Jumat, 30 Agustus 2019

Manusia Sangat Suka Ingkar Nikmat

(Analasis kata "Kanud" dalam Al-'Adiyat)

Halimi Zuhdy

Manusia itu makhluk yang unik, ia bisa tersenyum pula bisa tertawa, bisa mengeluh dan menerima keluhan, juga sering menolak untuk dibuat tempat mengeluh, mengeluhnya lebih banyak dari ridhanya.

Manusia itu makhluk unik, menerima banyak nikmat, tapi sering melupakannya, bahkan merasa tak pernah menerimanya. Bila diberi nikmat, masih sering merasa sedikit, bila dikasih lebih banyak juga tidak merasa banyak, kadang merasa belum pernah diberi.

Manusia itu unik, nikmat yang pernah dirasakan terhapus dengan setetes penyakit yang diderita. Sering pula melupakan segala kenikmatan terhebatnya.

Keunikan ini, bagi mereka yang tidak pernah bersyukur walau merasakan nikmat luar biasa, seperti tenggorokannya kering dari perjalannya pendeknya ketika kehabisan air, walau sebelumnya perjalan panjangnya selalu ada air yang diminumnya. Ia bersedih dengan memutihnya rambut, walau hitamnya sejak kecilnya sudah dinikmati. Ia marah  giginya sakit walau hanya satu detik, lupa puluhan tahun giginya bisa mengunyah banyak rezki dan nikmatNya.

Sesak nafas yang didera, seperti kematian buatnya, lupa bahwa jutaan nafas telah keluar masuk tanpa biaya. Debu yang menghalangi matanya, membuatnya amarah membara, ia lupa  puluhan tahun matanya memandang kenikmatan dunia tanpa cela.

Sebagaimana Firman Allah swt:
"Sungguh, manusia itu sangat ingkar, (tidak bersyukur) kepada Tuhannya" (Al-'Adiyat;06)

(إِنَّ الْإِنْسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُودٌ)

Dalam ayat ini, Allah menggunakan kata "Kanud" di tambah "lam" untuk taukid (menguatkan). "la Kanud"  dalam Tafsir Thabari "la  kafur li ni'ami rabbihi", sangat mengingkari nikmat-nikmat Tuhannya.
"Kanud" dalam At-Thabari adalah al-Ardhu al-Kanud, bumi atau daratan yang tidak ditumbuhi apapun.

حدثنا أبو كُرَيب، قال: ثنا عبيد الله، عن إسرائيل عن جعفر بن الزبير عن القاسم عن أبي أمامة قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ( إِنَّ الإنْسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُودٌ ) قال:" لَكَفُورٌ الَّذِي يَأْكُلُ وَحْدَهُ وَيَضْرِبُ عَبْدَهُ وَيَمْنَعُ رِفْدَهُ " .
Tentang "Lakanud"  Nabi bersabda, "Mereka sungguh ingkar, mereka yang makan sendirian, memukul budaknya, dan menolak pemberian".

حدثني محمد بن إسماعيل الصوارى قال: ثنا محمد بن سوار قال: أخبرنا أبو اليقظان عن سفيان عن هشام عن الحسن في قوله ( إِنَّ الإنْسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُودٌ) قال: لوام لربه يعد المصائب وينسى النعم.

Menurut al-Hasan, "Mereka yang sangat suka mencela Tuhannya, menghitung-hitung musibah, dan melupakan kenikmatan-kenikmatan" 

Dalam Lisan al-Arab, Kanada Yaknudu Kandan Kunudan, diartikan mengingkari nikmat, seperti Rajulun Kannad. Dalam Al-Ma'ani, juga ada yang bermakna "Qatha'ahu", memutusnya.

Dalam Tafsir Al-Baghawi, juga diartikan sama, Al-juhud lini'amillah, mengingkari nikmat Allah. Perkataan al-Husain, sebagaiana dikutip al-Baghawi, Kanud, adalah menghitung-hitung (banyak mengingat) musibah, dan melupakan banyak nikmat. Sedangkan menurut Abu Ubaidah, mereka sedikit memberikan sesuatu. Al-Fudhail, mereka yang melupakan banyak kebaikan dan menyebut banyak kekurangan.

Dalam Tafsir Al-Sya'rawi, Kalimat (كنود) yang terdiri dari "Kaf", "Nun" dan "Dal" dari (كند) mengandung makna الجحود yaitu mengingkari. Kabilah Kindah adalah kabilah yang sangat terkenal di Arab, yang bila seseorang berasal dari Kabilah tersebut dan ia dinisbatkan kepadanya,  diaebut al-kindy. Ada yang berpendapat (qila)  disebut Kabilah Kindah, kerena kabilah tersebut mengingkari atau menentang orang tua mereka.

"Kanud" mengingkari yang ada, seperti tiada. Merasakan rasa, seperti tak punya rasa. Berjibun nikmat, berlimpah pemberian, tapi seperti rekaman yang dihapus dalam kaset kehidupannya. Mengingat segala sedih, susah, dan musibah membakar segala nikmat.

Dikisahkan, seorang salafus shaleh ditimpa berbagai penyakit; lepra, matanya buta, tangan dan kakinya lumpuh, kepalanya botak. Ia masih selalu memuji Tuhannys, "Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang selalu memberiku kesehatan (kebaikan, menarik, bagus) dari banyaknya cobaan, dan memberikan banyak kelebihan dan utamaan padaku". Tetiba, lewatlah seseorang dan mengejek, apa yang menarik darimu? Engkau buta, terkena lepra, lumpuh, apa yang indah darimu?
Kemudian ia menjawab, "Kurangajar Kau, wahai laki-laki, Allah menjadikan  mulutku terus berdzikir, hati yang bersyukur, dan tubuhku selalu sabar menerima musibah".

Mudah mudahan kita dijauhkan, sejauh-jauhnya dari "Kanud", mudah-mudahan didekatkan dengan "Syakur". Amin Ya Rabb

Sumenep, 24 Agustus 2019

Ket Gambar: Santri TPQ dan PAUD Al-Quran Masjid Baiturahman Bukit Cemara Tidar dalam HUT RI ke 74

Tidak ada komentar:

Posting Komentar