Senin, 18 November 2019

Menikmati Surga Dunia, Kemudian Surga Akhirat

Halimi Zuhdy

“Jangan terlalu memikirkan urusan dunia, nanti kamu sulit memikirkan akhirat” itu potongan kalimat khutbah salah satu teman ketika berceramah. “Kalau kamu terlalu senang di dunia, nanti di akhirat sulit senangnya lo!!”, tambahnya. 

Masih banyak ungkapan-ungkapan yang kadang salah dipahami oleh para mustami’in (pendengar), atau salah paham terhadap surga di dunia. seakan-akan tidak boleh berbahagia di dunia, takutnya di akhirat tidak bahagia. berbahagia di dunia itu tidak salah, bahkan dianjurkan, demikin juga nanti berbahagia di Akhirat. Fiddunya hasanah, wa filakhirah hasanah.

Bahagia itu adalah senang dan tenang. Ada orang yang merasa senang karena banyak keinginannya terpenuhi. Ada orang yang merasa senang karena diberikan kesabaran untuk menyelesaikan berbagai masalah. Ada orang yang merasa senang karena selalu diberikan jalan keluar dalam setiap masalah.
Ada orang yang merasa senang karena berhasil mendapatkan kecintaan seseorang. Ada pula orang yang merasa senang karena memeproleh harta, pangkat dan lainnya.

Apakah semua kesenangan dunia itu abadi? Tidak. Misalnya, bila kita ingin sekali memiliki sepeda motor, karena setiap hari berjalan kaki dan terasa capek berjalan menuju kampus yang cukup jauh, maka tidak beberapa lama kita pun bisa membeli motor itu. Apakah senang? Ia pasti senang, apakah senangnya abadi? Jawabannya, bisa Ia, bisa tidak. Tetapi, bisa dipastikan kesenangan memiliki motor itu tidak akan bertahan lama. Karena akan terlupakan dengan keinginan lainnya. Serta, hal itu hanya beralih saja dari keinginan satu menuju keinginan yang lainnya. Itu kesenangan dunia. Setelah memiliki, selesailah kesenangan itu. Berikutnya, bagaimana ia mengatur hati. Setelah kita ngeler bakso beberapa bulan, dan suatu hari dapat menyantapnya, apakah senangnya sepanjang hari?.wkwkw

Apakah ada yang merasakan bahagian sepanjang waktu bila sudah memiliki sesuatu yang diinginkan? Bukankah tidak ada sesuatu di dunia ini yang abadi? Apakah masih bisa bahagia dengan sesuatu yang tidak abadi?. Bila kita senang memiliki motor, apakah kepemilikan motor itu abadi?. Bila bertahan lama motor itu, apakah rasa bahagia itu bertahan?. (Direnungkan saja, tidak untuk dijawab. Wkwkwk)

Maka, Nabi sudah mengajarkan bagaimana cara bahagia yang abadi dalam setiap kondisi, dan bahkan kondisi yang paling sulit bagi orang lain, tetapi bagi diri mereka ini tetap masih dalam kebahagiaan. Bukankah ada orang yang punya rumah besar, mobil mewah, pangkat tinggi, namanya masyhur, namun di malam hari, bahkan sepanjang hari, bantalnya dipenuhi dengan air mata kesedihan?

Bukankah tidak sedikit berumah gubuk, miskin, pekerjaan tidak menentu, tetapi senyumnya selalu tersungging di mulutnya? Itu karena, kebahagiaan tidak diukur dengan seberapa banyak harta diperoleh, seberapa tinggi pangkat, dan seberapa masyhur dirinya. Artinya, wasilah-wasilah dunia itu bukanlah sebuah tujuan kebahagiaan. Walau itu memberikan pengaruh lo, namun tidak satu-satunya.

Ada tips dari Nabiyuna Muhammad ﷺ agar bahagia, senang, gembira setiap hari serta dapat membuat stabil hati dan pikiran yang kemudian mengantarkan pada kebahagiaan, yaitu bersyukur bila mendadpatkan kenikmatan, dan bersabar ketika mendapatkan musibah. Tips dahsyat ini mungkin sulit dilakukan, tetapi sangat mujarrab untuk membuat tenteram.

Ada pula yang diajarkan oleh Nabiyullah Muhammad ﷺ agar selalu merasakan kebahagiaan di dunia yang juga dapat membuat bahagia di akhirat adalah; 1) Selalu melihat orang yang berada di bawah kita, bukan yang berada di atas kita, sebagaimana Sabda Beliau “Lihatlah orang yang ada di bawahmu dan jangan melihat orang yang ada di atasmu, sebab itu lebih baik agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah. (Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah). 2) Merasa cukup (Qonaah), dan mungkin dengan hadis ini dapat membuat hati tenteram, “Siapa diantara kalian yang bangun di pagi hari dalam kondisi aman, tubuhnya sehat, dan memiliki makanan untuk hari tersebut. Maka seakan-akan dunia seluruhnya telah diberikan untuknya. (Al-Bukhari dan At-Thirmidz). 3) Selalu berbaik sangka pada Allah apa yang telah diberikan kepada hari ini, adalah pilihannya terbaik, baik urusan harta atau lainnya, tentunya setelah berusaha. 4) Tidak suka membanding-bandingkan, insyallah hidup akan tenteram dan bahagia, sebagai Ayat dalam surat A-Nisa’; 32 “Janganlah kalian mengharapkan Karunia Allah yang terdapat pada orang lain”.

Kehidupan itu akan selalu berputar, tidak akan pernah berhenti pada satu titik, selama kita hidup. Sedih dan bahagia akan selalu silih berganti, namun kebahagiaan dan kemudahan selalu Allah berikan lebih banyak dari pada kesulitan, dan tidak ada kesulitan yang berlarut-larut karena Allah juga selalu memebrikan jalan keluar.

Bukankah kita pernah dapat masalah?, adakah masalah yang sampai detik ini belum selesai? Kalau ada, masalah apakah yang sampai puluhan tahun itu?. Kalau toh ada, itu sangat jarang, bukankah sehat lebih sering dirasakan dari pada sakitnya. Itu menandakan, betapa Allah Maha Rahman pada hamba-hambanya. 
Sebelum berbahagia di Akhirat nanti, maka tips yang diajarkan Nabi untuk bahagia di dunia itu sangat dianjurkan. Sebagaimana harapan ketenangan, yang selalu bisa didapatkannya dengan dengan banyak mengingatNya, ala bidzikrillahi thathmainnul qulub, Ingatlah!! dengan mengingat Allah dapat membuat hati tenang. Dan bukankah ketenangan itu yang juga banyak dicari oleh manusia?. 
Allahu’alam bishawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar