Halimi Zuhdy
Entah mengapa tanggal 21 Maret kali ini senyap. Biasanya di beranda perpus Ar-Rasikhun ada kopi dan puisi, di altar Fakultas Humaniora ada kemeriahan Maqha al-Adab (Kopi Sastra), di beberapa laman IG @puisi_arab ramai tah'niah. Beberapa minggu yang lalu juga sudah berbincang parade puisi di Ukadz.
Kali ini semua lupa atau mulupakannya, bahkan seakan-akan tak ada yang mau mengingatnya. Karena wabah itu benar-benar berasa. Ucapan Hari Puisi tahun lalu begitu menggema di beberapa grup, Muntada Syu'ara, Muhibbu Syi'ri, Muntada Syi'ri Arabi, Abyat Syi'ri dan beberapa grup lainnya. Multaqa digelar di beberapa tempat, kali ini, tak ada kalimat, atau saya saja yang tak mau tahu.
Benar-benar lengang seperti pekuburan di malam hari. Walau ada jangkrik dan burung hantu, ia hanya sebatas sahabat kelam. "Ada apa dengan hari ini?" tanyaku. "Tak ada apa-apa, yang ada hanyalah rasa yang berbicara dirinya". Sautnya.
Tak ada surat perintah penahanan dari surat siapa pun, tapi hari ini semua ingin dipenjara, kalau tidak, ia akan memenjarakan dirinya. Kebebasan terbungkan dengan sendirinya, tak bebas berlanglang, si kaya tak lagi punya kuasa untuk membeli kebebasan, apalagi yang miskin. Rumah adalah penjara hari ini. Bagi tim medis, perang melawan musuh yang tak pernah menampakkan dirinya.
Beberapa puisi begitu ramai, sebelum, ketika dan setelah Hari Puisi dengan tema yang sama "Korona" terutama di Multaqa, Halaqat, Muntada dan Rawabith. Kemarin saya berselancar di beberapa web, tak ada tahniah, kalau ada itu pun tak banyak. Bertemu dengan laman al-Jazirah yang mengangkat tema "Syu'ara Mahjuruna Yarqibuna al-Jaihah fi Yaum al-Syi'r al-'Alami", Bagaimana para penyair menyaksikan pandemi di Hari Puisi Dunia?.
Beberapa pertanyaan menarik dari wartawan Al-Jazirah pada beberapa penyair Arab yang terisolasi baik yang tinggal di negeri Arab dan di beberapa negara lainnya, Puisi apa yang sedang kanda penyair tulis sekarang? Apa peran Anda dalam menghadapi epidemi ini (Covid-19)? Dan apa yang dilakukan puisi (di masa epidemi) dalam menghadapi invasi Korona ke berbagai belahan dunia?
Penyair Irak -pada al-Jazirah- yang bermukim di London, Abdul-Karim Kassad mengakui bahwa "Puisi tidak menjamin keselamatan umat manusia dan tidak juga masuk ke kerajaan bumi dan langit." Tapi dia menekankan bahwa "Puisi selalu terbuka untuk siapa saja yang ingin dihibur. Dan puisi tidak menghentikan siapa pun, tetapi ia menyambut semua orang yang ingin beristirahat dalam naungannya apakah itu pohon, tenda, bayangan dinding atau lainnya."
Abdul Karim melanjutkan bahwa apa yang dialami dunia saat ini bukanlah kesengsaraan puisi semata, tetapi kesengsaraan semua orang, terutama mereka yang tidak memiliki apa-apa selain menunggu .. menunggu keselamatan yang tidak akan datang sampai setelah mereka kehilangan banyak hal, waktu, harta bahkan nyawa.
"Mereka dikurung di rumah-rumah, mereka terancam bukan hanya dari epidemi, tetapi dari sistem yang memerangi epidemi yang merupakan musuh umat manusia, beberapa di antaranya tidak segan-segan menyatakan untuk bersiap pamitan dengan orang-orang yang kita kasihi dan menyingkirkan orang-orang tua kita, melainkan merencanakan hal itu sebagaimana yang dinyatakan dalam artikel Chomsky yang sangat menakutkan"
Dan masih banyak pesan-pesan para panyair dunia pada world poetry day/al-yaum al-alamy lil syi'r/hari puisi dunia. Tapi bukan sebuah perayaan seperti biasa. walau lengang, tapi pesan mereka sungguh membawa angin segar. Bagaimana dengan para penyair di Indonesia? tentunya juga sudah sangat banyak, ada yang membuat puisi, pesan indah, wasiat taqwa, atau mungkin berbagai pesan yang membantu masyarakat dalam menghadapi Korona!
Mari kita perayaan Hari Puisi Dunia dan Peringatan Isra' Mi'raj dengan berdoa kepada Allah agar wabah ini segera diangkat oleh Allah, bagi keluarga yang terkena musibah kita doakan mudah-mudahan diberikan kesabaran, dan kita semua mudah-mudahan diselamatkan dari wabah ini.
***********
Dan hari ini bertepatan dengan Peringatan Isra' dan Mi'raj Nabi Muhammad SAW. Saya sendiri hampir lupa bila tak ada ucapan santri di grup PP. Darun Nun, pesan dengan kutipan Ayat 1, al-Isra'.
Hari yang sangat indah bagi umat Islam, biasanya dirayakan di berbagai tempat, masjid, mushalla, pesantren, dan di berbagai tempat, tapi kali ini juga sepi. Di berbagai grup juga tidak seperti biasanya. Mudah-mudah peringatan ini, mengingatkan kita akan pentingnya Mi'raj kepadaNya, dengan shalat, walau musibah terus merajalela keberbagai pelosok, bahkan sangat dekat dengan kita, tapi kita tak melupakan shalat. Kalau masjid ditutup, dan itu untuk kemaslahatan kita, tapi tidak tidak menutup masjid-masjid rumah kita.
Allahumma Bariklana fi rojaba wa sya'ban waballighna Ramadhan.
Malang 22 Maret 2020,
Zona Merah, mudah mudahan segera pudar warna ini dan berganti warna indah. Ya Rabb.
اللهم انا نعوذبك من البرص والجنون وسيء الاسقام.
اللهم يارب الأرض والسماء أنزل علينا الشفاء وأذهب عنا الداء وهزيمة الوباء، اللهم إن كنت طردتنا من بيوتك لا عمرة ولا جمعة ولا صلاة في المساجد فلا تطردنا من رحمتك ولا تؤاخذنا بما فعلنا وكن لنا ولا تكن علينا، اللهم إن كان هذا الوباء والبلاء بذنب ارتكبناه أو جرم أجرمناه، فإنا تائبون إليك منه ونادمون، اللهم يا منزل الداء أظهر لنا الدواء واجعله في أيدينا سهلا ميسورا، بفضلك وكرمك وجودك يا أكرم الأكرمين".
Munir Mezyed Binhad Nurrohmat Abdul Wachid Bs نجاة الماجد
Tidak ada komentar:
Posting Komentar