Halimi Zuhdy
"Ustadz, katanya mendoakan orang mati itu dosa?". Kata salah satu jamaah halaqah Sahar.
"Tidak benar itu, malah mendoakan orang mati itu dianjurkan dan mendapatkan pahala. Maka kita menyebutnya almarhum, sebagai doa untuknya, mudah-mudahan diberi rahmat". Ustadz itu menjawab dengan nada tinggi. Sepertinya jengkel banget.
Penanya tadi tidak puas, dan pergi ke halaqah lainnya, halaqah Sahir. Ia bergumam, "Masak sih, mendoakan orang mati itu mendapatkan pahala, ustadz itu pasti ngarang, tak ada dalilnya?".
Ia pergi ke beberapa halaqah lainnya, jawaban sama yang ia terima. Akhirnya ia pergi ke ustadz yang mengajar bahasa di SDI Tidar, jawaban sang ustadz di luar dugaan si penanya, ustadz ini menjawab bahwa medoakan orang mati itu tidak boleh, hukumnya haram. Ustadz ini juga menambahkan, "Doa orang mati itu tidak pernah sampai, dan tidak akan sampai". Si penanya ini tambah bingung.
Sang ustadz ini menjawab sambil senyum-senyum, si penanya tambah bingung bin sumpek. Tidak puas, ia pun pergi sambil nyerocos, "Orang sekarang itu aneh-aneh, katanya anjing najis, kyai malah menggendong anaknya. Daging Babi najis, kyai malah nyuapin anaknya makan daging. Nyuruh orang shalat katanya dosa. Yang aneh lagi, maka dosa diimami orang yang aktif merokok."
"Loh, kok bisa doa orang mati tidak sampai?" ia terus merenung. Akhirnya ia pergi ke Gus Mujib yang ahli meramal masa depan dengan menggunakan tasbih yang diputar, dan Gus Mujib ini juga suka banyol bin lucu.
"Gus, kulo sumpek...sumpek...sumpek, sak niki kathah (banyak) orang yang ngegas kalau ditanya, sukanya ngomong ...haram, sedikit-dikit...dosa. Bahkan saling menjelekkan antar ustadz, antar kyai, dan sepertinya medsos sebagai ajang pitnah mempitnah..." sambil memegang kepalanya, ia curhan sama Kyai Mujib.
"Loh...loh.., ada apa Cung?" Kyai Mujib menangkannya. Si penanya tadi kemudian mengungkapkan beberapa yang menjadi kesumpekannya tentang hukum-hukum di atas.
Wak Yai Mujib tersenyum lebar, sambil mekekel (tertawa hebat), rokok yang bertengger di mulutnya lepas, matanya sampai berkaca-kaca karena tawanya yang membahana.
"Cung...cung, kamu ini lucu, masak ada orang mati bisa mendoakan? Terus kalau ia mendoakan, sampainya kemana?. π. Ia sendiri butuh doa. Yang kedua, ia ialah berdosa mendoakan seseorang agar mati, kamu ini lucu...π. Tapi kalah lucu sama saya"
"Kamu tambah lucu Cung, masak orang merokok sholat, apalagi jadi imam, ia batal lah...bergerak saja dibatasi apalagi rokoanπππ. Kalau makan babi itu tidak boleh, tapi kalau makan daging ya boleh, tapi daging ayam cungπ". Kyai Mujib pergi dengan ketawa-ketiwi, karena banyak orang mengeluh tentang hal-hal yang kadang tak masuk akal, tapi dibuat serius.
"Sebentar kyai, satu yang belum saya terima, bukankah orang mati bisa mendoakan yang hidup Yai? Mereka menjawab salam, hadisnya shaheh yai. Mereka saling berkunjung. Dan mereka yang saleh, saling mendoakan". Kata si penanya sambil ngejar kyai.
"Tayyib, nanti buat halaqah dan mengkaji khusus tentang orang mati yang hidup, yang mendoakan" dengan wajah serius kyai Mujib merespon, dan membatin, "Benar juga ya"π₯Ί
_Salam Ukhuwah Islamiyah._ π€©
#dagelanSantri
#humor santri
Lelucon di atas, menghimpun dari berbagai pesan-pesan lucu yang dinarasi ulang.π
Malang, 11 Maret 2020.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar