmu. Tapi Aku bukan bermaksud hilah
Andai seseorang dapat menghantarkan dirinya kapan pun, Aku kan berharap untuk datang lebih awal
Aku sendiri masih bingung
Siapalah Aku di antara Sahabat dan orang-orang pilihan itu
Aku bukan "Anas" yang melayanimu
Aku bukan "Umar" yang mendukungmu sepenuh hati
Aku bukan "Abu Bakar" yang selalu membenarkan sabdamu
Aku juga bukan "Ali" yang menjagamu
Aku bukan "Usman" yang mendukungmu
Aku bukan "Hamzah" bukan pula "Amr", juga bukan "Khalid".
Islamku, sungguh aku dapatkan dari orang tuaku, ia sebuah kehormatan bagiku
Aku belum pernah mendengar gema takbir "Bilal", tubuhku tak pernah dipanggang hidup-hidup di padang sahara penuh gersang
Aku tak pernah ikut menghancurkan berhala,
Aku juga belum pernah berperang melawan orang-orang kafir
Tanganku tak pernah dikerat dalam kecamuk perang
Tak ada tombak yang menghujam tubuhku, kemudian merobek-robek jantungku
Aku tak pernah membawa bendera perang
Aku tak pernah menghadapi musuh dengan pongah gagah berani
Dan Aku tak pernah memegang erat bendera Islam
Aku hanyalah seorang anak yang merindumu, ya merindumu
Tapi...Ya Rasulallah
Diriku sungguh mencintamu ya Rasul, cinta Allah sungguh erat
Aku mencintaimu... Ya Rasul
Cinta yang bukan hanya ungkapan taqwa dan iman
Bukan pula karena Aku seorang muslim, bukan juga karena Aku mabuk kepayang
Aku cinta, bukan karena Aku seorang hamba dan diperintah oleh Sang Ar-Rahman
Aku mencintaimu dari relung hatiku, ia pelebur hausku
Aku adalah tetes air di tepi bibirku dan dalam cinta selalu ada rindu yang dahaga
Aku mencintamu ya Rasulallah
Aku mencintai Muhammad sebagai manusia
Aku rindu Muhammad yang selalu berlaku adil, wajahnya yang berseri-seri bila bila memberi maaf
Aku mencintamu Muhammad, jujur bila bersabda
Aku mencintaimu Muhammad yang menebar kebaikan pada seluruh manusia, suka memberi tanpa minta belas kasih
Aku mencintai Muhammad yang berkahlak mulia
Aku mencintai Muhammad yang penuh belas kasih
Aku mencintai Muhamamd yang memuliakan tetangga
Aku merindu Muhammad sebagai ayah yang penuh cinta
Aku merindu Muhammad yang teguh dalam berjanji
Aku merindu Muhammad, seorang suami yang adil laksana timbangan manakala berbagi
Aku merindu Muhammad yang jujur manakala berkata dan bersumpah
Aku mencintai Muhammad
Aku mencintai Muhammad yang penyabar
Aku mencintai Muhammad sang panglima
Aku mencintai Muhammad yang zuhud
Aku mencinta Muhammad yang harum ketika merekah
Aku mencintai Muhammad dalam Goa
..menaninya...
Jibril..di sini
Awal mula turun At-tanzil
*********
Firman Allah
Mengguncang alam semesta yang di bawahnya
Dari atas, suara itu
Ana al-Wahid
Ana al-Wajid
Ana al-Majid
Maha suci Allah
dari berbagai agama kami bertandang di hari itu
tanpa alas kaki, kita semua telanjang
laksana anak ayam tanpa bulu-bulu
bagai anak hilang
Kami semua panik, mencari Engkau Ya Rasul
Kami memohon sambil merengek: Ya Rasulallah
Ajirna ajirna Ya Rasul...
tolonglah kami dari siksaan hari ini
kasihanilah kami ..
dari bencana dahsyat menakutkan yang menimpa kami
Engkau berdiri di depan kami semua
Ya Rasul
Mohonlah pada Allah, agar
Dia mengampuni kami
Janji ini dari Tuhan kami
Wahai kasih yang penuh kasih
buatlah kami tenang
ketakutan ini akan membunuh kami
Kami di sini Ya Rasul
Buatlah tangisan dan rengekan kami berhenti
Di hadapan Allah
Aku bukanlah siapa-siapa, dan tak punya apa-apa
Tak ada yang mengenalku, dan aku tak mengenal siapa
Kecuali harapanku
Barangkali ampunan dapat menyelimuti
Dengan mencintaimu, Ya Rasulallah
Penerjemah Halimi Zuhdy
Malang, Jum'at 17 April 2020
Ket Gambar: Google. Pinteres
Tidak ada komentar:
Posting Komentar